31. Gadis saya

1.6K 172 21
                                    

Bayu menerpa kulit dua insan yang  tengah menikmati suasana pantai. Suara deburan ombak terdengar memanjakan telinga dua orang remaja yang berdiri di pinggir pantai. Lia memejamkan matanya kala angin menerpa kulit wajahnya. Terpaan angin itu membuat rambut gadis itu seolah-olah terbang. Bibir gadis itu tidak henti-hentinya tersenyum kala melihat seorang cowok yang sempat berubah kini sudah kembali.

"Pantai yang indah," seru Lia.

Seorang cowok merangkul pundak seorang gadis yang berdiri di dekatnya. Dia membiarkan Lia untuk bersandar di pundaknya. Usapan lembut di setiap helaian rambutnya benar-benar Lia nikmati.

"Kamu suka sama tempat ini?" tanya Bagas.

Lia mengangguk. "Aku suka banget. Makasih sudah ajak aku ke tempat ini." Lia membalikkan badannya menjadi menghadap Bagas. Gadis cantik yang mengenakan sweater rajut itu meletakkan tangannya  di pundak Bagas. "Aku bahagia kalau ada di samping kamu. Berubahnya sikap kamu kemarin benar-benar membuat dunia aku hancur. Aku boleh egois?" Bagas meletakkan kedua tangannya di pipi Lia. Lia memejamkan matanya sembari menikmati usapan lembut di pipinya. Sebuah kecupan manis tiba-tiba menyambar pipi Lia. Wajah gadis itu menjadi memerah membuat Bagas semakin gemas. "Bukannya aku pernah bilang. Kalau aku berubah, kamu bisa pergi dari aku biar aku bisa tahu kalau tanpa kamu di sisi aku maka hidup aku akan jauh lebih hancur, Lia," ucap Bagas.

Lia terkekeh pelan. "Aku gak bisa pergi begitu saja tanpa alasan yang pasti." Gadis itu terdiam kala Bagas menarik tubuhnya ke dalam pelukan yang sangat nyaman.

"Semoga tidak ada kata usai di hubungan ini. Aku mau kita tetap bersama sampai takdir memisahkan. Kalau suatu saat nanti aku pergi ... maka aku akan tetap menunggu kehadiran kamu untuk kembali pulang dan semoga di kehidupan selanjutnya kita bahagia," ujar Bagas.

Lia mendongak. Manik matanya menatap dalam  manik mata seorang cowok yang memiliki tatapan yang meneduhkan. Lia kira, tidak bisa lagi menatap mata indah itu. Namun, perkiraan Lia salah. Lia masih bisa menikmati kebahagiaannya bersama cowok yang selalu membuat Lia kembali mengulas senyum yang indah.

"Semoga aku dan kamu bisa mati bersama biar nanti tidak ada kata saling menunggu satu sama lain." Ucapan yang dilontarkan Lia ternyata mampu membuat Bagas bergeming. Bagas tidak menjawab ucapan gadisnya dengan sepatah kata yang terdengar indah. Cowok itu hanya menjawab dengan senyuman  bak bulan sabit.

****
Lea tidak henti-hentinya mengumpat setelah melihat postingan Instagram yang diposting Bagas. Bagas memosting foto Lia yang begitu nyaman bersandar di dada bidangnya sembari menikmati pantai. Rasa sakit kian menyayat hati Lea. Lea refleks menjatuhkan ponselnya sehingga kerutan tercetak jelas di kening sepasang suami istri yang tengah menikmati sarapan. Air mata Lea turun membasahi pipi. Lea tidak mampu menatap lama-lama foto Bagas dan Lia.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Argadana lembut berbeda lagi kalau berbicara ke Lia pasti akan dengan nada yang sangat tinggi. "Hal apa yang bisa bikin anak kesayangan Papa yang cantik ini menangis?" tanyanya.

"Lia, Pa," lirih Lea. "Lia lagi dan lagi rebut Bagas dari aku, Pa. Lia rebut kebahagiaan aku padahal aku butuh Bagas buat jadi penyemangat untuk aku bisa sembuh dari penyakit kanker darah ini," ujar Lea.

"Anak siallan itu rebut kebahagiaan anak Mama? Pokoknya anak siallan itu harus menderita! Mama gak mau kalau anak mama yang cantik ini lagi dan lagi harus terluka karena keegoisan Lia," geram Farah.

"Lea mau Bagas jadi milik Lea untuk seutuhnya dan selamanya, Pa, Ma," pinta Lia. "Apa Lea sama sekali enggak ditakdirkan buat bahagia sama Bagas sebelum akhirnya nanti aku pergi dari sini," ujar Lea.

Argadana menggeleng pelan. Dia tidak sanggup kalau anak angkatnya itu berbicara seperti itu. Membahas tentang kematian yang tidak diharapkan. Argadana masih ingin menikmati waktu lebih lama bersama anak angkatnya yang bernama Learita Putri Argadana.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang