Noah meraba ponsel nya saat dia merasa dering dari ponsel keluaran terbaru yang ia punya begitu terasa hingga telinga.
"siapa sih yang telpon malem malem?" Gumamnya kesal karena enggan membuka mata. Ia melirik jam. Masih pukul tiga pagi dan ini seharusnya ia bisa tidur karena dia libur.
"Halo, kenapa olive?" Tanya nya saat menyadari siapa yang menelepon dirinya.
"Kamu kenapa angkat telepon nya lama?" Olive langsung menodong pertanyaan kepada Noah yang nyawanya masih belum terkumpul. Noah terduduk sambil memijat pangkal hidungnya.
"aku baru bangun, olive. Ini lagi libur. Kenapa? Kok kamu kaya panik banget? Itu suara mbak becca lagi nangis kan? Kalian kenapa?" jawab Noah serak. Ia meminum air mineral yang selalu tersedia di samping ranjang miliknya.
"Kamu bisa kesini ngga sama Jemi? Kami ketakutan. Semalem ada yang ngetok pintu rumah dan jendela kamarnya mba becca. Pas waktu aku mau samperin aku liat ada kotak besar penuh darah, no" mata Noah langsung terbuka lebar mendengar apa yang diucapkan oleh olive.
"Tapi kamu aman? Kamu keluar ngga, tadi? Sempet ribut?" Noah bertanya sambil mengambil jaketnya. Untung saja dia memakai celana tidur panjang dan kaus hitam untuk tidur.
"Engga. Mba becca nahan aku. Listrik dimatiin semua tadi. Noah cepetan dateng"
"Iya iya aku dateng. Kalian kunci pintu sampai aku sama Jemi dateng. Olive kamu jangan nekat keluar, nanti mereka bisa aja masuk lewat pintu lain karena kamu lengah" ujar Jemi sambil meraih id dokter miliknya serta sarung tangan. Siapa tahu dibutuhkan nanti.
Noah keluar dari kamar dengan terburu-buru hendak menghampiri Jemi yang berada di dalam kamarnya. Belum sempat ia memanggil Jemi, sang kembaran sudah keluar lebih dulu.
"Ke rumah becca kan ya?" Noah mengangguk saat Jemi menunjukkan tujuan kemana mereka pergi.
"izin dulu ke mama, takut dicariin" Noah berjudul. Ia kemudian berjalan menuju kamar utama dimana Jeno dan yeji tengah terlelap disana. Ia lantas menggedor gedor pintu kamar sementara Jemi menyiapkan mobil di depan.
"Kenapa kak? Ada masalah?" Yeji yang menyahut dan keluar dengan piyama biru tua milik nya.
"itu ma, kakak sama Abang mau ke rumah mba becca. Mba becca diteror kayanya. Papa ada ma?" Yeji menoleh ke arah ranjang dimana Jeno masih terlelap begitu damai.
"papa lagi tidur, kak. Baru aja tidur" lebih tepatnya minum obat tidur, sambung yeji dalam hati.
"Nanti kalau papa bangun, kakak minta tolong buat ngecek sekali lagi. Takutnya ada hal yang aneh disana, ma" yeji hanya menganggukkan kepalanya.
"Ya udah ma, kakak sama Abang pergi dulu. Mama hati hati di rumah" ujar Noah kemudian mencium pipi namanya dan berlari menuju mobil.
Perjalanan yang biasanya membutuhkan waktu lebih dari lima belas menit kini ditempuh hanya dalam kurun waktu tujuh menit. Karena jalanan yang kosong, serta Jemi yang mengeluarkan mobil sport miliknya, alhasil mereka bisa sampai lebih cepat.
Begitu mereka sampai, rumah rebecca sudah ramai. Ada mobil polisi di depan rumah mereka dan beberapa warga yang nampak berkerumun. Jemi dan Noah segera turun dari mobil.
"saya pacarnya yang punya rumah, pak" ujar Jemi saat ditanya pihak kepolisian.
"Oh dokter" Noah menoleh saat seorang polisi memanggilnya. "Pacar kakak saya di dalam, boleh kami masuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...