"Apanih?" Renjun yang sedang memakan Oreo miliknya menoleh begitu Jeno membanting sebuah map berwarna biru gelap dihadapan mereka.
"liat sendiri" ujar Jeno sambil melepas kemejanya sehingga ia sekarang hanya memakai kaus polos berwarna hitam sebagai dalaman.
Renjun menyipitkan matanya, mengambil map yang ada di meja menggunakan tangan kirinya sementara tangan kanannya memakan Oreo.
"Bukannya bunuh diri ya?" Komentar nya saat ia melihat foto yang terlihat bahwa tangannya terluka bersimbah darah.
"mana ada bunuh diri di mutilasi begitu, bodoh" haechan menyahut. Ia sekarang tengah bermain game pada televisi rumah jaemin. Sementara sang pemilik rumah sedang pergi dan akan kembali nanti.
"Bang Mark kemana?" Tanya haechan lagi. Jeno mengangkat bahu. Memilih merebahkan tubuhnya di sofa rumah jaemin. Meletakkan tangannya diatas matanya. Tubuhnya terasa lelah, ia ingin tidur barang sebentar saja.
"Jonah kemana?" tanya renjun melihat rumah jaemin kosong. Ia masih terdiam membaca file yang ia genggam. Mulutnya mengunyah oreo yang tadi ia ambil secara random di kulkas jaemin.
"kalau ngga ke makam Athena ya kerja paling. Tuh anak lama lama jadi bang toyib kaya bapaknya" haechan lagi lagi menyahut.
"Tidur Jen?" Haechan bertanya memastikan apakah jeno benar benar terlelap. Jeno berdehem. Ia seolah berujar bahwa dia masih ada di alam sadarnya.
"ini bang Mark beneran bakal dilihatin?" Renjun bertanya sambil membaca kertas yang ada dihadapannya dengan seksama. Haechan berdehem. "ya itu adeknya nyampe bonyok dipukul abangnya"
Kemarin setelah Mark meninju Jeno di depan keluarganya, mark membawa Jeno pergi berdua dan berbincang secara kasar dan ya, Jeno pulang babak belur dipukuli abangnya.
Abangnya walau sudah tidak lagi muda, tenaganya masih benar benar kuat. Bahkan Jeno kesulitan untuk makan selama dua hari. Dan Kenan berjanji dalam hati agar tidak membuat ayahnya marah, bisa gepeng dia.
Mark tahu saat Jeno tidak sengaja berbicara dengan jaemin melalui telepon. Ia pada mulanya hanya curiga sedikit, ia kemudian tidak sengaja menemukan map di kamar lantai bawah yang tidak pernah dikunci. Ia tahu, adiknya yang siap menanggung semuanya sendiri.
"Gimana? Sorry telat. Nih kalian mau? Tadi dapet dari anak kantor" ujar Mark sambil memberikan cookies satu box kepada haechan dan renjun yang masih asik dengan aktivitasnya. Renjun mendongak. "thanks, bang"
"Jeno tidur?" Haechan menggelengkan kepalanya. "ngga kayanya. Tadi nyaut anaknya" Mark hanya menganggukkan kepalanya, melepas jas hitam yang ia kenakan.
"Jadi, ini motif nya sama kaya pembunuhan kakak lo?" Renjun berasumsi setelah membaca secara selesai berkas yang Jeno bawa. Jeno berdehem lagi. Kali ini dia menurunkan tangannya, membiarkan mereka melihat wajahnya. Kantung mata terlihat jelas di bagian bawah matanya.
"Hah? Apaan sih?" Mark yang baru saja datang tentu saja tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Jeno menghela napas. "baca sendiri deh bang" ujarnya. Renjun mengoper benda yang ada ditangannya kepada Mark.
"tapi ngga mungkin dong, kalau misalnya Yamamoto yang nyerang? Dia udah mati kan? Jaemin sendiri saksinya" renjun menyahut. Jeno mengangkat bahu. "Bukan dia"
Mereka semua menoleh. "Bukan dia?"
Jeno menganggukan kepalanya. "Lihat luka yang bubu punya sama yang korban tadi malam punya" Mark mengerutkan keningnya, menatap dengan seksama gambar yang Jeno lampirkan.
"sama deh perasaan" ujarnya mencocokan luka di kedua pergelangan tangan korban. Jeno menghela napas. Ia mendekat, meletakkan kedua foto tersebut secara seksama.
"sama aja" haechan bergumam. "Kan?" Ujar Mark menanggapi. Renjun menatap kedua gambar itu lama dan menggelengkan kepalanya. "Ini... Sama?"
Jeno menghela napas. Dasar kaum kaum tidak tahu.
Dengan gemas ia menunjukkan luka yang terlihat melintang. Sekilas memang terlihat sama persis.
