Sebenarnya aku mau up bulan depan, tapi ada yg DM nungguin jadi nih aku up lagi hihi. Maap typo karena draft ini belum sempet aku edit. Anyway, happy reading!
"loh Aurora baru pulang? Sendirian?" Jeno menyapa putri sulung renjun dengan ramah saat ia baru saja hendak masuk ke dalam rumah megah milik bapak renjun terhormat. Aurora juga baru saja keluar dari mobil berwarna hitam yang sudah tidak asing bagi Jeno.
"iya, om. Ngga sendirian kok. Sama Ryan. Tadinya mau sekalian jalan tapi ya gini lah masa pakai baju formal begini" ujar Aurora. Jeno hanya menganggukkan kepalanya. "Malem, om" Ryan kemudian turun dari mobil. Ia kemudian mencium tangan Jeno dengan hormat.
"papa mu dimana, Ryan?" Tanya Jeno. Ryan menunjuk motor Vespa milik haechan yang terparkir di garasi bapak renjun. "tuh ada motornya. Di dalam paling lagi ngobrol sama om injun" Jeno hanya menganggukkan kepalanya.
"yaudah yuk masuk, om. yang, masuk juga. Di rumah aja lah. Mager keluar aku" Ryan hanya menganggukkan kepalanya. Jika sang putri menginginkan kencan di dalam rumah, maka mau tidak mau Ryan harus menuruti. Walau dalam hati ketar ketir terhadap calon mertuanya yang galaknya bukan main. Tapi kata papanya kondisi sedang mengkhawatirkan jadi akan lebih baik di dalam rumah. Toh sekarang bapak bapak akan mengobrol secara serius.
"Ayah, rora pulang" Aurora berteriak membuat ketiga pria dewasa yang sedang menonton ninja Hatori menoleh. "loh tumben pulang jam segini? Katanya mau jalan. Ngga jadi?" Aurora menggelengkan kepalanya.
"mau di rumah aja. Oh iya om, duduk sama ayah dulu ya. Nanti rora minta mbak buatin minum. Ayo Ryan kita ke atas" Aurora langsung menarik tangan Ryan padahal Ryan belum menyapa renjun ataupun ayahnya, haechan. Renjun mendelik melihat kelakuan putrinya sementara haechan hanya menggelengkan kepalanya.
"AURORA JANGAN MACEM MACEM. RYAN, JAGA JARAK JANGAN TERLALU DEKAT" renjun berteriak dari ruang tamu. "SIAP OM" Ryan yang sebenarnya duduk di ruang kumpul di atas berteriak. Ia tidak mau masuk ke dalam kamar Aurora. Tidak etis namanya masuk ke dalam kamar perempuan yang bukan istrinya. Tidak seperti temannya yang satu. Tidak usah Ryan sebut. Kasihan kupingnya nanti panas.
"Anak itu" Jeno hanya tertawa kemudian duduk bergabung di sofa di samping jaemin yang hanya tertawa. Ayah dari Jonah itu sedang duduk memangku kacang polong milik lia.
"tapi Ryan disini aman kan? Dia ngga macem macem?" Haechan bertanya khawatir tentang putranya. Renjun mengangguk. "Aman. Dia ngga pernah masuk ke kamar rora. kaya sekarang dia lagi duduk di depan tv nungguin rora mandi. Lo berhasil Chan ngedidik anak yang ibunya datang sendirian buat lahiran" mereka tertawa mengingat kelahiran Ryan yang ajaib. Ibunya datang sendiri ke rumah sakit dan malah Jeno yang berlari lari mencari ruangan.
"Njun, di belakang aja. Nih sekalian dibawa kuenya. Aku di kamar ya kalau butuh apa apa" Lia keluar dari dapur sambil membawa dua piring kue lapis dan memberikannya satu kepada renjun sementara ia akan mengantarkan satu lagi untuk Ryan dan rora diatas.
"makasih, lia. Sorry kacangnya gue abisin. Ada lagi ngga?" Haechan tanpa sungkan memukul bahu jaemin. "Iya Lia, ada lagi ngga?" Jaemin mendengus mendengar jawaban haechan. Sama saja.
"udah yuk ke belakang aja" renjun kemudian melangkahkan kakinya ke taman belakang diikuti yang lain.
"Jadi, gimana?" Tanya renjun sambil memakan kue buatan istrinya. Jeno menoleh. Ia menyambar korek api milik jaemin yang tergeletak dan mulai membakar rokok miliknya. Membiarkan rongga dadanya terasa hangat. Sejujurnya, orang yang paling menentang merokok adalah putrinya. Athena tidak suka perokok namun ia hidup dengan tiga orang perokok. papanya serta dua kakak kembarnya merupakan penikmat nikotin yang membuat mereka kecanduan. sehingga mau tidak mau, Yeji membuat peraturan bahwasanya tidak ada yang boleh merokok jika sudah masuk ke dalam rumah demi kepentingan dan kesehatan si bungsu, putri kesayangan keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...