"pa, kenapa uncle taeyong datang lagi? Kenapa uncle taeyong ada disini?"
"Haish" Jeno berujar kesal karena lagi lagi kalimat yang diucapkan Jeremiah terngiang-ngiang di kepalanya.
"dok, baik baik saja?" Seorang perawat bertanya kepada Jeno yang tiba tiba membanting gunting di tangannya. Jeno menoleh. "Tidak ada apa apa lanjutkan saja. Ini sudah selesai kan ya? Saya tinggal aman?" tanya nya sambil melepas sarung tangan. Perawat disampingnya mengangguk karena memang mereka tinggal membereskan alat alat. Mereka baru saja mengotopsi seorang jenazah yang ditemukan membusuk di selokan.
"Saya pulang dulu, ya. Kalau ada apa apa hubungi saya saja ya" ujarnya menepuk bahu perawat yang sedari tadi pagi menemani dirinya di ruang dingin bersama korban yang sudah mulai berbau busuk.
"Baik, dok. Selamat beristirahat" Jeno hanya tersenyum tipis.
Jeno kemudian berjalan keluar sambil sesekali menyapa beberapa kenalan nya baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Ia juga menyapa Olaf yang masih ada di kebun belakang yang sedang membungkuk-bungkukkan tali di bagian atas tubuhnya.
Ia kemudian masuk ke dalam mobil nya. Memutar arah. Berbelok dari jalan menuju rumahnya. Tujuan nya saat ini adalah butik tempat yeji bekerja. Ini jam tujuh malam, seharusnya istrinya sudah selesai bekerja tentu saja.
Walau ia datang sedikit terlambat karena macet, jeno akhirnya sampai di butik. Benar saja masih ada beberapa mobil terparkir di depan tempat kerja sang istri.
"malam mbak, ibu ada di dalam?" sapanya kepada salah satu staff yang berada di butik.
"mbak?" Staff tersebut tersentak lalu menundukkan kepalanya karena tanpa sengaja terpesona dengan suami dari bosnya yang luar biasa tampan. Dengan celana kain berwarna biru tua serta kemeja biru muda yang ditekuk hingga lengan, Jeno tidak terlihat seperti pria seumur nya.
"ah maaf pak, ibu ada di dalam. Bapak masuk saja tidak apa apa" Jeno menganggukan kepalanya. Ia tersenyum kecil. "saya masuk ya" ujarnya berpamitan.
"Ibu masih ada tamu?" Tanya nya kepada salah satu pegawai yang berada di dekat ruangan yeji. "ah bapak. Ada mbak ana sama pacarnya aja kok, pak. Lagi liat liat baju. Bapak masuk aja" Jeno hanya menganggukkan kepalanya kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan yeji.
"Loh pa, udah pulang?" yeji bertanya melihat Jeno masuk ke dalam ruangannya. Di dalam ruangan hanya ada Jonah, yeji, dan satu staff yang berdiri di dekat gantungan gaun. "iya. Sekalian jemput kamu. Ana mana? Kok ada Jonah doang disini" tanya nya sambil mendudukan diri di kursi panjang. Jonah menunjukkan ruang ganti. "lagi coba baju, pa"
Jeno hanya menganggukkan kepalanya. "lanjutin aja. Papa ngga ganggu kok" ujarnya sambil membuka ponsel. Berusaha mengalihkan pikirannya yang sedari tadi memikirkan ucapan putra pertamanya.
"loh papa? Kok disini?" sedikit berteriak, Athena berujar melihat kedatangan pria yang paling berharga di hidupnya. Jeno mendongak kemudian tersenyum. "jemput mama. Papa juga ngga tau kalau kalian lagi disini" Athena hanya menganggukkan kepalanya. Ia berjalan keluar dengan gaun yang cukup terbuka di bagian atas.
"Ini cantik, kan?" Jonah menatap kekasihnya dari kepala hingga mata kaki. "Apaan? Itu kebuka gitu. Ngga ya! Ngga ada buka buka! Cari yang tertutup" tolak Jonah mentah mentah saat melihat bagian bahu hingga leher Athena terlihat. Jonah tidak ingin berbagi tubuh kekasihnya, barang seinci. Tidak.
"Ih aku mau ini, bagus tau. Kamu ngga tau style ya? Cantik kan dipake sama aku?" Athena berusaha membujuk Jonah yang tetap menolak. Yeji menatap Jonah dan putri bungsunya sambil tersenyum gemas. Sementara Jeno tersenyum tipis. Rupa rupanya anaknya akan benar benar menikah sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...