familia-partner

1.2K 155 9
                                    

"sore pak, ini hasil rapat tadi siang. Pihak klien puas dengan design design yang bapak buat dan menyetujui untuk melanjutkan pembangunan dengan ini" ujar seorang wanita berusia seperempat abad, dengan pakaian formal, rok span berwarna hitam serta kemeja berwarna abu-abu. Rambutnya terurai begitu indah.

Pria yang dipanggil pak yang tidak lain tidak bukan adalah Jeremiah mendongak. Menerima satu bendel kertas yang sekretaris nya berikan kemudian menganggukan kepalanya sembari tersenyum.

"ah syukurlah. Makasih ya mbak, mbak boleh istirahat. Mbak boleh pulang duluan kok, karena setahu Jemi ngga ada jadwal lagi kan?" tanya Jemi sambil membuka halaman demi halaman yang  tad diberikan.

"ngga apa apa nih pak?" Tanya sekretaris nya tidak enak walau dalam hati bersorak gembira karena diizinkan mendapatkan waktu tambahan untuk istirahat. Jemi menganggukan kepalanya sekilas.

"iya mbak, nitip salam sama suami dan anaknya ya. Bonus buat mbak udah Jemi transfer ya. Makasih udah bantuin Jemi buat project yang ini" ujar Jemi ringan.

"loh mbak dikasih bonus juga?" Tanya sekretaris nya bingung. Jemi menganggukan kepalanya.

"Iya. Karena udah bela-belain lembur bantuin Jemi. Makasih ya mbak, walau ngga seberapa seenggaknya bisa dipakai jalan jalan sama si dedek"  ujar Jemi sembari tersenyum manis.

"makasih pak bos, saya pamit pulang dulu" Jemi hanya tertawa melihat respon sekretaris nya sebelum kembali fokus ke dalam pekerjaannya. Membaca kontrak yang sudah ditandatangani oleh klien nya.

Jemi melirik rolex milik sang ayah yang ia curi karena suka, ini sudah menunjukkan pukul enam sore. Dia ada janji dengan seseorang. Makan malam lebih tepatnya. Dengan cepat ia merapikan meja nya, menata kembali barang-barang yang berserakan agar ia tidak kebingungan nantinya.

Dengan meraih jas hitam miliknya yang diletakkan di kursi, Jemi menghabiskan kopi miliknya kemudian berjalan meninggalkan ruangan tempat kerjanya.

"Malam, pak" sapa staff nya melihat dirinya yang ikut masuk ke dalam lift. Jemi yang sedang fokus pada ponselnya menoleh. "Malam, kalian mau pulang?" Mereka menganggukan kepalannya. Menggeser badan agar Jemi bisa ikut masuk ke dalam lift.

"Iya pak" Jemi hanya menganggukkan kepalanya. Ia memilih berdiri menyender di dinding lift, dengan tangan kanan memegang jas hitam miliknya sementara tangan kirinya memegang ponsel. Mengabari 'temannya' bahwa dia akan segera datang.

"Saya duluan ya" ujarnya berpamitan kepada karyawannya yang dibalas dengan anggukan sopan. Sebuah fakta umum, bahwa anggota perusahaan yang ia dirikan sendiri adalah orang-orang yang lebih tua dari dirinya membuatnya terkadang sungkan untuk meminta bantuan pada mereka. Namun mau bagaimana, Jemi lah yang memiliki jabatan lebih tinggi dari mereka.

Bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang properti dan pembangunan infrastruktur, Jemi memang salah satu arsitek kepercayaan. Bukan hanya satu dua kali dia diminta pemerintah untuk membangun kota. Bahkan dia sering diminta untung menangani pembangunan sebuah kota. Menjadikannya lebih maju tanpa mengurangi hal yang sudah ada sebelumnya. Sehingga hampir semua orang yang menggunakan jasanya sangat puas dan membuat namanya melejit naik. Tanpa mereka tahu kalau Jemi merupakan anak dari salah satu fashion designer ternama dan seorang dokter yang wara-wiri di televisi.

Iya. Banyak orang yang tidak mengetahui kalau Jemi punya orang tua yang bisa dibilang cukup populer, Jemi yang bandel, dididik langsung oleh jaehyun, sang paman, untuk menjadi tameng kuat bagi keluarganya.


Saat itu, Jemi ketahuan ikut tawuran dan bolos sekolah. Naasnya, kegiatannya yang biasanya tidak terendus kepolisian, lantas disergap. Jemi selaku pemimpin tertangkap membuatnya harus mendengus kesal menunggu jemputan sang mama di kantor polisi.

FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang