familia-play

697 109 3
                                    

"selamat siang, pak" Jemi yang baru saja turun dari mobilnya selepas makan siang di luar bersama klien nya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis. Dibelakangnya, sedikit terburu-buru, rebecca mengikut sambil membawa sebuah tab berisi jadwal sehari hari, sementara Paramita, sekretaris Jemi melakukan hal yang sama.

Jika ditanya, mengapa Jemi memiliki satu asisten serta satu sekretaris? Jawabannya adalah karena jadwal Mba Mita sudah tidak sefleksibel dulu dikarenakan sudah menikah dan terlalu berat untuk Jemi membiarkan Paramita mundur dari posisinya. Alhasil dia bernegosiasi dengan suami mbak mita agar mbak mita tetap diperbolehkan kerja dengan dia dengan waktu bekerja lebih singkat dan job desk yang lebih sedikit. Sedikit keteteran memang pada awalnya, tapi untungnya rebecca, salah satu karyawan magang di kantor milik Kenzo di Jerman,  langsung Kenzo kirim untuk bekerja di kantor Jemi.

Awalnya meragukan karena masih magang, tapi pilihan Kenzo pada orang orang berbakat seperti ini, dengan sedikit saja polesan, Rebecca benar benar bisa menjadi asisten pribadinya yang benar benar sigap di sampingnya.

"mbak, jadwal rapat saya setelah ini sama siapa? Berkas nya udah siap semua?" Tanya Jemi sembari melepas suit berwarna navy blue nya, memberikannya kepada Rebecca yang selalu sigap membawakan. Jemi melonggarkan dasinya yang terasa begitu mencekik karena baru saja bertemu dengan salah satu orang terkemuka, yang tentu saja mengharuskan dia memakai pakaian yang super formal. Tentu saja ini menyiksa dirinya.

"untuk jadwal bapak, setelah ini sampai jam lima sore, bapak kosong. Jam lima sore ada rapat dengan AnD group perihal bangunan Rumah sakit yang rutin dibangun tiap tahunnya. Semua berkas sudah disiapkan, saya akan mengirim salinannya kepada bapak setelah ini" ujar mbak mita sembari memberikan sebuah map kepada Jemi. Jemi mengangguk.

"yang meeting sama saya itu pak jaehyun?" Tanya Jemi sambil membuka berkas yang diberikan oleh sekretaris nya.

"bukan, pak. Tuan muda Kenzo sendiri yang akan meeting secara online dengan bapak namun satu staff AnD pusat juga turut hadir" Jemi mengangguk.

"ya sudah, mbak. Mbak boleh istirahat lagi. becca juga" ujar Jemi sedikit mengusir kedua orang yang membantunya. Keduanya menurut.

"GUE CAPE BANGET KERJA, ANJENG. MAU JADI KAYA RAYA TANPA KERJA BISA GASI" ujarnya setelah merebahkan dirinya di lantai ruang kerja miliknya. Tadinya ia akan tidur di sofa, tapi sofa terlalu sempit dan ia terlalu malas untuk berjalan. Alhasil dia merebahkan dirinya di lantai. Berbaring telentang dengan membuka lebar kedua tangan dan kakinya, menikmati sejuknya lantai ruangan serta dinginnya AC tanpa peduli kotor atau tidaknya ruangan miliknya.

"Buset dah, ngapain ngemper begitu?" Jemi mendongak melihat adik bungsunya yang tiba tiba datang.

"Bacot bener, ngapain lo kesini?" Ujarnya enggan bangun. Ana, yang hendak duduk di sofa terpaksa harus melompati tubuh abangnya.

"mau minta anterin belanja sama ke salon lah" jawabnya santai. Jemi berdecak.

"Lo ngga liat gue lagi sibuk gini? Pacar kamu dimana emang? Kasian amat jalan sendirian" ledek Jemi. Ana mendengus.

"Sibuk apasih bang, abang aja goleran begitu kaya ikan teri dijemur. Ngaku-ngaku sibuk. Jonah lagi tugas jadi ngga bisa nemenin" ujar Athena. Jemi mendengus kesal. "Noah deh noah"

"Kakak lagi ada ujian. Abang mau ada hawa hawa permusuhan antara papa sama kakak kalau nilai kakak sampai c?" Benar juga. Perang dunia di rumah namanya kalau noah dapat nilai c. Bisa bisa ruang makan jadi tempat paling menyeramkan. Untung Jemi tidak dibimbing oleh papanya. Bisa bisa dia mati muda karena tekanan mental.

"mau ngapain emang?" Tanya Jemi sambil  duduk.

"Mau ke salon, nih rambutnya udah begini. Mau dirapiin lagi biar ngga terlalu panjang. Udah sih habis itu makan ya bang" mau tidak mau, Jemi menurut. "Yaudah, kamu kesini naik apa?"

FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang