Bendera putih sudah terpampang jelas di rumah mewah berlantai tiga milik keluarga seorang dokter dan ibu designer ternama.
Hari ini, hari tepat dimana sang putri seharusnya menjalankan janji suci pernikahan, namanya terukir indah di sebuah batu nisan yang sekarang berada di depan rumah mereka.
Ramai kerabat, teman teman, sanak saudara mereka datang berkunjung ke rumah mereka. Duduk di kursi yang seharusnya untuk tamu undangan, malah mereka harus menelan pahit, mempelai wanita datang dengan kondisi yang berbeda.
Tidak jauh berbeda dengan keadaan di luar rumah. Keadaan di dalam rumah pun nampak berubah. Semua sofa mereka pindahkan keluar untuk sementara sehingga ruangan nampak luas.
Potret seorang gadis cantik nampak terpampang di seluruh rumah. Gadis cantik dengan seragam bekerjanya nampak menawan. Dicetak dengan ukuran besar, di letakkan di sebuah tempat yang penuh dengan bunga.
lulusan termuda dari akademi penerbang di Australia, beberapa kali lompat kelas, sabuk hitam pada karate, cantik, pernah menjadi model saat fashion show karena tingginya yang semampai dan proporsi tubuhnya yang cantik. Namun sangat disayangkan, dia harus meninggalkan dunia yang kejam ini di usianya yang belum genap berumur dua puluh lima.
Yeji, sang mama, nampak duduk dengan mata yang membengkak di pelukan kakak kembarnya. Air matanya seperti nya sudah habis menangisi nasib putrinya.
Yeji sebenarnya sudah menerima keadaan. Dia sudah mengikhlaskan kepergian putrinya. Namun rasa sedih itu tidak kunjung pergi.
Masih ingat di bayangannya bagaimana sang putri tertawa saat yeji menjemputnya seusai dia terbang. Bagaimana manjanya sang putri saat meminta pelukan di malam hari karena ketakutan. Teriakan melengking setiap Minggu pagi karena ulah jahil kedua kakaknya yang selalu menganggu dirinya.
"masih kuat?" Hyunjin berbisik. Yeji menghapus air matanya. "yeji udah ikhlas. Tapi masih sakit rasanya"
hyunjin hanya memeluk tubuh adik kembarnya dengan erat.
di lain sisi, sang kakak sulung nampak diam terduduk di kursi yang berada cukup jauh dengan sang mama. Disampingnya, wanita yang menemani perjalanan hidupnya mengusap usap bahunya sembari menggenggam jemarinya. Mencoba menguatkan sang kekasih.
Air mata Jeremiah tidak turun. Namun rebecca tahu, betapa terpukul nya pria disampingnya.
"aku disini" rebecca berbisik. Mencoba membantu Jemi. Jemi hanya bisa tersenyum tipis.
Kenan masuk ke dalam rumah.
"Athena pulang" ia berujar membuat mereka semua menoleh.
Mereka yang berada di dalam rumah, seluruh keluarga besar dari Jeno dan yeji nampak berjalan ke luar rumah. Menyambut kepulangan keponakan perempuan satu satunya yang pergi setelah sekian lama.
Suara sirine ambulans terdengar hingga ke depan rumah. Mereka semua berdiri, memberi sambutan untuk kepulangan Athena.
Pintu belakang ambulans terbuka, yang pertama kali muncul adalah wajah Jeno yang turun dengan wajahnya yang pucat dan tidak berekspresi apapun disusul Noah dengan wajah membengkak yang duduk di samping peti mati adiknya.
Kenzo, Evan, Kenan, dan Sean kemudian mendekat ke ambulans. Membawa peti mati berisi jasad saudara perempuan mereka yang sudah terkunci rapat. Tidak bisa dibuka lagi.
"Jen" renjun yang berdiri paling dekat dengan Jeno beranjak memeluk tubuh sahabat nya yang tetap diam. Tidak menunjukkan wajah apapun.
"thanks udah jagain yeji sama Jemi waktu gue pergi" ujarnya pelan sambil menepuk punggung renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fiksi Penggemar-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...