"JEMI, KAMU NGEHAMILIN ANAK PEREMPUAN MANA HAH?"
Jeno yang sedang membaca berita online di tablet miliknya menoleh dan menurunkan kacamata miliknya begitu mendengar suara teriakan dari yeji yang terdengar begitu jelas. Begitupun Noah yang sedang membaca diktat tebal miliknya karena ia masih ada ujian yang akan ia hadapi langsung menoleh begitu mendengar teriakan ibunya.
"Kenapa sayang?" Jeno bertanya kepada yeji yang tergesa gesa masuk ke dalam rumah dan melempar tas miliknya ke sofa. Yeji hanya menoleh sekilas ke arah suaminya sebelum kemudian naik ke kamar Jeremiah.
"JEMI, TURUN KAMU" teriaknya lagi. Jeno dan Noah saling pandang.
"mama mu kenapa?" Noah mengangkat bahu.
"Mana aku tahu istrinya papa kenapa" jawabnya sebelum kembali fokus ke buku yang dia baca. Jeno hanya mengangkat bahu. Entahlah.
"PAPA TOLONGIN JEMI, MA SAKIT MA, AMPUN" baru Jeno menyalakan tablet miliknya, Jemi kini berteriak.
Kali ini Jeno dan Noah menoleh ke arah tangga dimana yeji tengah menarik telinga Jemi yang meringis.
"kalian kenapa lagi sih?" Jeno mendesah sambil mematikan tablet miliknya lagi. Berdiri untuk memisahkan istri dan putra sulungnya.
"udah ma, kasihan Abang" ujarnya pelan membuat yeji mendengus kesal dan akhirnya melepas tangannya dari telinga Jemi. Jemi yang menyadari mamanya telah melepas cekalannya, segera mengusap usap telinganya dan berlindung di belakang papanya.
"kenapa lagi sih ma?" Tanya Jeno kepada yeji yang sedang mengibas ngibaskan tangannya di wajah nya yang memerah, entah karena emosi atau karena kepanasan.
"Masa pa, di butik mama ada yang ngaku dihamilin sama Jemi. Ngaku kamu nidurin anak orang mana lagi sampai begitu?"
Noah yang sedang meminum Boba miliknya sembari menikmati keributan yang dibuat oleh kembarannya lantas tersedak. Jemi kebobolan?
"Mana ada ma, Jemi udah ngga pernah jajan beneran. Tanyain becca. Jemi juga main aman sama becca" ujar Jemi melakukan pembelaan dengan mengangkat dua jarinya, jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf v karena dia benar benar tidak melakukannya lagi.
"boong kamu. Mana mungkin ada cewe ngaku ngaku?" Jemi mengangkat bahu. "udah sering ma. Tapi demi tuhan. Sekarang Jemi cuma ngelakuinnya sama becca dan itu pake pengaman kok. Kalau ngga percaya, mama tanya becca sendiri"
Mata sipit yeji menyipit sehingga nampak tidak terlihat. Tangannya terulur meminta ponsel putranya.
"iya bentar, ni telepon becca kalau ngga percaya" ujarnya kemudian mencari nomor kekasihnya. Demi beha nya Sandy, Jemi sudah taubat!
"Selamat siang, pak. Ada yang bisa saya bantu?" Jemi melirik jam, jam masih menunjukkan pukul dua. Pantas saja rebecca menggunakan bahasa formal. Masih jam kerja rupanya.
"sini mama yang ngomong, kamu tukang bohong" buset, Jemi berujar dalam hati saat ibunya tiba tiba merampas ponselnya.
"Siang becca, ini mama" ujar yeji. Becca nampak terdiam sebentar. "siang, mama" ujar nya menyapa dengan ramah.
"Jadi tadi ada cewe masuk ke butik mama, nah cewe itu ngaku kalau dia hamil anaknya Jemi. Kata Jemi, Jemi udah ngga pernah jajan diluar lagi. Itu benar, becca?"
"Bener kok mama, Jemi setiap malam ada di apartemen nya becca. Dan kita biasanya langsung tidur kalau cape. Jemi juga jarang keluar kalau ngga sama becca"
"Tuh ma, dengerin ucapan calon mantu" ujar Jemi semangat. Kan sudah dibilang, Jemi sudah bertaubat!
"Ma, kalau boleh tahu siapa cewe nya? Atau gimana ciri-cirinya?"
