"selamat pagi, dok" sapa seorang perawat kepada noah yang baru saja datang. ia bahkan baru turun dari motor besarnya yang berwarna hitam kekuningan, hasil jerih payahnya selama ini menjadi dokter magang serta ia yang menyisihkan uang bulanannya. noah menoleh dan menundukkan kepalanya, membalas sapaan perawat perempuan yang tersenyum pada dirinya. "pagi, mbak"
setelah membalas sapaan dari beberapa perawat yang menyadari kehadiran dirinya walau dia hanya memakai kemeja hitam dengan celana biru muda, sementara snelli miliknya ia letakkan di dalam ransel berwarna hitam pada punggungnya.
"pagi banget, dok" sapa seorang perawat laki-laki yang sekarang tengah mengentri data sembari bertopang dagu. alunan lagu pun samar sama terdengar dari komputer yang berada di ruangan jaga. noah tersenyum menyipitkan matanya.
"iya nih, tadi bangunnya kebagian. kamu sendiri shift malam atau shift pagi?" tanya nya sembari meletakkan ransel miliknya. ia kemudian membuka buku tebal berisi teori teori yang harus dia pelajari. siapa tahu ada ujian atau kuis dadakan nantinya.
"dua-duanya dok, ganti minggu lalu soalnya" jawabnya menyengir. noah hanya mengelengkan kepalanya. ia lantas mengambil kaca mata baca miliknya kemudian mulai duduk dengan enang. membaca lembar demi lembar tulisan yang penuh dengan bahasa inggris tersebut sembari mencoba menghafalnya, memasukkan semua isi buku ke dalam ingatan. noah memang sengaja datang pada pagi hari, ingatannya masih bersih. tapi jika dia hafalan di rumah, walaupun masih pagi, pikirannya terkontaminasi oleh kakak kembarnya. jemi memang membawa pengaruh buruk.
"dokter jeno memang belum berangkat, dok?" tanya perawat tersebut kepada noah karena setahu dirinya, jeno dan noah masih tinggal di rumah yang sama. noah menggelengkan kepalanya.
"masih tidur. kebiasaan banget memang" ujarnya alakadarnya.
iya. kalian tidak salah dengar. noah sekarang tengah mengambil pendidikan spesialisnya di rumah sakit ini. bukan. bukan sebagai calon dokter bedah umum atau bedah syaraf yang ia katakan pada suho sebelumnya, ia memilih mengambil forensik pada detik-detik terakhir. mengikuti jejak sang ayah yang merupakan dokter senior sekaligus pembimbing dirinya.
tidak ada alasan yang berarti mengapa ia akhirnya memilih forensik menjadi pendidikan lanjutan yang akan ia jalani. sebuah peristiwa dimana papanya menegakkan keadilan dimana semua pihak sudah tidak lagi berpihak benar benar menjadi inspirasinya sehingga dia memutushkan untuk mengikuti jejak sang papa. walaupun dia harus susah payah menahan diri untuk tidak menjerit ketika malam hari telah tiba dan dia harus berjaga sendirian di ruang mayat. bayang bayang olaf masih sering terlintas di kepalanya.
jika mengatakan kalau menjadi anak seorang dokter senior sekaligus pembimbing itu mudah, tentu saja itu tidak berlaku pada noah. noah sama seperti dokter lain yang harus mengejar ngejar dokter senior yang benar-benar sibuk. jeno pun tidak menerima konsultasi di rumah. sama sekali tidak dan tidak boleh membahas pekerjaan mereka. materi ujian tidak pernah jeno bocorkan, pernah satu kali noah tidak sengaja nelihat file yang akan diujikan oleh sang papa, tapi keesokan harrinya, papanya langsung mengubah soal ujian tersebut tiga tingkat lebih sulit hingga nilai nya tidak bagus dan harus mengulang. jeno bahkan tidak segan berkata sinis kepada noah jika mereka masih berada dalam konteks bekerja. jika di dalam pekerjaan tidak ada hubungan darah, mereka adalah senior dan junior. itu yang selalu jeno ucapkan ketika yeji memelas untuk memeriksa laporan sang putra.
"dokter doang yang berani ngejek dokter jeno" perawat itu tertawa sementara noah hanya tersenyum alakadarnya.
"iya kalau lagi ngga kerja mah saya berani. tapi kalau lagi kerja tetep aja gemeteran walau papa sendiri" jawabnya jujur. mereka kedua tertawa terbahak-bahak karena mengetahui tidak sedikit mahasiswa kedokteran yang mengadu kepada noah perihal jeno yang selalu sinis ketika berada di meja operasi. tidak hanya sinis, jika ada kategori dokter, jeno adalah dokter yang paling ditakuti oleh mahasiswa mahasiswi kedokteran atas sikapnya yang dingin serta kemunculannya yang seperti hantu, tiba-tiba memberikan quiz ketika makan siang membuat mereka yang bahkan tidak sempat belajar menjadi ketar-ketir. noah pernah mengalaminya. suatu hari noah pernah selesai buang air kecil sementara jeno sedang membasuh wajahnya. ia menyapa layaknya anak kepada orang tuanya, tapi tiba-tiba jeno langsung menodongnya dengan pertanyaan "siapa yang mengisi rak jenazah nomor lima puluh tiga, apa penyebab kematiannya. lalu bisakah kamu menganalisis hubungan dengan kematian pada rak jenazah nomor seratus tiga puluh. saya berikan lima menit unntuk berpikir sekarang. kalau tidak, saya akan memberikan nilai c"
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...