54. Maaf, Bunda

958 136 27
                                    

Farah menghela napas berat kala Lia masih belum tidur. Wanita itu menghampiri anaknya. Farah sangat paham dengan apa yang dibutuhkan Lia. Lia menyambut hangat mamanya dengan memeluknya erat.

"Lia, jangan sedih lagi."

Tidak ada jawaban yang terdengar dari bibir Lia. Gadis itu malah menumpahkan air mata kesedihan yang sejak tadi selalu dia pendam di dada sehingga menimbulkan rasa sesak yang sangat dalam.

"Bunda ... bunda marah sama Lia, Ma," isak Lia.

Farah menggeleng kuat. "Bunda sama sekali enggak marah sama kamu, sayang." Mengusap pipi Lia yang basah karena air mata. "Bunda tetap sayang Lia."

"Mama jangan bohong," ucap Lia sembari tersenyum tipis. Mata gadis itu menatap dalam Farah. "Mama jangan benci Lia, ya?" Lia memejamkan matanya sekadar menyembunyikan air mata yang kian menumpuk di pelupuk mata. "Mama," panggilnya lirih.

"Kenapa?"

"Lia pembunuh? Lia pembawa sial? Lia takut, Ma." Tak terasa air mata kian mengalir deras. Lia mendongak kala Farah menangkupkan kedua tangan di pipi. "Mama ...."

Raja melemparkan snack ke arah Amanda. Adik perempuannya itu menerimanya dengan sigap.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap Raja.

Amanda merubah posisinya menjadi duduk. Dia sangat yakin kalau Raja bakal berbicara hal penting. Ada kemungkinan membicarakan tentang Lia karena Raja sudah jujur ke Amanda kalau dia suka sama Lia.

"Lo bisa hibur Lia?"

Permintaan sederhana dari Raja bisa membuat Amanda tertawa geli. Sejak kapan Raja bisa peduli sama lingkungan sekitar? Bahkan, sama adiknya sendiri pun selalu bodo amat. Raja menghela napasnya berat kala Amanda malah tertawa terbahak-bahak.

"Lo kenapa malah ketawa?"

"Lo lucu, Kak," balas Amanda. "Kak Bagas lagi koma." Amanda terdiam. Gadis itu memandang langit-langit kamar. "Kak Raja bakal bikin hidup kak Lia yang saat ini hitam putih jadi lebih berwarna?" tanya Amanda.

"Sebenarnya gampang kalau gue mau jadiin Lia pacar tinggal kerjasama sama Kevin." Raja menjeda ucapannya. Cowok itu bangkit dari duduknya. Dia menatap ke arah luar yang menampakan indahnya dirgantara yang ditaburi bintang. "Gue belum bisa masuk ke hati Lia, tapi gue bakal selalu mengobati luka hati gadis kesayangannya gue," lanjut Raja berhasil membuat Amanda meneteskan air mata.

"Setelah dua tahun akhirnya Kak Raja——"

"Bisa melupakan dia?" potong Raja.

"Iya, Kak."

Raja tersenyum tipis. Cowok itu membalikkan badannya menjadi menghadap ke Amanda. "Gue juga bingung bisa ada perasaan sama Lia itu apa gara-gara Lia mirip banget sama cewek gue yang udah enggak ada atau perasaan dari hati gue?" ucap Raja yang mampu membuat Amanda terdiam.

"Bukannya Kak Raja sudah ada perasaan sama kak Lia?"

Raja mengangguk. "Lo paham, kan? Gimana rasanya ketika lo punya pacar yang udah meninggal terus tiba-tiba lo dipertemukan dengan seseorang yang mirip banget dengan pacar lo itu?" Amanda mengangguk. Dia sangat paham dengan perasaan Raja.

***
"Bunda! Kenapa Abang enggak bangun-bangun? Padahal bentar lagi subuh, tapi Abang masih tidur."

Samuel sejak tadi digendong Raka. Bocah berumur lima tahun itu terus menatap Bagas yang masih terbaring di atas brankar. Tubuh cowok itu juga dipenuhi berbagai alat medis. Kecelakaan semalam menyebabkan Bagas kehilangan banyak darah hingga akhirnya koma.

"Abang udah bangun, tapi dia tidur lagi," balas Kinan.

"Kapan? Kenapa Abang tidur lagi?"

Raka mencubit gemas pipi Samuel. "Bangunnya pas Samuel pergi sama ayah buat makan bubur," kata Raka.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang