28. Malaikat pelindung

1.6K 184 22
                                    


"Sorry, Bang. Sorry selama ini gue sudah egois. Gue sudah maksa mama sama papa buat nemenin gue berobat di Amerika, Bang." Air mata cowok itu menetes, membasahi sebuah foto Erlangga yang saat ini dia pegang. "Sebenarnya sudah dari dua tahun yang lalu gue sembuh, Bang. Gue cuma mau mama sama papa tetap sama gue tapi, saat itu gue lupa kalau gue masih punya kembaran yang butuh kasih sayang dari mama dan papa." Erland menyeka bulir bening yang membasahi pipinya.

"Lo bisa, gak? Beri waktu buat gue. Biar gue bisa ngerasain kasih sayang mama dan papa seutuhnya?"

Hati Erland berdesir ngilu kala mengingat apa yang pernah dikatakan Erlangga beberapa jam sebelum kecelakaan itu terjadi. Saat ini, Erland merasa bersalah karena sudah egois. Cowok yang mengenakan kaos putih polos itu mengacak rambut dengan kesal. Ia mengeratkan kepalan tangannya dan melayangkan sebuah pukulan ke cermin.

Prang!

Bunyi pecahan cermin berhasil memekakkan sudut ruangan. Cowok itu sekilas melirik punggung tangannya yang berdarah akibat memukul cermin sekuat tenaga.

"Maaf, Bang. Maaf gara-gara gue ... gara-gara gue lo meninggal, Bang," ucapnya. "Gue bakal jagain Lia, Bang."

"OMAY GOT OMAY WOW!" Zidan terpekik kala mata sipitnya tidak sengaja menangkap dua insan yang saling berpelukan satu sama lain. Sontak, Lia dan Bagas mengurai pelukannya masing-masing. Dua sejoli itu berdeham untuk menetralisir keadaan.

"Ada couple baru nih." Zidan mengedipkan matanya genit. Cowok itu mendekati Bagas. "Cie-cie rupanya ada yang baru jadian nih," ujar Zidan.

"Sirik lo?" sahut Bagas.

"Bukan sirik tapi, cemburu." Zidan menundukkan kepalanya. "Cemburu lihat Abang sama Lia," ucapnya.

"Istighfar! " Dimas mengusap wajah Zidan. "Jangan bilang kalau lo jatuh cinta sama Bagas jadi lo cemburu," ujarnya.

Bagas dan Lia saling menggenggam tangan satu sama lain. Hal itu justru tidak luput dari perhatian orang-orang yang ada di sana. Ratu melangkah mendekati Lia. Gadis yang mengenakan hoodie warna hitam dengan rambut yang dikepang itu merangkul pundak Lia.

"Lia, gue seneng banget kalau lo sudah jadian sama Bagas. Gue juga seneng banget kalau lo sudah melupakan masa lalu lo. Gue harap lo bahagia," ujarnya. Ratu beralih menepuk pundak Bagas. "Gue cuma mau bilang sama lo! Jangan pernah bikin Lia sakit hati," bisiknya. "Kalau Lia menangis gara-gara lo! Awas saja lo bakal gue bikin menjadi menderita bahkan jauh menderita dari Lia. Gue sudah anggap Lia sebagai adik sendiri. Gue percaya lo bisa bikin Lia bahagia tapi,gue juga harus waspada kalau suatu saat lo bikin Lia menderita," ujar Ratu.

"Gue bakal bikin Lia bahagia. Lo enggak usah khawatir, Rat. Gue janji gak bakal bikin Lia sakit hati," balas Bagas.

"Pada ngomongin apa sih? Bisik-bisik mulu daritadi. Jangan bilang lagi gibahin gue, ya?" tebak Lia.

"Lagi gibahin kita sayang," celetuk Zidan.

"Sayang-sayang! Tobat lo buaya darat!" geram Dimas. "Enteng banget lo ngomong sayang, Nyet. Tuh lihat raut wajah Bagas sudah kayak mau makan lo!" ujarnya.

"Tuh Imas juga enteng banget ngomong sayang-"

"Anjir! Lo minta gue gorok atau gimana? Lo manggil gue Imas mulu padahal gue itu Dimas astagfirullah!" decak Dimas. "Gue lama-lama bisa mati kalau ada di samping lo."

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang