Ada yang masih nyimpan nih ceritanya?
Apa yang kalian pikirkan saat mendengar anak lelakimu menggila? Apalagi menggila karena suatu kebenaran yang memang sengaja ditutupi demi keselamatan dirinya.
benar. Aku bahkan hampir kehilangan kewarasan saat mendengar kabar kalau Jemi, putra sulungku yang sangat kusayang kini sedang menghajar orang orang yang menargetkan ku.
hampir saja aku menabrak jalan saat mobil yang kukemudikan berkelok dengan tajam. Aku hampir saja kehilangan keseimbangan saat berusaha menghubungi yeji. Yeji harus selamat saat ini.
Tanganku gemetar bukan main, jantungku pun berdegup sangat kencang saat yeji mengangkat telepon ku.
"halo, sayang?" Aku buru buru menyambungkan ponselku kepada yeji, ini waktu yeji harus pergi dari sini. Aku khawatir kalau istriku tidak akan selamat kali ini dan ada Noah yang masih harus kubawa pergi dari sini.
"Iya, mas. Kenapa kok nelpon? Lagi di mobil apa?"
"Yeji. Sekarang waktu nya sudah tiba. Cepat bawa barang barang yang udah aku siapkan. Pergi sama Noah. Bawa Noah ke tempat yang udah aku siapkan. Disana ada anak buah bang jo yang jaga. Namanya Hansol. Sekarang pergi dari rumah ya, kunci rumah. Bawa Noah pergi" aku berujar dengan tergesa gesa, rumah targetku sudah tidak lagi jauh. Hanya butuh beberapa menit agar aku sampai. Dan aku tidak mau mereka sampai di tempat di mana yeji berada. Yeji dan Noah harus selamat, dan aku harus mengeluarkan Jemi dari sana.
"Jemi bagaimana? Aku tidak bisa meninggalkan Jemi sendirian di sini"
"Jemi akan lari denganku. Sekarang amankan dirimu terlebih dahulu. Sekarang yeji. Ini darurat"
"Oke. Aku akan pergi membawa Noah. Mas pergi membawa Jemi. Mas janji kan bakalan pulang dalam kondisi baik baik aja?" Aku terdiam. Aku tidak bisa berjanji apapun kepada yeji. Semua resiko sudah ada di depanku, aku bisa selamat aku juga bisa mati disini. Semuanya fifty fifty. Tinggal diman tuhan menginginkan takdirku.
"Mas?" Aku hanya bisa terdiam apalagi di depanku sudah ada rumah dengan pagar tinggi yang kuat dugaan ada Jemi di dalam sana.
"mas bakalan bawa Jemi keluar. Sekarang tugas kamu bawa Noah bersama kamu. Kita bertemu di sana. Mengerti?" Aku sekali lagi menegaskan kepada istriku kalau aku akan membawa Jemi keluar.
"Oke. Aku mengerti. Aku akan pergi bersama Noah. Aku mencintaimu" Ujar yeji sebelum mematikan telepon kami. Aku terdiam sebentar.
"Aku juga mencintaimu" dan akan selalu seperti itu.
Perkelahian yang benar benar melelahkan, sungguh. Entah karena usia ku yang sudah tidak lagi muda atau aku yang terlampau tegang sehingga tidak bisa menguasai medan perkelahian. Beruntung sekali, dua Jepang yang merupakan teman Jemi menolong ku. Aku bahkan tidak tahu sejak kapan Jemi mempunyai teman teman Jepang. Tapi aku sudah tidak heran sih, anak sulungku itu sosial butterfly.
Aku menegang dengan sempurna. Pikiranku untuk membalaskan dendam menguap entah kemana melihat siapa yang ada di depanku.
Eric, sahabatku yang sedang menodongkan senjata kepada putraku.
Tentu saja aku terkejut dan tidak menyangka kalau dalang dari semua terror yang menimpa keluarga ku adalah eric. Aku tentu saja tidak pernah berpikir ke arah sana.
Aku bertemu Eric saat aku pindah rumah, dia satu ekstrakulikuler denganku, futsal. Dan kami berteman baik disana. Aku mulai bercerita banyak hal dengan Eric. Eric adalah pendengar yang baik, pun sebagai pembicara yang baik. Aku sangat menyukai Eric sebagai teman dan orang orang sering mengatakan kami berdua mirip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...