Happy reading!
ya benar kali ini Jemi dan Noah benar benar sudah berada di taman kota. Tempat dimana penjual makanan yang biasa Jemi beli berjualan secara berjajar.
Tadi, Jemi meminta Noah langsung menjemput dirinya saat selesai shift pagi. Dan akhirnya mereka berdua berangkat dengan motor Noah karena tidak mungkin mereka membawa mobil mewah milik Jemi. Itu akan menarik perhatian orang banyak, dan Jemi tidak suka.
Alhasil sesuai dengan kesepakatan bersama, Noah akan menjemput Jemi di kantor lalu membonceng sang abang. Ia membiarkan sang abang untuk mengendarai motor kesayangannya sementara dirinya hanya duduk membonceng di belakang.
Jemi memarkirkan motor Noah berada di kawasan yang cukup jauh. Walau begitu, motor Noah nampak mencolok diantara jejeran motor motor lainnya.
"Ini aman kan?" Tanya Noah khawatir motornya kenapa-napa. Jemi menganggukan kepalanya. "Aman udah, itu ada yang jagain" tunjuknya kepada seorang bapak bapak paruh baya yang tengah duduk mengelap keringat. Noah menatap bapak itu iba, kasihan sekali.
"udah jangan diliat terus, buruan. Keburu rame nanti minta pulang" dengan berjalan mendahului Noah, Jemi segera berjalan menyusuri trotoar. Noah mengekor di belakangnya.
Mereka berdua berjalan menyusuri trotoar dengan berjejeran. Noah yang masih memakai kemejanya pun sama dengan Jemi. Mereka hanya melepaskan jas serta snelli miliknya. Membiarkan kemeja serta celana bahan masih terpakai di tubuhnya.
"oke, karena kemarin lo krisis sama per-aci-an, sekarang gue jajanin segala macemnya. Inget. Beli sedikit dulu. Jangan banyak banyak" Noah hanya menuruti ucapan Jemi. Mengikuti kemana Jemi melangkah.
Jam sudah menunjukkan pukul lima, suasana pun semakin ramai. Banyak orang-orang yang berkunjung, terutama anak muda yang sedang berkencan, maklum malam Minggu.
Disinilah Noah merasa miris, di umurnya yang lebih dari seperempat abad ini, dia masih asik menyendiri. Fokus kepada pendidikannya dan pekerjaan miliknya. Sibuk mengerjakan ujian daripada menghabiskan waktu dengan berkencan dengan seorang wanita. Dipikir pikir memang miris ya hidup Noah.
"Tuh, mumpung sepi" ujar Jemi berjalan menuju penjual kaki lima yang tertulis cilok dan siomay.
"pa, beli dua ya. dua porsi cilok dua porsi siomay. Dimakan disini" ujar Jemi. Noah hanya menuruti ucapan abangnya. Ia duduk sambil menghadap pemandangan di hadapannya. Sebuah permainan khusus anak anak dengan anak anak yang tentu saja senang bermain disana bersama orang tuanya.
"Lo sering jajan disini, emang?" Tanya Noah kepada Jemi yang sekarang membawa dua porsi es campur untuk dirinya dan Noah. Jemi menoleh.
"ya kalau pusing kesini, biasanya nyari makan atau ngeliat orang orang. Lo tau sendiri gue gimana" ujar Jemi sembari menekuk kemeja nya hingga siku.
Jemi adalah tipe orang yang menyegarkan pikiran dengan bertemu banyak orang, entah pergi ke festival, atau yang paling sering ia lakukan adalah mengunjungi klub malam. Menikmati keramaian, dentuman musik yang menggebu serta riuh kerumunan dengan sebotol minuman keras dan berakhir di sebuah hotel dengan satu atau bahkan lebih wanita yang dengan sukarela memberikan tubuh serta harga dirinya kepada Jemi.
Jemi sangatlah berbeda dengan Noah, jika Jemi butuh keramaian, Noah berkebalikan. Noah membutuhkan kesendirian. Noah memilih untuk tidak keluar kamar selama berhari-hari jika ada masalah, atau lebih memilih liburan sendiri dengan earphone dan buku yang selalu ia bawa. Menikmati kesendirian dan jauh akan keramaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...