"dok, kasus mutilasi di pegunungan" ujar seorang perawat kepada seorang dokter yang saat ini tengah berjalan menyusuri lorong rumah sakit, baru saja ia kembali selesai makan malam dan harus berjaga malam sendirian.
"dokter minseo yang ada di tkp, dokter bagian di rumah sakit" pria yang sudah menyandang gelar resmi sebagai dokter spesialis forensik nampak mendengus kesal.
"belum datang kan tubuhnya?" tanya nya santai. Perawat disampingnya menggelengkan kepalanya.
"ya sudah, aku akan makan dulu" ujarnya sambil mengunyah pisang goreng di mulutnya sembari berjalan. Ia tidak mau duduk di tengah lorong gelap seperti ini. Tidak. Terimakasih.
Noah, pria yang sekarang berusia tiga puluh tahun kurang dua bulan adalah seorang dokter spesialis forensik yang bekerja di rumah sakit yang sama saat dia pendidikan, termasuk rumah sakit yang selama ini menjadi tempat jeno, papanya, mengabdi.
Walaupun dia sudah bertahun tahun di rumah sakit ini, tetap saja, dia paling tidak mau berjaga malam apalagi sendirian. Nyalinya tidak sebesar badannya. Sungguh. Makanya Jemi sering mengejek Noah jika Noah pulang selepas jaga malam dengan wajah pucat. Sudah jaga malam, tidak ada yang menemani pula.
"dok, dokter tahu ngga kalau di rumah sakit ini katanya angker?" Noah yang sedang mengunyah pisang goreng miliknya menoleh saat perawat di sampingnya mengangkat sebuah pembicaraan yang sangat enggan untuk Noah angkat.
Noah menelan pisang goreng yang ia beli tadi sebelum menjawab pertanyaan dari perawat di sampingnya. "ah yang namanya tempat begini mah ya, pasti banyak" jawabnya netral, padahal dalam hati sudah kalang kabut bagaimana jika dia diteror kuntilanak belakang ruang jaga.
"tapi kemarin katanya ada yang ngeliat hantu tanpa kepala, dok. Ada juga yang ngeliat kepala nya ngegelinding di lorong ini" Noah menelan pisang goreng yang tadi di genggam di tangan kirinya. Ia kemudian sedikit geser mendekati perawat yang malah berbicara hantu.
Ngomong ngomong hantu tanpa kepala yang dia maksud itu, Kristoff?
Iya, Noah memberi nama Kristoff untuk hantu laki laki tanpa kepala atau yang kepalanya menggelinding di lorong.
Anna, Elsa, Olaf, Kristoff
Keluarga perhantuan yang bahagia, bukan?
"dok, bener ngga?" Noah menoleh ke perawat yang ada disampingnya. "geseran dong, kesana dikit aja" jawab Noah tanpa konteks, dia meminta perawat itu menggeser badannya.
"kenapa dok?" perawat itu tentu aneh saat tiba tiba diminta bergeser oleh Noah. Noah melirik lorong panjang dari ujung hingga ujung.
"tuh barusan kepalanya ngegelinding, bentar lagi badannya yang nyari. Emang suka kejar kejaran aja tuh dua" jawab Noah enteng, tanpa beban namun membuat beban pria disampingnya bertambah.
Perawat disampingnya menoleh dengan wajah pucat. "dok?"
Noah mengangkat bahu, ia kemudian berjalan lebih cepat begitu suara ambulans berbunyi. "Yuk buruan, kita udah ditunggu tamu baru"
--
"apaan?" Noah yang sedang menyetir mobil menyahut saat Jemi meneleponnya. Tenang saja, ia sudah menyambungkan ponselnya ke mobil sehingga secara otomatis dia bisa melakukan hal yang seperti pada ponselnya di mobil tanpa perlu mengangkat ponsel.
"dimana lo? Gue ke rumah sakit kok ngga ada" Jemi langsung menyerobot bertanya.
"jalan jalan. Piknik lah. Gamau gue bosen di rumah sakit terus terusan. Mau cari angin diluar. Lah lo sendiri ngapain ke rumah sakit? Tumben amat?" tanya Noah sambil membelokkan setir nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...