familia-pillowtalk

768 125 12
                                    

"mas, mau kopi atau teh?" yeji menyembulkan kepalanya di pintu saat berjalan melewati kamar mereka. Jeno yang sedang duduk di hadapan laptop miliknya menoleh. "Kopi aja" jawabnya.

"Oke" setelah itu Yeji kembali menghilang dari pandangan Jeno.

Malam ini, cuacana cukup panas sehingga mau tidak mau, Jeno yang tidak tahan dengan gerah menyalakan pendingin ruangan dengan suhu paling rendah. Membuat dirinya tetap merasakan dingin.

Ditangannya ada sebuah map yang merupakan hasil dari kematian wanita yang ia dan Noah temukan. Sementara dipangkuan dirinya, laptop berwarna hitam sudah sedari tadi menjalankan tugasnya. Mencari dokumen dokumen terdahulu dimana ia menjadikan satu di dalam laptop hitam miliknya.

Kacamata sudah terpasang rapi di hidung mancung miliknya. Piyama berwarna biru tua pun sudah nyaman ia kenakan.

"nih kopinya" yeji masuk dengan membawa secangkir kopi untuk suaminya. Jeno tersenyum tipis melihat istrinya masuk dan menutup pintu kamarnya rapat.

"anak anak udah tidur?" tanya Jeno sembari melepas kacamata miliknya. yeji memberikan kopi kepada Jeno. "Makasih, sayang" ujar Jeno sebelum menyeruput kopi hangat buatan istrinya.

Yeji kemudian berjalan menuju meja rias yang terletak di ujung kamar mereka. "tadi aku cek Noah sih udah ngorok, kecapean kayanya. Athena juga udah nyenyak banget tidurnya. Tidur dari jam sembilan dia. Kalau Jemi, dia malah baru izin pergi dan ngga pulang buat hari ini" ujarnya mengeluh melihat kelakuan putra sulung nya yang bahkan lebih sering menikmati malam di luar sana. Mulut yeji nampak asik mengeluh, sementara tangannya dengan sigap mengambil micellar water dan perlahan menghapus make up di wajahnya yang sekiranya masih tersisa.

"biar aja, sayang. Paling mentok dia ke club nya Kenzo. Ntar aku minta orang sana ngasih kabar ada Jemi ngga disana" ujar Jeno menenangkan istrinya.

"anak itu makin besar makin sering di luar. Mamanya dilupain kayanya" yeji berujar kesal sembari mengoleskan pelembab pada wajahnya. Jeno menggelengkan kepalanya. Ada ada saja.

"mana mungkin begitu. Jemi bakal tetep inget sama kamu kok. Biarin aja namanya anak laki laki lebih senang diluar. Selagi dia masih bisa kita kontrol, biarin aja" Jeno mencoba memberikan pengertian kepada istrinya. Yeji mendengus. Berjalan menuju ranjang. Mendudukan dirinya di samping Jeno. Memeluk tubuh besar suaminya dari samping.

Bau sabun mandi menguat dari tubuh dokter tampan yang sekarang tengah yeji peluk. Jeno baru saja pulang setengah jam yang lalu dan langsung mandi.

Jeno tertawa kemudian meletakkan kopi miliknya di nakas, mematikan laptop miliknya dan menutup berkas yang tadi ia pelajari. Ia memilih membalas pelukan sang istri.

"Kamu pasti kangen sama anak anak ya?" Tanya Jeno mengerti. Yeji mengangguk. Pelukannya makin erat. Ia mendusel manja di dada Jeno. "Mereka cepet banget gede. Adek udah mau nikah juga" lirih yeji merasa tidak ingin putrinya besar. Apalagi sebentar lagi Athena sudah akan dibawa pindah oleh Jonah. Jonah sudah menyiapkan apartemen yang akan dihuni sementara oleh dirinya dan Athena. Yeji galau.

"kita udah tua ya berarti?" Ujar Jeno sambil terkekeh. Yeji mendengus kesal, mencubit pinggang milik suaminya yang sudah menemani dirinya hampir tiga puluh tahun.

"kamu inget ngga waktu Athena lahir, kamu lagi di luar kota terus langsung pulang waktu aku dibawa ke rumah sakit sama jaemin?" Jeno menganggukan kepalanya. Ia ingat betul. Kala itu, kecelakaan pesawat terbang terjadi. Perjalanan dari lokasi kejadian dari tempat yeji tinggal membutuhkan waktu enam jam melalui jalur udara. Jeno sempat ragu untuk turun membantu, namun yeji mengatakan bahwa putri mereka tidak akan lahir dalam waktu dekat.

FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang