58. permintaan maaf Salsa

782 124 0
                                    

seorang cowok yang mengenakan seragam putih abu-abu dengan tiga kancing bagian atas yang dibiarkan terbuka tengah mengipasi wajahnya dengan sobekan kardus yang dia temukan di dekat lapangan basket.

"Raja!"

Raja menoleh kala mendengar suara bariton yang memanggil namanya. "Kenapa?" tanya Raja.

Gala memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Sepupu gue yang paling ganteng——"

"Enggak usah muji gue kalau ada maunya." Raja berdiri dari duduknya, lalu dia menepuk-nepuk bagian celananya yang penuh dengan debu. "Balik sekolah lo bawa mobil gue." Raja melemparkan kunci mobil yang langsung diterima oleh Gala.

Gala mengangkat dua ibu jarinya ke udara. "Siap!"

Ervan dan Regan datang dengan napas tersengal-sengal.  Kedua cowok itu menatap bingung ke arah sekitar lantaran Raja sama sekali tidak ada di sana. Gala sendiri turut memandang dua cowok itu. Sesekali Gala melemparkan tawanya tanpa sebab.

"Raja mana? Tuh anak katanya nyuruh gue ke sini, tapi dia malah enggak ada di sini," ujar Regan.

"Mungkin dia belum ke sini," balas Ervan.

Regan menoyor kepala Ervan. "Belum ke sini apaan? Raja udah daritadi ke sini." Melirik Gala yang terus tertawa terbahak-bahak. "Woi! Lo gila atau gimana? Lo kenapa ketawa mulu?" tanya Regan heran.

"Suka-suka gue dong." Mengibas rambutnya dengan sombong. "Mulut-mulut gue kenapa lo yang repot?"

"Rambut pendek saja belagu pake gaya kibas rambut segala," kata Regan. "Minimal rambut lo kayak Dora!"

***
"Lo mikirin apa?" tanya Ratu kala sejak tadi Lia sama sekali tidak menyentuh bakso yang ada di meja.

"Gue cuma mikirin Bagas," balas Lia.

Ratu manggut-manggut. Gadis itu melambaikan tangannya kala empat orang cowok terlihat tengah kebingungan mencari tempat duduk yang kosong.

"Lia, kenapa lo bengong mulu?" tanya Noval.

"Dia lagi mikirin Bagas," balas Ratu. "Gimana kalau nanti kita jenguk Bagas sepulang sekolah?" Ratu menatap teman-temannya secara bergiliran.

"Gue setuju."

"Lah? Ngapain lo main setuju-setuju saja? Emangnya lo diajak?" Dimas terkekeh. "Lo mau caper sama——"

"Jahat banget lo kalau ngomong, Dim." Salsa duduk di samping Arya. "Gue juga sahabatnya Bagas jadi gue juga mau ikut jenguk Bagas." Gadis itu menatap sekilas Lia yang sejak tadi melamun. "Lia, sebaiknya lo enggak usah datang. Soalnya lo bakal mancing keributan," katanya.

Lia sama sekali tidak menggubris Salsa. Gadis itu memilih untuk bangkit dari duduknya. Kaki yang berbalut sepatu warna hitam itu melangkah menaikki tangga menuju rooftop. Langkahnya terhenti kala netra hitam miliknya menangkap objek bahu seorang cowok yang tengah bersandar di sofa yang sudah usang.

"Duduk saja," kata Erland.

"Gimana kalau Bagas melupakan gue?"

Erland melepaskan earphone yang terpasang dengan sempurna di telinganya. Cowok itu menarik Lia untuk bersandar sepenuhnya di pundak Erland.

"Bagas enggak bakal lupain lo karena lo itu satu-satunya cewek yang bikin dia kenal dengan cinta." Erland terkekeh pelan. "Gue tahu Soalnya dia pernah curhat sama gue waktu kita berempat ada di rumah lo."

Lia menggeleng. "Bukan gue cinta pertamanya Bagas, tapi cinta pertama dia Salsa," ujar Lia terdengar pilu.

"Gue tanya sama lo."

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang