familia-rutinitas

897 115 7
                                    

Happy reading!

Noah membuka matanya karena alarm pada ponsel miliknya berbunyi begitu kencang. Ia melirik pada jam dinding, jam menunjukkan pukul dua.

Ia berdecak kemudian mematikan alarm miliknya dan merebahkan tubuhnya lagi, memejamkan matanya barang sejenak. Rasanya melelahkan sekali. Dia baru bisa pulang ke rumah tadi pukul sebelas malam, tapi sekarang pukul dua malam dia harus bangun.

Setelah beberapa menit tidur kembali, dia kemudian membuka matanya kemudian duduk di ranjang sambil menguap.

Benar, alasan utama Noah terbangun pukul segini adalah untuk belajar karena hari ini ada ujian. Tadi malam sebenarnya dia pulang setelah shift sore, tapi karena ada 'tamu' yang datang, membuat dia harus menunda kepulangan juga menunda belajar. Ingin rasanya dia tidur di rumah sakit saja, tapi buku-buku sang papa yang akan ia pelajari ada di rumah. Lagipula tidur di rumah sakit itu tidak enak, apalagi ada Olaf. Tidak terima kasih.

Noah kemudian memilih bangun dari kasur, mematikan AC kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah sekedar mengurangi rasa kantuk yang menyerang dirinya.

Setelah membasuh wajahnya dengan air, Noah mengambil buku catatan miliknya dan berjalan turun menuju perpustakaan yang berada di kamar bawah.

"kak? Kok udah bangun?" Noah menoleh melihat sang mama yang tengah duduk di sofa ruang tengah sembari menyesap teh mint kesukaannya. Laptop nya masih menyala, dia sedang menonton drama Korea kesukaannya.

"mau belajar, ma. Besok kakak ada ujian" jawab Noah alakadarnya.

"mama kok belum tidur? Udah pagi loh ini? Nunggu Jemi?" Tanya Noah sembari menguap. Tidur dua jam itu tidak cukup bagi dirinya. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak bisa mengejar ketertinggalannya nanti. Dia takut gagal.

"Jemi barusan pulang, udah tidur tuh. Mama lagi nungguin papa. Papa belum pulang tiga hari belakangan. Apa papa di rumah sakit, no?" Noah menggelengkan kepalanya. Ia juga tidak melihat papanya di rumah sakit. Belakangan ia bersama dengan dokter yunseong.

"di kepolisian kali, ma. Lagi ngerjain kasus gede mungkin jadi pulang malem terus" Noah berusaha menenangkan mamanya. Yeji hanya menganggukkan kepalanya. Walaupun dalam hati ia ketar-ketir bukan main dengan kesehatan Jeno. Jeno tidaklah lagi muda. Diusianya yang sekarang, dia sering sakit karena terlalu lelah mengurusi kasus kasus.

"Papamu itu kalau udah kerja ga kenal waktu, bikin Mama khawatir aja. Yaudah sana kamu belajar nanti mama bikin susu hangat buat kamu" Noah hanya tersenyum dan mengangguk.

"terima kasih, ma" ujar Noah kemudian berjalan menuju kamar yang berada di lantai bawah. Tempat perpustakaan yang berisi koleksi buku milk Jeno berada.

Kamar ini adalah spot favorit Noah untuk belajar dan spot favorit Jemi untuk tidur. Karena memang tempat nya yang selalu dibuat sejuk, dingin, dan bersih. Jemi bahkan sering tidur disini kalau lembur.

Noah kemudian mengambil buku tebal milik sang papa dan duduk di kursi kemudian mulai larut dalam bacaannya. Membaca halaman demi halaman lalu mengingat ingat dalam memorinya.

"makasih, ma" ujarnya saat yeji mengantarkan susu hangat untuknya. Yeji tersenyum kemudian mengusap rambut sang putra. "Sama sama. Kalau cape tidur aja ya" Noah hanya menganggukkan kepalanya. Membiarkan sang mama kembali keluar ruangan. Meninggalkan dia sendiri agar fokus dalam belajar.

Noah sedang asyik-asyiknya belajar saat mendengar suara pintu terbuka. Ia melirik jam yang berada di dinding. Pukul empat, papanya baru pulang.

"kamu tuh udah dibilangin jangan pulang telat terus, kan udah tau kondisi belakangan lagi kurang fit" samar samar, Noah masih bisa mendengar suara Omelan kepada papanya. Noah bisa yakin seratus persen, Jeno, papanya, hanya tersenyum kemudian menarik yeji ke dalam pelukannya. Mamanya tidak bisa marah lama lama kepada papanya. Andai, Noah bisa punya istri seperti mamanya.

FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang