13. Janji Bagas?

1.6K 199 13
                                    

Kejadian tadi di kamar mandi terus terngiang-ngiang di pikiran Lia. Gadis cantik dengan rambut hitam sebahu dengan ujungnya yang agak bergelombang serta jepit rambut warna biru muda yang terpasang membuat kecantikan gadis itu semakin memukau. Lia tengah menikmati alunan musik berjudul  ku kira kau rumah yang mengalun indah dari ponsel warna silver yang ada digenggamannya. Dedaunan pun ikut bergoyang menikmati alunan musik yang ada. Beragam jenis bunga yang indah salah satunya mawar merah benar-benar memanjakan mata Lia. Senyuman pun terbit dari bibir cantiknya. Namun, senyuman itu kembali pudar kala gadis itu membaca pesan masuk dari Farah.

Mama
[Lia, mama sama papa akan nginap
di kantor tapi, kamu di rumah saja]

Lia
[Loh? Ko Lia di rumah? Lea juga diajak
sama mama buat nginep, kan? Lia tadi
tidak sengaja dengerin Lea nelepon]

Mama
[Lia pokoknya kamu di rumah.
Kamu tahu kan adik kamu itu
tidak bisa tidur kalau gak ada
mama di rumah jadi mama
ngajak Lia. Udah ya nanti kamu
ajak sahabat kamu aja]

Lia melepaskan earphone yang terpasang di telinga. Gadis itu menyandarkan tubuhnya di kursi kayu. Lia menertawakan dirinya sendiri. "Sebenarnya yang anak kandung itu gue atau Lea sih? Dari kecil pasti selalu Lea emang sih mama sama papa sayang gue tapi, kalau ke Lea kesannya beda banget. Lea diperlakukan istimewa sementara gue?" Lia terkekeh pelan.

"Lo akan diperlakukan istimewa sama orang yang tepat."

Noval mendudukan tubuhnya di kursi kayu yang saat ini ditempati Lia. Cowok kulit putih yang memiliki tubuh tinggi kisaran 176 CM yang mengenakan seragam Putih abu-abu dengan bagian atas yang dikeluarkan serta kancing bagian atas yang sengaja dilepas menyerahkan satu kotak susu rasa strawberry ke Lia.

"Buat lo." Lia menerimanya dengan senang hati. "Lo habis nangis? Kenapa sih? Bisa cerita ke gue?" Noval menatap manik hitam Lia yang terlihat sembap.

"Gue cuma kelilipan debu doang, Noval," balas Lia mengelak. "Gue duluan."

****
"Ih sial banget sih gue! Kenapa malah mogok nih mobil butut? Lama-lama gue jual juga nih mobil buat gue beli seblak bi Minah," decak Lia.

Deringan ponsel miliknya yang berwarna silver yang ditaruh di samping jok pengemudi menarik perhatian tangan Lia. Jari lentiknya segera mengangkat panggilan masuk dari Novaldi Arya Buana.

"Lia lo di mana bego? Gue cari ke kelas tapi, gak ada. Jangan bilang kalau lo—"

"Iya gue izin bolos," balas Lia cepat.

"Buset! Lo kerasukan siapa? Lo tega bener bolos enggak ngajak gue wah biadab lo!"

Lia tertawa pelan. "Oke lain kali gue ajak lo bolos. Ngapain lo nelepon ada perlu?" tanyanya.

"Gue mau bilang kalau bang Kevin bakal nginap di rumahnya. Tadi dia nelepon lo tapi, enggak diangkat sama lo jadi dia nelepon gue," jelas Noval.

Lima cowok berparas tampan yang menjadi rebutan siswi-siswi di SMA Bramasta saat ini berada di kantin tepatnya kantin mang Parjo. Mereka duduk di meja yang paling pojok soalnya itu yang paling nyaman.

"Di mana Lia?" tanya Bagas dengan ekspresi datar.

Noval mengedikkan bahunya. "Teleponnya keburu dimatiin jadi gue enggak sempat nanya keberadaan Lia."

Zidan datang dengan semangkuk batagor. Cowok berkulit putih, alis tebal, dan warna bibir pink alami itu menarik kursi yang ada di dekat Bagas.

"Abang Agas." Zidan mencolek pipi Bagas setelah cowok itu meletakkan satu mangkuk batagor di meja. "Abang Bagas kenapa sih kayaknya khawatir banget sama Lia?"

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang