familia-japan

551 105 7
                                    

berbanding terbalik dengan adik kembarnya yang tengah berusaha membetahkan dirinya di tempat yang baru saja ia tempati, berkilo kilometer jauhnya, sang kakak kembar tengah duduk dengan nyaman di sebuah pesawat terbang yang mengantar dirinya ke negeri sakura.

ia membuka matanya, bangku kelas bisnis yang dipesan oleh sekretaris pribadinya benar benar nyaman digunakan untuk tidur. Jangan menyuruh Jemi membeli pesawat! Jemi miskin. Ia masih makan minta gratisan kremesan di warung depan kantor.

"malam, pak. lima menit lagi kita akan landing" seorang pramugari tersenyum ramah. Mungkin tadinya ia akan membangunkan Jemi yang tertidur, tapi nyatanya Jemi sudah terbangun. "terima kasih atas informasinya" ujar Jemi sambil tersenyum tipis. Pramugari nya cantik juga.

Benar saja, lima menit kemudian, roda pesawat sudah diturunkan. Pesawat bergetar kencang begitu menyentuh landasan. Butuh beberapa menit untuk pesawat terparkir sempurna.

Jemi lantas merapikan barang barang bawaannya, notebook berisi coret-coret anime favoritnya, atau pun sketsa yang sudah diminta oleh Kenzo sudah ia pastikan ia bawa.

"langsung ke AnD aja, becca. Abang masih di kantor kok jam segini" ujar Jemi kepada Rebecca yang menemaninya. Ia baru saja mendapatkan balasan pesan dari Kenzo bahwa Kenzo akan tidur di kantor malam ini.

"Baik, pak" Rebecca hanya menganggukkan kepalanya, berjalan mengikuti kemana Jemi melangkah.

Jemi kemudian masuk ke dalam sedan berwarna hitam yang dikirim oleh Kenzo untuk menjemputnya karena bagaimanapun dia tidak mungkin membawa kesayangannya ke Jepang.

"ke kantor saja" ujarnya menggunakan bahasa Jepang kepada supir Kenzo. Jemi menyandarkan tubuhnya di kursi belakang sementara Rebecca duduk di samping supir. Berbincang menggunakan bahasa Jepang hanya untuk sekedar basa basi sementara Jemi memejamkan matanya kembali. Dia ingin liburan, bang Kenzo! Beri Jemi libur banyak dan duit banyak!


Butuh  lima belas menit mobil mereka menjelajahi jalanan Tokyo, akhirnya sampai juga di gedung dengan lima puluh enam lantai yang menjulang begitu tinggi.

dengan memakai jaket jeans berwarna biru gelap miliknya, Jemi keluar dari mobil. "becca, kalau mau pulang. Pulang aja dianter supir ya. Rapatnya masih besok, kok. Saya mau ketemu dulu sama pak Kenzo" ujar Jemi begitu rebecca hendak membuka pintu.

"Tapi bapak gimana?" Jemi mengibaskan tangan. "banyak taksi disini. Mobil pak Kenzo juga masih disini. Ntar saya untuk sementara waktu tidur di rumah pak Kenzo" jawabnya santai.

"Pak, tolong anterin ke alamat yang dia maksud ya, terimakasih" ujarnya dengan bahasa Jepang kemudian berjalan masuk ke dalam gedung.

Jemi mengeluarkan kartu tanda pengenal di saku jaket dan menunjukkan kepada security yang sedang bekerja. Selepas mereka tahu siapa Jeremiah, mereka lantas membungkukkan badan walau Jemi hanya pakai kaus dengan jaket.

"bapak sudah ditunggu presiden di ruangannya" ujar seorang perempuan Jepang mempersilakan Jemi untuk masuk ke dalam ruangan Kenzo yang berada di lantai paling atas. Jemi menurut. Ia segera menaiki lift yang ada dan menunggu untuk sampai di lantai paling atas.

"Bapak sudah ditunggu presiden di ruangan" Jemi hanya tersenyum dan mengangguk. Ia memberi kan jaket nya kepada wanita yang tadi mengikutinya.

"terima kasih"  ujarnya sebelum membuka pintu dengan kartu pengenal.

"YO WHAT'S UP MY BROTHER" teriaknya begitu masuk ke dalam ruangan dimana ruangan Kenzo sedang berantakan (mungkin karena ini Kenzo akhirnya akan berada di ruangan ini sepanjang malam). Kenzo mendengus mendengar suara berisik sepupunya.

FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang