familia-rutinitas baru

551 97 5
                                    

"iya mama, silakan" Noah menyingkir begitu ada seorang ibu ibu menyerobot masuk ke kamar mandi karena sudah ingin buang air. padahal sudah lebih dari setengah jam lamanya, dia mengantre di depan kamar mandi umum ini. Ia lebih baik mengantre disini daripada harus buang air di sungai. Bagaimana jika 'itu' nya Noah dicaplok buaya karena dia tidak sopan pipis di sungai?

"pak dokter, kenapa pak dokter baik sekali?" mama dibelakang Noah bertanya sambil menepuk bahu Noah. Noah menoleh dan tersenyum. Mata birunya berkilau. "mama itu, sepertinya punya diare. Dan rumah nya dengan sungai cukup jauh. Biar nanti saya beri obat agar tidak diare lagi" jawab Noah melihat mama mama tadi berlari memegangi perutnya.

Sebenarnya di rumah rumah ada kamar mandi sendiri, namun hanya satu. Dan Noah enggan bergantian karena itu membutuhkan waktu lebih lama sehingga berinisiatif untuk mandi di kamar mandi umum. Namun sangat disayangkan, malah banyak mama mama yang ikut mengantri untuk menimba air. Dan Noah memilih mengalah, pasrah membiarkan mereka mengantri.

"dokter akan adakan apa itu, imunisasi juga  kah disini?" Noah menoleh ke arah mama yang sedang mencuci baju tidak jauh dari dirinya. Noah mengiyakan. "iya, bagi adik adik balita yang belum sempat di imunisasi biar sekalian di imunisasi" jawab Noah. "Bayar berapa dokter? Itu mama Ina, imunisasi anaknya bayar nya mahal sekali di pulau sana"

Noah menggelengkan kepalanya. "tidak usah dibayar, mama. Begitupun jika mama mama atau salah satu keluarga mama sakit. Segera datangi posko. Cukup bayar dengan kalian sembuh saja, saya sudah senang" jawab Noah mencoba ramah.

"ah dokter ini sudah muda, baik, tampan pula. Dokter ini sudah menikah kah?" Noah tersenyum pahit. Jangankan menikah, berkencan saja ia gagal. "tidak mama, saya belum menikah"

"ah tapi, dokter bule yang cantik itu dekat sekali dengan dokter" belum sempat Noah hendak menyangkal, mama yang tadi berada di kamar mandi sudah keluar. "Terima kasih dokter" ujarnya berterima kasih kepada Noah. Noah hanya menganggukkan kepalanya. "Tidak apa apa, mama. Mama biar nanti saya beri obat untuk diarenya. Atau mama minta saja dokter atau perawat di posko untuk memberi obat kepada mama. Kalau begitu saya mandi dulu ya, mama" Noah mendengus. Akhirnya dia mandi setelah setengah jam ia menunggu.

"Kok lo lama amat perasaan mandinya?" Jaehyuk berujar saat Noah masuk kembali ke dalam rumah dengan rambut basah. "iya, tadi ngantre. Gue kira kosong" dan ini sepertinya membuat Noah trauma. Lebih baik mengantre di sini.

"ya, lo mah kebiasaan ngeduluin orang lain. Dah sekarang lo makan, kita ke posko habis itu" Noah hanya menganggukkan kepalanya. Sementara jaehyuk kembali ke kamar mengambil berbagai peralatan yang akan ia bawa.

"kalian sudah makan?" Tanya nya kepada tentara tentara yang sedang duduk sambil memakai seragam nya. Mereka akan patroli hari ini. "sudah dok, dokter habiskan saja. Tinggal dokter yang belum makan"

Noah hanya menganggukkan kepalanya dan memakan nya dalam diam. Dalam hati berujr bahwa ini bukan makanan yang ia makan, tapi ia kembali mengingat omongan mamanya. Makanan itu tidak boleh dibuang. Habiskan. Hargai yang bekerja untuk seporsi makanan. Jadinya, walau tidak sesuai dengan lidahnya. Noah memakannya hingga tandas. Piringnya bersih. Semuanya habis. Sepertinya dia juga benar benar kelaparan.

"langsung ke posko? Jean mana?" Tanya Noah sambil mengikat sepatunya. "Disini, kak"

"buset" Noah mendongak menatap adiknya yang tengah duduk di atas pohon. Jeanette sudah memakai snelli nya serta sudah rapi. Rambut coklat miliknya serta netra berwarna senada dengan rambutnya nampak berkilau terkena sinar matahari. "iya mom, Jean sama kak Noah baik baik saja" Noah mendongak. Rupanya Jean sedang menelepon mommy nya diatas pohon.

FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang