"Becca, kerjaan saya udah selesai kan ya?" tanya Jemi kepada Rebecca yang sedang membereskan berkas. Rebecca mendongak saat melihat bos nya berdiri di depan kubikel miliknya. Ia melihat jadwal milik Jemi.
"sudah, pak. Tidak ada jadwal lagi setelah ini" Jemi hanya menganggukkan kepalanya. "Mba Mita udah pulang?" Tanya Jemi saat melihat sekretaris nya sudah pulang. Rebecca mengangguk.
"sudah, pak. Semua jadwal bapak sudah selesai buat hari ini" ujar Rebecca. Jemi mengangguk anggukan kepalanya.
"ya udah saya pulang dulu, ya. Kamu juga langsung pulang. Terima kasih buat hari ini, Rebecca" Rebecca menganggukan kepalanya pelan.
"sama sama, pak" Jemi kendaraan berjalan keluar dari kantornya. Ia sesekali tersenyum membalas sapaan dari beberapa pegawainya yang menyapa dirinya.
"Akhirnya" ujarnya begitu mendudukan diri di mobilnya. Jemi nampak mengendurkan dasi hitam miliknya kemudian melemparkan asal ke bangku belakang. Membuka tiga kancing teratas kemeja formal berwarna putih miliknya sebelum menjalankan mobilnya keluar dari daerah kantor.
Perjalanan menuju tempat yang Jemi tuju membutuhkan waktu kurang lebih empat puluh tiga menit karena macet yang benar benar membuat Jemi kesal sehingga Jemi sampai di tempat sekitar pukul sepuluh.
"Weits, pak bos nih baru dateng. Tumben dateng jam segini?" pria itu, pria berkebangsaan Jepang bernama haruto, menyapa Jemi sembari melakukan tos. Jemi hanya tersenyum kemudian duduk di atas kap mobil miliknya.
"Biasa, ada kerjaan. Pinjem korek, dong" ujarnya sembari mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celana nya. Mengambil sebatang dan menyelipkan di sela sela jarinya. Haruto yang sudah terlebih dahulu merokok kemudian melemparkan koreknya kepada Jemi. Jemi menerimanya kemudian menyalakan rokoknya yang sudah ia selipkan pada kedua bibirnya. "thanks." Haruto hanya menganggukkan kepalanya.
"Noah ngga ikut?" Tanya Haruto. Jemi menggelengkan kepalanya kemudian menghembuskan asap dari sela sela bibirnya ke udara.
"gue baru balik kerja langsung kesini. Ngga enak lah Dateng telat waktu denger ada orang nantangin gue" haruto hanya tertawa kecil mendengar ujaran Jemi.
"mobil lo udah siap?" Tanyanya sembari menunjuk si merah kesayangannya yang sedang Jemi duduki. Jemi menepuk nepuk kap mobil miliknya.
"dia selalu siap, kapanpun dan di manapun. Minta anak-anak buat cek sekali lagi. Takut ada kerusakan sama nih mobil" ujar Jemi. Haruto mengangguk. Ia kemudian memanggil anak anak lain untuk menerima mobilnya sementara Jemi sendiri menyingkir bersama haruto menuju bar yang berada tidak jauh dari tempat diparkirnya mobil Jemi.
"Cantik, Brandy ya" ujarnya sembari mengedipkan mata kirinya kepada salah satu pelayan bar yang memang sudah lama bekerja di sini. Pelayan wanita itu tertawa dan menganggukkan kepalanya, membuatkan minuman untuk Jemi yang sedang merokok.
"kali ini apa taruhannya?" Tanya Jemi sambil mematikan rokok karena sudah habis. Ia kemudian mencari makanan yang bisa ia makan. "WOY INI PANGSIT PUNYA SIAPA? GUE MINTA YA" teriaknya kepada teman temannya. Seseorang yang sedang membenarkan mobil Jemi menoleh. "PUNYA GUE. IYA ABISIN AJA" Jemi tersenyum riang.
"Laper lo?" Jemi mengangguk.
"taruhannya, seratus juta. Lima puluh juta masing-masing" Jemi hanya menganggukkan kepalanya, menikmati pangsit dari temannya dalam diam.
"Brandy, bos" Jemi menoleh begitu seorang pelayan mendatangi dirinya. Perempuan dengan pakaian minim membawakan segelas Brandy yang dipesan oleh Jemi. Jemi tersenyum tipis melirik pahanya. Wanita dihadapannya paham. Ia kemudian mendudukan dirinya di paha Jemi. Jemi merangkul pinggang nya. Sementara tangan kiri menegak Brandy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...