Lia merentangkan kedua tangannya. Gadis itu membiarkan wajahnya terkena terpaan angin malam. Sesekali dia berteriak kencang seolah-olah tengah melepaskan beban. Saking asyiknya menikmati angin malam sampai tidak menyadari kalau ada seseorang yang berdiri di belakang Lia sembari memegang pisau. Tangan orang itu terangkat hendak menusukkan pisau ke punggung Lia.
Jantung Bagas berpacu cepat. Cowok itu segera mempercepat langkahnya. Dia menarik tudung jaket yang menutupi rambut orang itu. Mulut Bagas terbuka lebar kala menatap wajah seseorang yang hendak mencelakai Lia. Khawatir kalau Bagas bakal berteriak, tiba-tiba orang itu mendorong tubuh Bagas sekuat tenaga dan menjatuhkan pisau yang sejak tadi dia genggam tepat di dekat Lia.
Semua yang tak sengaja menyaksikan dari bawah pun berteriak histeris kencang saat tubuh seseorang terjatuh dari atas rooftop rumah keluarga Pradipta, menghantam mobil pick up warna hitam milik penjual galon.
"BAGAS!"
"Sayang, jangan ninggalin Bunda."
"Abang! Abang jangan mati dulu, Bang. Abang jahat! Samuel baru kehilangan panutan Samuel masa sekarang Abang mau ikut mati sih," decak Samuel. "Ayo bangun, Bang. Katanya Abang kalau udah lulus SMA mau lamar Kak Lia, tapi kenapa Abang malah gini? Abang jangan mati." Samuel sejak tadi terus meneteskan air mata. Dia takut kalau Bagas bakal pergi seperti Zidan. Bocah menggemaskan itu memeluk erat tubuh Bagas.
Saat ini Bimo bingung harus menenangkan siapa. Dia sejak tadi terus mencari seseorang yang dia tunggu. Namun, orang itu sama sekali tidak ada di sana.
"Lia mana?" tanya Bimo.
"Tadi Bagas pamit mau nyusul Lia ke rooftop. Katanya, Bagas mau minta maaf sama Lia," jelas Erland yang berdiri di samping Lea.
Lia sendiri masih berdiri di rooftop. Gadis itu mencondongkan wajahnya untuk menyaksikan apa yang terjadi di bawah sana. Kinan mendongak kala matanya menangkap Lia yang berdiri di rooftop.
"Lia? Kamu yang sudah dorong Bagas? Kamu yang sudah bikin Bagas hampir kehilangan nyawanya?" tanya Kinan tepat di depan Lia.
Lia menggeleng kuat. "Lia sama sekali enggak melakukan hal itu, Bunda. Lia enggak——"
"Enggak apa, Lia? Buktinya sudah jelas! Kamu di sini sendiri dan Bagas jatuh dari sini!"
Lia meraih pergelangan tangan Kinan. Namun, dengan cepat Kinan menepisnya. Wanita itu enggan menatap Lia.
"Ada orang yang dorong Bagas, Bunda," jawab Lia.
"Iya, orangnya itu kamu! Agrilia!" sentak Kinan.
Air mata Lia mulai menetes membasahi pipi. Lia tidak menyangka kalau Kinan yang selalu lemah lembut ke Lia akan membentak Lia seperti saat ini.
"Bunda ... Lia sama sekali——"
"Cukup, Lia! Buktinya udah jelas! Saya tahu tadinya kamu mau nusuk Bagas pake pisau yang ada di bawah kakimu itu, kan? Sekarang saya benci kamu!"
Dengan air mata yang mengalir deras. Gadis itu berusaha untuk menyakinkan Kinan kalau dirinya bukan pelakunya. Namun, Kinan tetap tidak percaya dengan apa yang dikatakan Lia. Wanita itu malah menyuruh Darma——satpam rumahnya untuk membawa Lia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A&B | Kita Belum Usai [Ending]
Teen FictionYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "Kalau kita usai, aku boleh kangen pelukan kamu yang bikin nyaman? Aku boleh kangen kamu?" Agrilia atau kerap disapa Lia, tidak pernah menduga kalau dirinya akan kembali...