"Ciri cirinya dia itu ngga setinggi kamu, rambutnya pirang sepunggung, pakai rok nya diatas lutut dan nge press badan. Ya lumayan seksi sih tapi Gaya bahasanya lebay gitu. Kamu tahu?" Tanya yeji.
"Oh tau. Udah biasa itu ma. Pernah sekali kayanya sama Jemi. Terus entah kenapa kayanya ketagihan jadi begitu" Noah kembali terbatuk mendengar ucapan frontal dari pacar kembarannya. Jemi mendelik. Jeno hanya menatap datar anaknya.
"Tapi beneran kan itu bukan anak Jemi?" Ujar yeji memastikan
"Tenang ma, bukan. Jemi selalu pakai pengaman kok. Biar nanti becca yang ngurusin ini. Mama ngga usah khawatir. Biar becca yang urus. Semuanya beres"
"Ya udah ya becca, maaf mama ganggu waktu kamu kerja. Mama cuma mau mastiin aja" ujar yeji.
"ngga apa-apa mama. Santai aja. Kan bos nya anak mama sendiri. Becca ngga bakal dipecat" ujar becca membalas sambil tertawa kecil.
"tuh kan ma, Jemi ngga pernah macam macam lagi. Udah taubat. Mau serius nih" ujar Jemi sambil mengambil ponselnya kembali.
"serius? Kamu mau nikahin Rebecca?" Yeji menatap putranya heran. Biasanya Jemi paling anti dengan perempuan dan sekarang dia mau serius dengan satu perempuan?
Ajaib sekali
"ya bener. Tinggal nunggu becca nya mau apa engga. Papa mama setuju kan kalau calonnya Abang itu Rebecca?" Ujar Jemi sambil berjalan menuju sofa dimana kembarannya masih asik duduk menyaksikan pertengkaran nya tadi dengan sang mama.
"lah emang becca mau sama bajingan kaya lo?" Noah berujar tanpa dosa membuat Jemi mendelik. Dengan segera ia bangkit dari tempat duduk dan mendekati Noah, melingkarkan lengannya di leher sang adik.
"ngomong apa lo barusan hah? Ngomong sekali lagi coba" ujarnya sambil menarik leher Noah. Noah memekik. "Sakit, tolol. Lepasin"
"Jemi udah kasihan adeknya" Jeno lagi lagi hanya bisa menengahi keributan di keluarganya. Noah menghembuskan napas lega begitu lilitan lengan Jemi terlepas dari lehernya.
"Ya mama fine fine aja sama becca. Kan becca juga udah kita kenal lama. Udah akrab pula. Mama suka kok kepribadian nya. Kalau papa gimana?" Jeno mengangkat bahu.
"papa terserah Jemi. Jemi yang bakal ngejalanin hidup kedepannya. Kalau Jemi yakin sama becca yaudah. Apa lagi yang mau ditunggu?" Jeno berujar santai sambil membuka tabletnya kembali.
"Lo ngga tanya gue?" Noah kembali berujar. Jemi mendengus kesal melihat adiknya bertanya tanpa dosa.
"apa yang gue harapan dari jomblo seumur hidup, masih perjaka, belum pernah ciuman, sekarang ngedeketin cewe aja gemeteran hah?" Jemi membalas omongan Noah dengan pedas. Sontak wajah Noah langsung masam apalagi mendengar mamanya menertawakan dirinya, papanya juga tersenyum walau ia melihat layar tablet.
"bang tuh hp nya bunyi lagi" yeji berujar setelah sadar bahwa ponsel Jemi berdering tapi Jemi tidak menyadarinya
Jemi menoleh. "oh iya. Jemi mau angkat telepon dulu bentar" ujarnya sebelum melipir di pintu dekat ruang tamu memastikan bahwa tidak ada yang menyadari percakapan nya.
"halo Yoshi, yang gue minta udah dapet?" Tanya Jemi kepada penelepon yang tidak lain tidak bukan adalah Yoshi, temannya dari Jepang.
Jemi menatap tiga orang yang sangat ia sayang saat Yoshi berujar dari telepon. Dimana yeji nampak datang dari dapur membawa mie instan untuk Noah yang melanjutkan belajarnya begitupun Jeno, papanya yang masih serius duduk membaca. Jemi menghela napas. Ini harus tuntas sekarang.
"kirim ke email gue yang satunya. Ingat, jangan sampai papa, daddy jaemin, dan bang Kenzo tau"
------
Akhirnya aku menemani ramadhan kalian dengan update cerita. Dan doain yaa ramadhan selesai cerita ini selesai, amiin.
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie 👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...