14. Obat penawar luka

1.6K 218 32
                                    

"BOCIL! JANGAN SEMBUNYI WOI!"

Samuel yang mendengar teriakkan Bagas hanya bisa menutup mulut sembari menahan tawa. Dia membayangkan raut wajah Bagas yang memerah karena menahan amarah. Samuel tengah bersembunyi di belakang sofa. Biasanya Bagas akan istirahat dulu di sofa itu sebelum menuju kamarnya.

"Kenapa teriak-teriak?" tanya Kinan yang datang membawa cemilan buat Bagas.

"Samuel mana Bunda? Bagas punya es krim nih." Bagas menyunggingkan senyumnya. Cowok ini tahu kalau adik kurang ajarnya itu sembunyi di dekat sofa.

Kinan mengedikkan bahu. "Bunda enggak tahu. Mungkin Samuel lagi main di belakang."

"ABANG!" Samuel keluar dari tempat persembunyiannya. Kinan membulatkan bola matanya kala melihat kaos putih polos yang digunakan Samuel sudah dikotori warna. Kinan tahu kalau anak bungsunya ini suka banget melukis. "MANA ES KRIM BUAT SAMUEL?" Samuel mengadahkan tangan di hadapan Bagas.

"Lo apain mobil gue? Mau gue tendang?"

"HUAAAAA BUNDA!" Samuel berlari menghampiri Kinan yang tengah asik baca majalah.

"Berisik!" timpal Bagas risih.

"Ih! Abang jahat banget pantas aja kakak cantik enggak mau sama Abang," balas Samuel.

"Diem lo bocil! Gue tendang lo dari rumah," ujar Bagas menggebu. Bagas ingin mencakar wajah imut Samuel.

"Abang jahat!" seru Samuel.

"Lo lebih," balas Bagas.

Bimo yang baru datang dari kantor segera ikut duduk di dekat Samuel. Bimo melepaskan jas hitam yang dia gunakan. Lelaki berumur lima puluh tahun itu mendudukan Samuel di pangkuannya. "Samuel kenapa nakal? Kasian tuh Abang Bagas jadi galau gara-gara mobilnya di coret-coret sama Samuel."

"Samuel enggak nakal." Samuel bersedekap dada. "Samuel cuma melukis apa itu salah?"

"Media yang lo gunakan salah," balas Bagas.

"Udah nanti beli lagi mobilnya Bang," ujar Bimo.

****

Cowok tinggi yang mengenakan kaos putih yang dipadukan jaket denim membukakan pintu kayu jati berwarna putih. Kevin mengerutkan keningnya kala melihat seseorang yang tengah meringkuk di tempat tidurnya. Kevin tahu kalau itu Lia adik kesayangannya.

"Loh? Lo di rumah Dek? Gue kira lo ikut jalan-jalan sama mama dan papa," ujar Kevin.

"Males," balas Lia.

Kasur dengan seprei motif Spiderman bergerak turun ketika Kevin mendaratkan pantatnya di sana. Kevin menatap langit-langit kamarnya. "Kenapa?" tanyanya.

Lia menghela napasnya pelan. "Gue disuruh di rumah saja kata mama." Lia mendekati Kevin. Gadis cantik yang mengenakan kaos warna kuning dan celana jeans selutut tiduran dengan menjadikan paha Kevin sebagai bantalan. Kevin mengusap kepala Lia dengan penuh kasih sayang. Biasanya Lia bakal tertidur. "Bang? Gue anak kandung mama dan papa?"

"Ya iyalah anjir!" Kevin menimpuk wajah Lia dengan bantal. "Lo kira lo anak siapa?"

"Bukan anak tiri? Soalnya mama dan papa kayaknya lebih sayang sama Lea deh." Lia tersenyum. "Di sekolah tadi gue gak sengaja dengerin mama telepon Lea nah mama nawarin Lea mau ikut atau enggak nginap di kantor eh pas nelepon ke gue malah nyuruh gue di rumah saja. Gue kayak gak dianggap sama mama-"

"Lia, dengerin Abang Kevin, ya? Lia masih punya Abang yang sayang sama Lia." Kevin mengusap air mata Lia yang mulai membasahi pipi. "Lia jangan sedih. Lia tahu gak? Kamu itu adik satu-satunya yang Abang sayangi jadi sebaiknya kamu jangan merasa sendirian, ya?" Kevin mencubit gemas pipi Lia.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang