43. Tiga Perempuan

1.3K 143 5
                                    

"Sikap kamu menyuruh untuk aku pergi. Namun, lisan kamu seolah menyuruh aku untuk tetap bertahan."
~Agrilia Putri Argadana~

"Ngapain ke sini?"

Sungguh, apa yang dikatakan Bagas berhasil membuat Lia tertegun. Gadis berparas cantik itu mengernyitkan kening. Apa Kinan tidak memberitahu Bagas kalau malam ini Lia akan makan malam bersama?

"Kamu kenapa nanya gitu?" tanya Lia heran.

"Pulang!" titah Bagas.

Lia tertawa pelan. "Gak usah bercanda, sayang——"

"Gue gak bercanda!" potong Bagas.

Lia menggeleng. Tidak mungkin Bagas berubah secepat ini. Sepulang sekolah juga dia masih baik-baik saja. Lia berusaha untuk tidak mengindahkan Bagas. Dia melangkah memasuki rumah. Namun, Bagas menahannya. Sorot mata Bagas memasuki mata Lia.

"Samuel sayang. Kakak cantik datang," seru Lia.

"Ngapain lo?"

"Kamu kenapa?"

Bagas tidak menggubris Lia. Dia malah menyuruh satpam rumahnya untuk menghampiri mereka. Pak Sobri menggaruk kepala yang tak gatal kala anak majikannya itu menyuruh untuk membawa Lia pergi.

"Ada apa, Den?"

"Bawa cewek ini pergi!" titahnya.

Pak Sobri menatap Lia. "Den Bagas kenapa malah nyuruh Non Lia pergi? Padahal Nyonya udah nyuruh Non Lia untuk ikut makan malam,"jelas Mang Sobri.

"Aku pulang," ucap Lia akhirnya.

Lia tersenyum tipis ke arah Bagas yang memasang wajah datar. Raut wajahnya benar-benar tidak bersahabat. Lia membalikkan badan, lalu enyah dari tempat itu.

"Aduh! Non Lia biar saya antar pulang!"

"Biarrin sendiri," balas Bagas tenang.

Selepas itu, Bagas masuk ke rumah. Senyumannya terbit  kala Samuel mencari keberadaan Kinan dan Bimo. Bocah yang mengenakan piyama gambar tayo menghampiri Bagas yang tengah mengisap rokok.

"Abang, bunda sama ayah mana?"

"Mereka lagi pergi," balas Bagas.

"Abang kenapa gak pergi?"

"Mau Abang pergi?" Bagas meletakkan rokok di asbak.  Matanya mengedar hingga terhenti ke jam dinding yang menunjukkan pukul setengah delapan malam. Bagas baru ingat kalau malam ini dia akan mengikuti balap motor untuk sedikit menenangkan pikirannya.

"Abang mau ke mana?"

"Balapan," balas Bagas.

Mata Samuel berbinar. Dia melompat karena terlalu senang. Samuel berlari ke kamar kala Bagas menyuruhnya untuk pergi ganti baju. Padahal, kenyataannya Bagas enggak akan mengajak Samuel.

"Mau ikut? Sana pergi ganti baju!" titah Bagas.

"Okeh Abang!" seru Samuel.

***
Lia berjalan tanpa arah. Angin malam kian menyentuh permukaan kulit putih Lia. Gadis cantik yang mengenakan hoodie abu-abu yang dipadukan dengan celana jeans pikirannya terus bercabang.

"Bagas kenapa? Salah gue apa sama dia?" Lia menghela napas pelan. "Dia marah?" gumam Lia.

Lia buru-buru mengambil benda pipih yang ada di tas kala sejak tadi terus berdering. Lia mengira kalau yang meneleponnya itu Kinan atau Bimo, tetapi bukan.

"Ratu?" Lia membaca nama yang muncul di layar ponsel. Ibu jarinya dengan cepat  menggeser logo panggilan warna hijau ke atas. "Kenapa?" tanya Lia.

"Lo di mana? Gue udah ada di rumah lo."

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang