"Loh? Tumben banget lo balik bareng Zidan."
Lia menyerahkan helm ke Zidan. Cowok itu menerimanya sembari tersenyum hangat. Zidan yang sekarang sangat berbeda dari Zidan sebelumnya.
"Langsung tidur udah malam."
Lia mengangguk. "Makasih, Dan. Kalau enggak ada lo mungkin gue masih nunggu," kata Lia.
"Lo temen gue udah sepantasnya gue bantu lo. Lain kali kalau butuh jemputan tinggal bilang gue——"
"Lo enggak sama Bagas atau lagi berantem?"
Ingin sekali Zidan menjawab kalau Bagas malah bersama Salsa, tetapi dia tidak mau memperkeruh suasana. Cowok itu malah mencari alasan lain agar bisa menjawab pertanyaan dari Kevin.
"Anak Graxtual lagi bertarung sama anak Trabax, Bang. Mungkin Bagas lagi istirahat dulu."
Kevin manggut-manggut. "Lo hati-hati baliknya!"
***
"Makasih udah anterin gue balik. Maaf tadi gue nyuruh lo bawa motornya pelan-pelan soalnya gue takut.Bagas tidak menggubris Salsa. Cowok itu kembali melajukan motornya untuk ke rumah. Bagas benar-benar melupakan Lia yang menyuruhnya untuk menjemput di Kafe. Lia sendiri kini sudah tertidur lelap dan lupa untuk mencharger ponsel.
"Capek."
Bagas mengusap tenggorokannya yang terasa kering. Dia melangkah menuju dapur untuk mengambil minuman dingin sekadar menghilangkan dahaganya.
"Kamu dari mana? Malam-malam baru pulang."
"Bagas habis tarung sama anak Trabax, Bunda."
Bagas duduk di kursi makan. Tangannya terangkat mengupas buah jeruk yang ada di sana. Kinan sendiri ke dapur karena Samuel yang kelaparan.
"Bi Narsih ke mana? Kenapa Bunda?"
"Ini sudah malam, Bang. Bi Narsih udah tidur. Lagian ini juga cuma goreng nugget."
"Tuh bocil nyusahin banget."
Bagas mengerutkan kening kala banyak panggilan tidak terjawab dari Lia. Bahkan, gadis itu juga kirim pesan sampai ratusan. Bagas menepuk jidatnya. Dia baru ingat kalau dia harus menjemput Lia. Cowok itu pun buru-buru pergi diiringi dengan teriakan Kinan.
Bagas tidak memedulikan amukan para pengguna jalan yang hampir tersenggol Bagas. Kali ini yang ada di pikirannya cuma Lia. Bagas takut terjadi apa-apa dengan gadis kesayangannya itu. Bagas menghentikan motor di depan Kafe yang sudah terlihat sepi.
"Sayang kamu di mana?" lirih Bagas.
Bagas sama sekali tidak bisa menghubungi Lia lantaran ponsel gadis itu sudah mati. Jantung Bagas semakin berpacu cepat kala dirinya menemukan bandana merah yang tadi digunakan Lia saat berangkat ke Kafe.
Bagas mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Noval. Namun, notifikasi masuk mengalihkan atensinya. Bagas berdecak sebal kala ada seseorang yang mengirim foto dirinya yang tengah membonceng Salsa.
"Bego! Kenapa gue bisa lupa sama cewek gue sendiri."
Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Bagas semakin bingung mau mencari Lia ke mana lagi. Masalahnya, Lia pernah bilang kalau dia enggak bakal pulang kalau Bagas belum datang untuk menjemput.
Satu pukulan Bagas terima membuat Bagas meringis sambil memegang pipi kiri. Sorot matanya menghunus tajam memasuki netra hitam Regan.
"Ngapain lo pukul gue?"
"Bego! Ngapain lo malah nganterin Salsa balik? Lo enggak mikir kalau cewek lo nungguin lo di sini!"
"Gue lupa——"

KAMU SEDANG MEMBACA
A&B | Kita Belum Usai [Ending]
Подростковая литератураYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "Kalau kita usai, aku boleh kangen pelukan kamu yang bikin nyaman? Aku boleh kangen kamu?" Agrilia atau kerap disapa Lia, tidak pernah menduga kalau dirinya akan kembali...