familia-memancing

513 115 4
                                    

"shh, jangan menangis. Tidak apa apa" ujar Noah sambil menimang seorang bayi berusia delapan bulan. Ia baru saja mengobati bayi perempuan ini. Bayi perempuan ini mengalami demam dan flu. Mungkin membuat tubuhnya tidak nyaman.

Hari ini, banyak warga yang datang ke posko untuk berobat. Ada yang mengeluh asam urat nya kambuh. Ada yang mengeluh nyeri selepas bekerja di ladang, ada bayi yang tubuhnya panas, bahkan ada pula yang menganggap diriny terkena jampi jampi.

Walau Noah bisa melihat mereka, tapi tidak mungkin dia mengatakan kalau tidak ada hantu atau apapun yang membuat orang sakit. Mereka hanya lemas karena memiliki maag dan belum makan siang.

"dia sudah tidak apa apa. jika nanti tubuhnya panas lagi, bilang saya saja" ujarnya setelah memastikan tubuh bayi digendongannya sudah nyaman. Ia kemudian memberikan bayi tersebut kepada mamanya. Ia kemudian memberikan beberapa obat kepada mamanya.

"berapa biaya yang harus saya bayar, dokter?" Ujar mama sambil mengeluarkan uang dari sela sela pakaiannya. Noah menggelengkan kepalanya. "tidak usah, mama. Simpan saja uangnya untuk memberi bahan makan malam" tolak Noah. Papanya benar, dia kesini tidak demi gaji ataupun demi pangkat. Noah datang kesini untuk mempertanggungjawabkan gelar yang ada di depan namanya.

"dokter, saya tidak enak. Ambil saja uang ini dokter" ujar mama si bayi berusaha menyalami noah dengan uang seadanya. Noah tetap berusaha menolak.

"mama, bagaimana jika mengganti nya dengan ikan saus kuning saja untuk malam? Kebetulan saya diajak Aldo dan anak anak lain untung memancing. Kata Aldo, mama pandai sekali membuat ikan saus kuning. Bukankah itu ide yang bagus, mama?" Noah memberikan alternatif lain. Ia tidak mau merepotkan mereka dengan memberikan uang. Lebih baik meminta seporsi makan malam untungnya. Itu lebih baik bukan? Setidaknya mereka tidak merasa tersinggung dengan penolakan yang Noah berikan.

"wah kalau begitu, pak dokter datang ke rumah saya saja. Saya akan membuatkan ikan saus kuning paling nikmat untuk pak dokter dan teman teman" Noah tersenyum. Ia mengusap bayi yang sudah semakin tenang. Bahkan hampir terlelap akibat pengaruh obat. "tentu, saya akan datang"

Setelah pasien terakhir meninggalkan posko, Noah segera merapikan barang berisi obat obatan. Beruntung obat yang mereka bawa masih cukup untuk beberapa hari kedepan sehingga Jeno tidak perlu meminta pihak rumah sakit untuk mengantarkan persediaan obat.

Noah segera kembali ke rumah, ia kemudian menoleh ke arah jaehyuk yang sudah keluar dengan kaus tanpa lengan dan celana pendek. Ia akan ikut memancing dengan anak anak. "Kau lama sekali" jaehyuk menggerutu. Noah hanya tertawa. "Sebentar, aku mengganti bajuku terlebih dahulu" ujrnya. Ia kemudian kembali ke kamar, mengambil ponsel nya jika seandainya ada sinyal di pinggir pantai nanti. Tak lupa, ia melepas kemeja dan celana panjang miliknya. Menggantinya dengan kaus tanpa lengan berwarna putih miliknya serta celana pendek berwarna hitam.

"yuk" ajaknya pada jaehyuk yang sudah menunggu sedari tadi menunggu sambil. Jaehyuk dan Noah berjalan menuju pantai, beruntung jalanan tidak becek sehingga mereka tidak perlu mengotori kaki mereka.

Mereka disambut anak anak yang sudah asik berendam di air sambil tertawa riang.

"kalian sudah dapat banyak?" Jaehyuk bertanya sambil menghampiri anak anak yang sudah asik berendam. "Baru dapat segini, bapak dokter"

Noah melongok ke arah ember. "sudah cukup banyak" komentarnya.

"aku akan ikut turun sekalian berenang. Kau ikut tidak?" Jaehyuk segera meregangkan tubuhnya, bersiap untuk melompat ke dalam air. Noah mengangkat ponsel miliknya. "Mumpung ada sinyal. Kau duluan saja"

jaehyuk hanya menganggukkan kepalanya. Ia kemudian melemparkan tubuhnya ke dalam air. Mencoba berbaur dengan anak anak setempat sembari berburu ikan meninggalkan Noah yang tengah duduk sendirian di dermaga.

FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang