Jeno menatap tajam pantulan dirinya yang berada di cermin yang berada di hadapannya. Tangannya yang kekar nampak perlahan membuka kancing kemeja lengan panjang miliknya dari kancing teratas.
Ia mengeraskan rahangnya saat melihat segaris luka yang masih basah yang berusaha ia sembunyikan dari keluarganya. Luka yang didapat saat ia pulang kerja tanpa yeji, istrinya, tidak ketahui sama sekali.
lebih tepatnya dia sengaja menutupi luka bekas cambukan yang melintang di punggungnya. beruntung saat itu jaemin menolong dirinya. Inilah yang membuat Jeno meminta Noah untuk pulang.
Mereka sudah berani mendekati Jeno secara terang-terangan. Bukan tidak mungkin keberadaan Noah tidak diketahui. Dan benar saja, Noah bahkan ditangkap. Walau Olivia bercerita tentang penangkapan mereka berkaitan dengan teroris, motif terselubung mereka pasti berkaitan dengan Noah.
Mereka biasanya akan memusnahkan siapapun yang menjadi pengganggu target nya, yaitu Noah. Mereka akan menghancurkan Noah saat itu juga. Terbukti mereka hanya mengenai punggung Noah, seharusnya mereka mengenai kepala Noah. Noah bisa mati di tempat, mereka akan dengan mudah membawa Olivia sebagai tawanan. Dan mereka seharusnya tahu, pihak medis akan selalu netral.
Jeno meringis saat menggerakkan tangannya. Rupanya efek obat yang ia minta di apotek rumah sakit Daniel tidak bekerja cukup lama. Ia masih merasa nyeri dan perih karena sabetan tali kotor yang bisa saja membuat tubuhnya infeksi.
Tidak ada yang tahu Jeno mendapatkan luka melintang di punggungnya selain jaemin yang menolong nya. ia malam itu sengaja tidak pulang dan menginap di salah satu apartemen jaemin untuk mengobati luka yang ia terima.
"sayang kamu masih lam--LOH INI KENAPA BISA BEGINI?" Jeno menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka. Yeji berdiri di depan pintu dengan tangan memegang daun pintu dengan shock, tentu saja.
Jeno menggigit bibirnya. Yeji tidak seharusnya pulang jam segini! Ia salah perhitungan!
"kok sudah pulang?" Tanya nya pelan mencoba mengambil kemeja yang tadi ia lemparkan ke keranjang pakaian kotor. Berusaha untuk menutupi lukanya kembali dari istrinya walau yeji sudah tentu tahu apa yang ada pada tubuhnya.
"mas, kamu kenapa? Ini kenapa? Kok bisa ada gini di punggung kamu? Mas?" Yeji bertanya dengan khawatir melihat garis yang ada punggung jeno. Pasti rasanya perih sekali. Ia masih bisa melihat darah sedikit keluar dari lukanya.
Jeno tersenyum walau dalam hati ia merasa nyeri nya bukan main. Ia butuh obat sekarang. Tapi tidak bisa. Yeji bahkan hampir menangis karena terkejut. "Kita bicara nanti ya, sayang. Mas mandi dulu. Tolong ambilkan teh dan map yang ada di lantai bawah ya? Biar mas ceritain semuanya. Jangan bilang anak anak dulu" yeji menghapus air matanya dan mengangguk. Tidak ada waktu untuk membantah suaminya.
Jeno menghembuskan napas lega begitu yeji keluar dari kamar mandi. Ia menatap bayangan dirinya. "Dasar tua, lemah" ujarnya mengumpati diri sendiri.
Tidak ada waktu sebelum yeji kembali dengan khawatir, Jeno lebih baik segera membersihkan diri walau dia harus menahan ringisan sambil mengetatkan rahang dan menutup matanya. Sialan. Ini sakit sekali! Ia butuh yeji!
"MAS, UDAH BELUM?" yeji berteriak dari luar. Jeno meringis. persetan dengan gengsi, yeji sudah tahu semuanya. "YANG, BISA MASUK? MAU MINTA TOLONG"
yeji dengan segera masuk ke dalam kamar mandi. Pemandangan pertama adalah suaminya tengah berdiri di bawah guyuran shower. "Minta tolong bersihin punggung ku. Perih sekali jika terkena air" ujar Jeno. Yeji menghapus air matanya dan mengangguk.
"ini kenapa jadi begini, mas? Ya Tuhan" ujar nya sambil mengambil shower, menyiramkan nya pada bagian belakang tubuh Jeno dengan perlahan agar tidak melukai luka pada punggung Jeno.
"Panjang ceritanya, nanti aku ceritakan semuanya" ujar Jeno sambil merapatkan bibirnya. Ini benar benar nyeri.
"Bentar, aku ambilin baju" yeji membantu Jeno untuk duduk sementara dirinya mengambil satu set pakaian tidur untuk suaminya. Ia mencari pakaian yang memiliki bahan paling nyaman. Jeno tersenyum saat istrinya kembali dengan satu set piyama biru tua di tangan.
"Salep nya mana? Aku obatin dulu" Jeno menunjuk tas nya. Yeji menghela napas. Pantas saja dia tidak tahu apa yang terjadi dengan suaminya. Suaminya menyembunyikan hal ini dengan sangat baik.
"Ahhh pelan, yang" Jeno mengaduh saat yeji tidak sengaja menyentuh luka nya. "Tahan sebentar" ujarnya sambil menatap luka Jeno prihatin. Lukanya masih sangat baru tapi dia tidak tahu. Dia merasa gagal menjadi seorang istri.
"Sudah. Sekarang ceritakan semuanya padaku" Jeno hanya menghela napas. Ia memberikan map yang tadi yeji ambil. "Kamu pasti ngerti kalau kamu baca ini" ujarnya. Yeji membuka map yang berisi beberapa lembar kertas. Laporan laporan medis, surat kuasa, dan berkas penting yang Jeno kumpulkan jadi satu.
"mas..." Yeji menatap Jeno yang hanya bisa menunduk. "Ini bukan orang yang sama? Tapi kenapa bisa?" Jeno menggelengkan kepalanya.
"Yamamoto bersih. Seluruh keluarganya bersih. Kenzo sudah menyisir semua keturunan, saudara, atau siapapun yang terkait dengan mereka. Bersih. Mereka sama sekali tidak terlibat dengan kasus penyerangan kemarin malam" jeno menjelaskan. "Penyerangan?"
"aku diserang ketika pulang bekerja, yeji. Kebetulan jalanan gelap dan kacamataku di pecahkan. Kamu tahu sendiri aku tidak bisa melihat jelas karena tidak memakai kacamata. Ya sudah jadi seperti ini. Untung aku sempat menelpon jaemin" yeji menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kembali menangis.
"kamu tau ngga sih? Aku kemarin hampir mati berdiri lihat anak aku pulang mukanya ancur babak belur bahkan kepalanya harus dijahit karena kena beton, terus kakinya susah digerakin. Dan sekarang? Aku bahkan gatau kalau suamiku sendiri baru kena musibah kaya gini" yeji terisak. "Aku ngerasa gagal, mas" tambahnya.
Jeno beranjak pelan dari tempat nya duduk, bergerak melingkarkan tangan nya di tubuh sang istri. Mengusap yeji agar istrinya kembali tenang. "kamu ngga gagal, aku yang harus nya disalahkan"
"Yeji, bisa dengerin mas sekarang?" Tanya Jeno kepada yeji saat yeji sudah mulai tenang. Yeji mengangguk. Mengedip ngedipkan wajahnya sambil mengusap matanya.
"Saat ini, kita, lebih tepatnya mas ada di posisi sulit. Mas sedang berusaha mengamankan kalian dulu. Disini, yang mereka targetkan mas. Mas ngga tau ada motif apa mereka mengejar mas sampai segininya. Yang jelas, mereka tidak akan berhenti sampai mas mati"
"Kalau seandainya hari itu tiba, mas bisa nitip sesuatu?" Yeji mendongak. Menggelengkan kepalanya. "nggak bisa"
Jeno tersenyum tipis.
"Di dalam brankas di kamar bubu, ada map berwarna merah. Disana mas sudah belikan sebuah rumah dan ada nomor darurat yang harus kamu hubungi. Bawa anak anak sama kamu ke alamat yang mas kasih. Selamatkan mereka dulu, ya? Bisa bantu mas?" Yeji menggelengkan kepalanya kencang.
"Ngga mau. Mas sendirian disini?" Jeno hanya tersenyum tipis.
"Mas bukan bubu yang melarikan diri. Mas bakal lawan semuanya. Tugas kamu, bawa anak anak sejauh mungkin ya? Jemi bakal dibawa jaemin kalau keadaan semakin parah. Kamu hanya bawa Noah dan Athena. Jonah akan pergi sama kamu. Semua aset mas, udah mas balik nama jadi kepemilikan anak anak. Jadi sekarang tugas yeji cuma satu, bawa anak anak jauh dari mas. Amankan mereka dulu. Mengerti? Biar mas disini" yeji memeluk Jeno sambil menangis. Bagaimana bisa dia meninggalkan Jeno disini sendirian?
"Ngga boleh ngga boleh" Jeno hanya tersenyum tipis sambil mengusap rambut yeji.
"ngga bakal terjadi apa apa, kita akan terus bersama. Ingat janji pernikahan kita? Mas akan ngelindungin kamu, anak anak, kalian. Mas bakal baik baik aja"
Di luar kamar, tanpa kedua orang itu tahu, seseorang mendengar obrolan mereka dari awal. Sang sulung mengepalkan tangannya. Menahan semua amarah yang menyerang dirinya. Dengan cepat, ia berjalan kembali ke kamarnya.
Jika mereka berusaha menghancurkan keluarga nya, Jemi bisa membalas semuanya. Peduli apa dia. Jemi bisa membunuh mereka agar keluarga nya tidak terbunuh.
Karena ini adalah permainan, hanya ada satu orang terbunuh dan satu orang membunuh.
Dan Jemi berharap papanya bukan yang terbunuh.
----
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fiksi Penggemar-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...