familia-brother

700 117 11
                                    

"mbak, Jemi nya masih diatas?" Noah, yang wajahnya sudah kembali normal dan tampan seperti semula bertanya kepada resepsionis kantor Jemi, menanyakan keberadaan Jemi apakah dia masih di tempat kerjanya atau tidak.

"Ada kok, pak. Pak Jemi masih diatas" Noah mengangguk. "Saya langsung ke atas ya, mbak. Makasih" ujarnya.

Noah lantas sedikit berdesakan dengan karyawan kantor lain mengingat saat ini jam makan siang sudah selesai. Ia terpaksa harus mengantre di lift. Mempersilakan mereka yang sedang terburu-buru untuk lebih dahulu. Toh dia hanya menjemput Jemi.

Setelah hampir sepuluh menit Noah berdiri menunggu lift, ia kemudian berjalan dengan pelan menuju ruangan kembarannya.

"Jem, kalau udah kelar ayo bal--BUSET, KALIAN BILANG DONG KALAU LAGI MESUM" Noah langsung balik badan melihat kembarannya beserta kekasihnya tengah berciuman, dimana rebecca tengah duduk di pangkuan Jemi.

"gue ga liat gue ga liat" Noah merapal sambil memejamkan matanya..

Rebecca dan Jeremiah selaku tersangka hanya saling pandang dan tertawa terbahak bahak melihat Noah masih berada di pintu memunggungi keduanya.

"aku pulang dulu, ya. Kamu langsung pulang aja. Biar urusan yang besok, diselesaikan sama aku di rumah" Jeremiah mengusak rambut rebecca dan mencium Rebecca sekali sebelum rebecca turun dari pangkuan kekasihnya.

Jeremiah segera mengambil dompet dan ponsel miliknya kemudian berjalan lebih dahulu menuju Noah yang masih memunggungi dirinya di pintu. Ia menepuk bahu Noah. "Bangsat" Noah mengumpat.

Jemi tertawa. "dah yuk" ajaknya. Noah menoleh ke arah rebecca yang tengah merapikan meja Noah yang semula berisi dokumen dokumen yang berceceran.

"becca, pacarnya gue bawa dulu ya, bye bye" ujar Noah sambil melambaikan tangan kepada rebecca. Rebecca membalas dengan melambaikan tangan dan tersenyum. Ada ada saja tingkah si kembar.

"Jadi, kita perlu beli sesuatu ngga nih buat uncle?" Tanya Noah yang sedang menyetir. Ia melirik ke arah Jemi yang sedang menyandarkan kepalanya di jendela. Jemi menoleh. "bawa diri aja udah kita kesana. Uncle jae udah punya segalanya inih"

Noah mengangguk. Benar juga apa yang diucapkan kembarannya. Jaehyun kan sudah punya semuanya? Untuk apa dia repot-repot membawakan sesuatu kepada uncle nya?

Noah kembali melirik jeremiah yang tidak biasanya diam sambil menikmati radio yang terputar disela sela kemacetan yang terus menerus terjadi sepanjang hari.

"Lo kenapa? Lagi banyak pikiran?" Ujar Noah sambil meneguk air mineral. Mobil nya berhenti total karena kemacetan dihadapannya semakin parah.

Jemi menghela napas. Ia ingin sekali menceritakan kepada Noah tapi itu tidak keluar dari mulutnya. Yang keluar hanyalah "entahlah" ujarnya.

Noah melirik jeremiah sekilas kemudian mengangkat bahu. Ada apa dengan kembarannya?

"No" panggil Jemi. Noah berdehem. "Hmm"

"No" ulang Jemi. Noah kembali berdehem "hmm"

"No" Noah kali ini menoleh dan mendengus keras. "Ngomong sekali lagi, gue turunin lo di pinggir jalan"

Jemi menatap sebal adiknya. Kenapa Noah yang malah marah marah? Apa dia sedang pms? Cih, dasar pemarah.

Noah kembali diam fokus ke jalan.

"kalau gue nikah, lo gimana?" Noah kali ini bukan hanya melirik, ia menoleh ke arah kembarannya.

"Lo? Mau nikah? Yang bener aja!" Tentu saja Noah tidak percaya dengan bualan Jemi. Mau percaya bagaimana. Jemi adalah pria yang tidak percaya dengan komitmen apalagi berkaitan dengan pernikahan. Hingga dia bertemu Rebecca. Itu juga Jemi masih sering jajan di luar tanpa sepengetahuan kekasihnya. Kalaupun rebecca tahu, dia juga sudah pasrah kelakuan jemi. Toh nantinya Jemi bakal kembali lagi kepadanya.

FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang