Eric. Pria yang memiliki wajah sekilas mirip dengan Jeno nampak tersenyum sebelum kemudian tertawa terbahak bahak melihat wajah marah dari sahabatnya ini.
"hei, tenanglah brother. Aku disini hanya ingin bermain main dengan mu" ujar eric sambil menarik pelatuk dan menembakkan peluru hingga peluru tersebut melubangi kaca jendela miliknya. Membuktikan bahwa pistol itu masih memiliki peluru dan dalam mode aktif.
"jauhkan itu dari putraku, eric" Jeno tentu saja menggeram marah melihat nyawa putranya kini tengah dimainkan oleh pria yang selama ini ia anggap sahabat.
"oh, ayahmu sedang marah, young man" Bukannya terpancing emosi dari Jeno, Eric malah tertawa terbahak-bahak melihat emosi yang muncul dari wajah Jeno.
"kau sangat menyayangi anak anakmu, huh? tidak sia sia juga aku memusnahkan putri bungsu mu" Eric dengan tanpa dosanya tergelak. Badannya bergetar akibat tawa nya yang tanpa dosa padahal dia baru saja memberi tahu sebuah fakta bahwa dia pelaku utama terjadinya kecelakaan pesawat yang ditumpangi oleh Athena.
"sialan. Apa maumu?" Jeno menggeram marah. Bisa bisanya dia dipermainkan oleh sahabatnya yang satu ini.
Eric mengangkat bahu, mengusap usap wajah Jeremiah yang menatap dirinya tajam. dia mengusap wajah Jeremiah dengan ujung moncong senapan miliknya.
"Kalau aku minta kita bertukar bisa? Aku mau yeji. Kau ambil anakmu" hampir saja, pisau lipat yang ada di genggamannya membuatnya terluka karena menggenggam benda itu terlalu keras. "kau gila?" Jeno berdesis marah. Bagaimana bisa dia tidak marah sat istri nya diminta untuk melakukan pertukaran dengan putranya sendiri?
Eric mengangkat bahu. "katakanlah aku sudah gila" Jawabnya acuh.
"Jadi bagaimana? mau menukar istrimu dengan putramu?" Jeno menatap Jeremiah yang sedang menggelengkan kepalanya. Ia melirik ke arah pergelangan tangan putra sulung nya yang terikat dengan tali. Sedikit lagi lepas. Jeremiah tengah mencoba membuka tali yang mengikat di tangannya dalam diam. Tugas Jeno hanya menarik perhatian eric dan membuat perbincangan mereka semakin lama.
"Tidak. Dalam mimpimu" jawab Jeno sinis. Eric tertawa kencang mendengar ucapan dari jeno.
"bagaimana tampan? Nampaknya ayahmu tidak mau kau lepas dari sini dan memilih ibuku. Daripada kau mengaku anak jaemin, bagaimana jika kau saja yang menjadi putraku?" ujar eric sambil menatap Jeremiah yang menatap dirinya penuh dendam.
Tangan Eric terjulur untuk membuka penutup mulut yang Jemi kenakan.
cuih
Jemi langsung meludahi eric begitu mulutnya bisa terbebas dari penutup. "dalam mimpimu, sialan"
DOR
Eric lagi lagi menembakkan peluru ke arah plafon rumah miliknya sebagai akibat dari tindakan nekat Jemi.
"Berani-beraninya mau menantang ku?" Bukannya takut, Jemi malah menegakkan kepalanya. Tidak ada kata takut melawan bajingan seperti ini. Bajingan yang membuat keluarga nya hancur berkeping-keping.
"Jangan mendekat atau kuledakan kepala putramu" Jemi melirik benda yang sekarang menempel di kepala bagian kirinya. Benda ini masih panas, mungkin akan meninggalkan bekas akibat ditempelkan di dahinya nanti.
"Ric, lo sahabat gue. Maksud lo ngelakuin semua ini karena apa? Kita sahabatan udah dari lama" ujar Jeno bertanya karena tidak menyangka bahwa eric adalah dalang dari semua nya.
"lo masih nanya apa yang lo lakuin sampai bikin gue begini?" Jemi bernapas lega saat eric berjalan mendekat ke arah jeno. Ia kemudian berusaha melepas ikatan di tangannya dalam diam. Memberi kode kepada Jeno untuk terus mengalihkan perhatian eric dari jemi.
![](https://img.wattpad.com/cover/299160723-288-k880365.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...