44. Angry?

1K 147 5
                                    

"Aku pergi."

Dua kata itu berhasil menggores hati Bagas. Padahal dia sendiri yang menyuruh Lia untuk pergi, tetapi Bagas juga yang merasa keberatan. Saat Lia baru saja melangkah beberapa langkah tiba-tiba Bagas memanggil Lia.

"Lia," panggil Bagas.

Lia menghentikan langkahnya. Dia menoleh dengan alis yang saling bertaut. "Kenapa?" tanya Lia.

"Lo ke sini sama siapa?"

"Sendiri bawa mobil," balas Lia.

"Lo berangkat sekolah diantar Raka."

"Kenapa harus sama Raka? Aku bisa sendiri."

Lia melanjutkan langkahnya yang sempat terjeda. Lia bingung dengan sikap Bagas. Sebenarnya hal apa yang bisa membuat Bagas berubah? Bagas buru-buru menghubungi Raka supaya cepat-cepat menemui Lia di tempat parkir. Bagas takut kalau Lia berangkat sekolah sendirian akan terjadi apa-apa.

"Gue enggak mau lo kenapa-kenapa! Ada orang yang ngincer lo!" teriak Bagas.

"Kalau gue dekat sama Lia pasti keselamatan Lia makin terancam, tapi kalau jauh jadi gak bisa lindungin Lia."

Raka
[Cewek lo di mana?]

Bagas panik kala membaca pesan dari Raka. Padahal, sudah lebih dari sepuluh menit Lia keluar dari ruangan. Tidak mungkin kalau Lia belum juga sampai ke parkiran. Bagas mulai mencari kontak Lia. Dia harus segera menghubungi Lia biar hatinya lebih tenang. Namun, nihil! Bukannya tenang, tetapi malah makin resah kala Lia tidak bisa dihubungi. Bagas takut terjadi apa-apa dengan gadis kesayangannya itu.

"Astaga lo di mana?" lirih Bagas.

"Buset! Habis simulasi mati nih," celetuk Samuel.

"Bunda," panggil Bagas.

"Kenapa sayang?" sahut Kinan.

"Bunda lihat Lia?"

Samuel menggeleng. Bocah menggemaskan yang mengenakan seragam TK dengan cepat mengambil buah-buahan yang ada di nakas.

"Samuel mau makan ini," kata Samuel.

"Itu punya Abang——"

"Gapapa, Bunda," potong Bagas.

Kinan terus memerhatikan setiap lekuk wajah Bagas. Dari guratan wajah Bagas terlihat jelas kalau Bagas tengah mengkhawatirkan seseorang. Kinan yang sadar dengan hal tersebut pun dengan cepat menyuruh anaknya untuk menceritakan apa yang terjadi.

"Kamu bisa cerita sama Bunda," ujar Kinan.

"Cerita apa? Bagas enggak kenapa-kenapa," ucap Bagas berbohong. Padahal sebenernya ada masalah yang membuat Bagas terpaksa harus menjauhi Lia.

"Yakin gak mau cerita?" Kinan mengusap lembut punggung tangan Bagas. "Bunda tahu kalau kamu pasti bisa melewati ini semua," kata Kinan.

Bagas tersenyum. "Bunda, Bagas cuma takut kalau Lia Kenapa-kenapa." Bagas menatap dalam wajah Bunda tercinta. "Bagas khawatir sama Lia."

"Lia enggak akan kenapa-kenapa."

"Bunda serius? Berarti kalau Bagas dekat lagi dengan Lia berarti Lia tidak akan kenapa-kenapa?"

Kinan bergeming. Wanita cantik yang duduk di kursi yang ada di tepi ranjang mulai mencerna apa yang dibicarakan Bagas. Sementara itu, Bagas tersenyum berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya.

"Bunda enggak usah mikirin hal ini."

Kinan menggeleng. "Mana mungkin Bunda enggak bisa mikirin hal ini. Sebenarnya ada apa?"

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang