familia-run with papa

767 117 11
                                    

"yang heh itu anakmu kenapa?" Jeno yang baru saja turun untuk mengambil air minum menoleh ke arah yeji yang berbisik dari meja makan. Yeji bahkan memberi kode agar Jeno mendekat ke arahnya. "apa?" Ujarnya ikut berbisik.

"itu Noah ngapain ngelamun begitu? Dia lagi kenapa?" yeji berbisik. Jeno mengangkat bahu, mengambil cookies buatan sang istri. "Ngga tau, belum cerita tuh anak. Lagi dapet masalah emang?"

Jeno kembali menatap putra keduanya yang tengah duduk melamun di sofa yang menghadap ke taman belakang rumah mereka. "lagi ada masalah kayanya" bisik Jeno kepada yeji. yeji mengangguk. Tidak biasanya noah merenung seperti ini.

"kalian ngapain bisik bisik?"

"ASTAGA, JEMI" yeji spontan berteriak sambil memukul bahu Jemi yang tiba tiba berbisik di antara keduanya. Jemi menghindar. Jeno mengangkat telunjuknya di bibir. "sst, nanti Noah denger"

Jemi hanya menganggukkan kepalanya "kita lagi ghibahin Noah nih ceritanya?" Bisiknya ikut bergabung di pembicaraan kedua orang tuanya. Beruntung Noah tadi tidak mendengar suara yeji berteriak. Pria itu masih asik dengan lamunannya.

"kamu tau ga adek mu kenapa? Ngga biasanya dia ngelamun ngga ada gairah begitu?" Yeji bertanya. Jemi mengangguk. "patah hati, ma"

Jeno menoleh. "Sejak kapan dia punya pacar? Perasaan dia ngga laku deh"

"huss omongannya" yeji mencubit pelan pinggang Jeno membuat Jeno mengaduh. Enak saja putranya dibilang tidak laku! Putranya itu tampan ya! walaupun sikap cuek nya ke perempuan melebihi rata-rata.

"gimana ceritanya itu bisa patah hati, bang?" yeji berbisik lagi.

"cewe yang ditaksir malah suka sama orang lain, eh kemarin ketahuan kalau cewe nya lagi making out sama orang" Jemi membalas, cepu seperti biasa.

"Noah yang malang" Jeno berkomentar. Kemudian berkata dengan buru-buru. "hus hus, Noah kesini. Bubar bubar"

ketiga orang yang tadi sedang asik menggibahkan Noah di dapur segera berpisah saat melihat Noah yang datang menuju dapur dengan terhuyung. Pantas saja tadi Noah tidak mendengar teriakan yeji, telinganya tersumbat earphone.

"kalian ngapain disini?" Tanya nya datar kepada ketiga orang keluarganya yang sekarang berkumpul di meja makan. Jeno menggelengkan kepalanya. "Nih, makan ini" ujarnya sambil menunjuk cookies sebagai alasan.

"Oh" Noah hanya ber-oh-ria tanpa menunjukkan kecurigaan apapun. Ia kemudian berjalan menuju kulkas dan mengambil air dingin.

"Noah, papa ngajakin lari tuh" Jeno menahan tangannya yang tadi hendak memakan cookies. Matanya berkedip kedip. "hah?"

Yeji membalas tatapan Jeno dengan pelototan. Pertanda 'ikutin aja atau jatah disita' membuat Jeno hanya mendengus pasrah. sementara Jemi terkikik pelan.

"bener?" Noah bertanya sembari memiringkan kepalanya. Mata birunya menatap Jeno penuh harap. Sudah lama sekali dia tidak lari dengan papanya yang super sibuk. Jeno menghela napas. "iya. Cepet ganti bajunya. Keburu hujan" ujarnya final. Mau tidak mau menuruti keinginan putranya karena disampingnya, yeji sudah mencolek colek pinggangnya agar menuruti apa yang Noah mau.

"Jemi juga, ganti baju" Jemi melotot melihat sang papa yang berkata sambil tersenyum miring. Apa apaan dia juga kena?

"Ngga mau. Jemi disini aja bantu mama" ujarnya sambil memeluk yeji dari samping. Jemi paling tidak suka lari. Dia lebih senang basket atau futsal daripada harus berlari puluhan kilometer di jalan.

"udah sana ganti baju, biar Jemi sama mama aja di rumah. Bantuin masak buat makan malam. Gih sana, keburu hujan" mau tidak mau dua pria berwajah mirip namun beda usia itu berjalan keluar dari dapur untuk mengganti baju. Jemi mengaduh karena Jeno baru saja menendang tulang kering miliknya karena kedapatan cekikikan menertawakan nasib Jeno yang menjadi tumbal.

FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang