Pesta pertunangan telah usai. Namun, anggota inti Graxtual dan dua gadis cantik memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Bahkan, mereka kali ini memilih untuk pindah ke halaman belakang hotel. Di sana terlihat ada tikar yang sengaja digelar oleh Zidan beberapa jam yang lalu.
"Sini kita nikmati dunia bersama sebelum berpisah."
"Lo ngomong apa, Dan?" tanya Dimas tidak suka.
"Kita sudah kelas dua belas. Gue mau lanjutin kuliah ke New York. Sekalian mau cari papa," kata Zidan.
Noval tertawa mendengar tutur kata yang diucapkan Zidan. Pasalnya yang dia tahu, Zidan itu tipe orang pemalas dan tugas pun suka mencontek milik Arya.
"Ada yang lucu?"
"Lo enggak lagi bercanda, Dan?" tanya Noval.
"Gue serius. Kalian gak bisa bedain mana gue yang bercanda dan serius?" Zidan menatap satu persatu sahabatnya secara bergiliran hingga berhenti di seorang gadis cantik yang tengah bersandar di pundak Bagas.
"Lia," panggil Zidan.
"Iya kenapa?"
"Cariin gue guru les terbaik," pinta Zidan.
"Sama Arya saja gratis," saran Ratu.
"Yang ada nanti dia nyaman sama gue."
Ratu tertawa begitu juga dengan Lia. Dua gadis cantik yang ada di sana benar-benar beruntung bisa dekat dengan inti Graxtual. Bagas mendengus sebal kala ada notifikasi masuk. Kernyittan di dahi tercetak jelas kala membaca pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
0876XXX
[Gue harap. Lo ingat gue]"Kenapa?" tanya Lia kala menyadari Bagas tetap diam dengan mata yang terus menatap layar ponsel.
Lia membaca di dalam hati pesan yang ada di ponsel Bagas. Gadis itu menatap dalam wajah Bagas. Dia mengajak Bagas untuk pergi dari sana. Lia ingin berbicara empat mata dengan Bagas.
"Dia siapa?"
Satu pertanyaan yang terlontar dari mulut Lia hanya bisa dijawab gelengan oleh Bagas. Bagas memang tidak mengetahui siapa orang yang mengirimkan pesan itu.
"Enggak ada rahasia?"
"Enggak, sayang," balas Bagas.
Lia menghela nafasnya lega. Gadis itu menoleh ke arah jendela mobil. Ada beberapa anak kecil yang tengah berjalan malam-malam seperti ini. Gadis cantik yang masih mengenakan gaun putih membuka pintu mobil.
"Ke mana?"
Cekalan tangan Bagas menghentikan aktivitas Lia. Gadis itu menoleh. Dia memperlihatkan senyuman indah yang mampu membuat hati Bagas luluh.
"Ke sana! Mereka butuh aku," ujar Lia.
Orang itu terus mengirim foto yang dia dapatkan saat pesta pertunangan beberapa jam yang lalu. Hati Salsa seolah tersayat pisau tajam kala melihat foto-foto Lia yang terlihat sangat bahagia dengan Bagas.
"Lo ke rumah gue. Terus lo antar paket ke rumah Lia."
***
Kevin yang baru pulang nongkrong menatap bingung ke seseorang yang sejak tadi berdiri di gerbang rumahnya. Cowok itu menepuk pundak orang itu. Secara perlahan dia mulai menoleh dan mendapati Kevin yang berdiri tidak terlalu jauh dari dirinya."Siapa?"
Orang itu tidak menjawab. Namun, orang itu meninggalkan kotak di bawah. Buru-buru orang itu pergi sebelum semuanya ketahuan Kevin.
"Aneh," gumam Kevin.
Manik hitam cowok itu tertuju ke tulisan yang ada di kotak warna hitam. Tulisan warna merah yang didesain seindah mungkin. Kevin kira ini dari Bagas. Cowok itu pun memilih untuk mengantarkannya ke kamar Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
A&B | Kita Belum Usai [Ending]
Ficção AdolescenteYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "Kalau kita usai, aku boleh kangen pelukan kamu yang bikin nyaman? Aku boleh kangen kamu?" Agrilia atau kerap disapa Lia, tidak pernah menduga kalau dirinya akan kembali...