"Liat, kalau punya bubu, ini pake ujung pisau. Tapi kalau punya korban pake pertengahan pisau. Liat diameternya" ujar Jeno menunjuk luka yang benar benar terlihat sama.
"kalau punya bubu, luka itu dibuat biar jadi pengalihan. Nah liat. Kalau yang ini, ini kayanya sengaja dibunuh dan ya, dimutilasi" Jeno menjelaskan berdasarkan pengamatan yang ia lakukan.
"ah benar, ini lukanya seperti saat kita memotong daging" renjun berkomentar. Ia setuju dengan Jeno, ternyata kedalaman lukany berbeda, dan bagian pisau yang digunakan pun berbeda.
"Kok lo bisa tau?" Jeno hanya mengangkat bahu mendengar pertanyaan haechan. "yang namanya peniru, itu ngga mungkin sama persis sama apa yang ditiru. Apalagi yang ditiru sudah tidak ada. Setiap pembunuh, punya ciri khas masing masing yang tidak bisa ditiru pembunuh lainnya" ujar Jeno menambahi.
"tapi kok bisa tahu? Apa dia pernah belajar dengan Yamamoto?" Jeno lagi lagi mengangkat bahu.
"entah. Aku tidak tahu. Bisa iya bisa tidak. Yang jelas dia mengikuti kasus ini sejak awal" ujar Jeno membuat Mark kembali terdiam.
"jaem darimana?" Mereka menoleh saat melihat jaemin datang dengan wajah kusut dengan amplop coklat di tangannya. Jaemin mendengus kesal. Wajahnya memerah karena amarah.
Ia melempar sedikit membanting amplop coklat miliknya. "hasil penyelidikan jatuhnya pesawat yang Athena naiki. Itu ada flashdisk isinya rekaman blackbox dari pihak pesawat. Serta surat pernyataan yang gue dapetin copy an nya" ujar jaemin.
Jeno cepat cepat membuka amplop yang dibawa oleh jaemin, membacanya dengan teliti.
"kerusakan bagian pesawat?" Ujar Jeno saat membaca perihal penyebab kematian putri satu satunya. Jaemin mendengus pelan.
"ya memang apalagi yang bisa dikatakan oleh pihak perusahaan? Pilot nya jelas udah berkualitas dan ngelakuin hal yang bener dan sesuai prosedur. Lo kalau ngga kuat, ngga usah didenger. Gue sama Jonah udah dengerin dan ya, Athena menjalankan tugasnya sampai berakhir" Jeno menyambar flashdisk yang jaemin berikan dan menyambungkan dengan laptop milik renjun.
Dengan diam, mereka mendengarkan rekaman terakhir, detik detik sebelum Athena kehilangan nyawanya dalam penerbangan terakhirnya.
"Capt, ngga bisa naik lagi. Pesawat yang kita naiki semakin turun"
"naikkan lagi, aku akan hubungi pusat untuk meminta tolong"
"Capt, semuanya tidak bisa berfungsi dengan baik, capt pesawat semakin menukik. Kita akan jatuh, capt"
"mayday! Mayday! Mayday!"
"AAAAAAAA"
BRAKK
Jeno memejamkan matanya saat teriakan putri bungsunya terdengar di telinganya sesaat sebelum ledakan besar terjadi yang membuat tubuh putrinya dan semua penumpang, hancur berkeping keping.
"Jen, you okay?" Mark bertanya pelan kepada adiknya yang nampak tidak baik baik saja. Terdiam dengan kepala tertunduk. Mereka pun hanya bisa diam selepas mendengar rekaman terakhir yang jaemin dapat karena ada anak buah jaemin yang bertugas melakukan investigasi.
"jadi penyebab jatuhnya pesawat Athena itu karena moncong pesawat ngga bisa naik?" Jaemin mengangguk lemas mendengar kesimpulan dari Jeno. Jeno mengerutkan keningnya. "bagaimana bisa? Bukankah semuanya harus nya sudah dicek sebelum terbang? Athena tidak mungkin ceroboh, bukan?"
Jaemin lagi lagi menganggukkan kepalanya. Ia mengeluarkan sebuah kertas yang ada di map tadi. "Ini hasil pengecekan awal yang dilakukan crew pesawat. Semuanya baik baik saja. Sesuai standar penerbangan"
"tapi gimana bisa kecerobohan kaya gini terjadi? Masa iya mereka sengaja melupakan hal ini. Ngga mungkin dong" renjun berujar. Jeno yang sedari tadi terdiam.
"mungkin saja jika...." Jeno tidak melanjutkan ucapannya kemudian menatap jaemin yang hanya bisa mengangguk. Menyetujui prasangka Jeno.
"Benar. Pesawat Athena disabotase. Dan pelakunya ada di dalam pesawat yang tentu saja ikut menjadi korban. Dengan kata lain kita ngga bisa dapat informasi apapun. Ini jalan buntu"
----
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...