Jeno sakit. Kabar buruk yang harus diterima ketiga anaknya pada pagi hari ini.
Athena yang sedang akan berangkat terbang dan sekarang berada di bandara karena sebentar lagi take off, Jeremiah yang sedang berada di tengah rapat penting bersama rebecca, serta Noah......
Yang tengah naik gunung demi mendapatkan sinyal.
"pa, keluhannya apa? Kok bisa sakit begitu?" Noah berujar karena sinyal pagi hari ini cukup bagus. Tentu saja bagus, dia harus naik ke bukit tiga puluh menit dengan berjalan kaki tentu saja untuk mendapatkan empat garis pada ponselnya.
"papa cuma sakit aja, kak. Biasa. Penyakit usia. Umur ngga bisa bohong" dari sambungan telepon, Jeno terkekeh. Tawanya terkadang diselingi batuk. Walaupun tertawa , bohong kok raut wajah papanya baik baik saja.
"papa kebanyakan pikiran, kak" yeji yang datang membawa nampan berisi sarapan untuk suaminya menyahut.
"Papa nih ngga bisa gitu, libur sehari mikirnya. Mikir terus nyampe sakit begini kan?" Si bungsu, jiplakan yeji, ikut mengomeli sang papa karena sadar betul jika papanya sudah banyak pikiran, pasti dia akan lupa makan lupa tidur dan akan sibuk bekerja.
"Yang namanya otak kan dipakai buat mikir, dek" Jeno menyahut santai sambil memakan bubur seafood buatan sang istri.
"Ya itu papa kebanyakan yang dipikir. Kali kali Jemi diceritain gitu apa aja pikiran papa. Nyampes amit begini kan?" Noah mengangguk menyetujui ucapan kembarannya.
"nggak ah nanti kalian ikut sakit kalau mikirin" Jeno berujar sambil terbatuk di sela makannya. Yeji dengan sigap mengambil air yang ada di nampan yang tadi ia bawa.
"Abang pulang sekarang" Jemi tiba tiba memutuskan sendiri saat melihat kondisi papanya. Dia harus mempercepat kepulangan nya dari Jepang demi menjaga papanya. Mamanya pasti akan kerepotan karena harus membagi waktu bekerja dengan sang papa, apalagi mamanya sendiri yang membuat pakaian untuk pernikahan adiknya.
"Loh katanya mau seminggu nyampe dua minggu? Ini baru hari keempat loh, jem. Ngga apa apa liburan dulu bareng becca disana. Jarang jarang kan? Kalian sama sama sibuk" Jeno menolak keputusan Jemi yang hendak pulang apalagi saat ini melihat Jemi masih memakai setelan formal pertanda dia ada rapat penting karena biasanya Jemi hanya memakai kemeja saja.
"Ngga apa apa. Becca juga pasti ngerti. Papa yang pertama. Besok Jemi bisa ke Jepang lagi" rebecca yang kebetulan lewat menoleh saat namanya disebut.
"Halo papa" sapanya akrab kepada orang tua dari pacarnya itu. Yeji melambaikan tangan nya. "hai becca, udah lama kamu ngga main ke rumah"
"Iya, mama. Kerjaan Jemi lagi banyak jadi dari kemarin ngurusin Jemi ngga kelar kelar" ujarnya sambil tertawa-tawa. Ia kemudian mendekatkan wajahnya ke Jemi yang memberi kode melalui bisikan.
"Papa, baik baik aja?" Ujarnya selepas mendapatkan bisikan dari Jemi yang memberi tahu kalau Jeno sedang sakit. Jeno tersenyum seperti biasanya. "papa cuma sakit biasa"
Rebecca menoleh ke arah Jemi. "Papa, becca bakal pesan tiket buat jemipaling awal penerbangan setelah rapat ini selesai. Biar nanti rapat sisanya becca yang urus. Yang penting Jemi bisa ke papa dulu. Jem, aku lanjutin dulu rapatnya. Nanti aku kabarin penerbangan terdekat jam berapa. Kamu siap siap dulu. Biar nanti barang nya dibawa sama aku nyusul belakangan" ujar rebecca menyanggupi bahwa Jemi harus pulang saat ini juga.
"Becca, ngga usah repot-repot" Jeno dengan enggan menolak ucapan kekasih Jemi. Rebecca mengibaskan tangannya. "Ngga repot. Papa yang utama. Pa, pamit ya. Becca harus gantiin Jemi rapat dulu" Rebecca pamit kemudian menghilang dari layar. Begitupun Jemi yang sepertinya mengajak ngobrol kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...