Jeno terbangun dengan kondisi tubuh berkeringat karena lagi lagi mimpi buruk kembali menyerang dirinya setelah sekian lama. "baru jam dua" gumamnya melirik jam dinding yang terpasang di dinding kamarnya.
Jeno menutup wajahnya karena mimpi buruk yang hari ini kembali datang. Kepalanya terasa pusing karena ia baru bisa tertidur setengah jam yang lalu.
Jeno melirik ke arah sebelahnya, dimana yeji, istrinya masih tertidur dengan lelap tanpa terganggu. Bahkan yeji mendengkur pelan dalam tidurnya.
Jeno mengusap rambut panjang istrinya sekilas sebelum beranjak bangun dari kasurnya. Percuma ia tidur. Tidak akan bisa. Lebih baik dia menenangkan diri dari segala kesemrawutan pikirannya.
Mengambil kacamata miliknya, Jeno beranjak keluar dari kamar hendak menyegarkan pikiran. Namun langkahnya terhenti begitu kamar sang putri masih menyala. Pasti si kembar lupa mematikan lampu kamar Athena.
Menghela napas pelan, Jeno beranjak membuka pintu kamar milik putri bungsunya.
Sudah seminggu lamanya sang putri meninggalkan dirinya dan keluarga tersayang. Tak ada yang berubah dari tempat ini, masih rapi dengan sprei berwarna pink dan gaun pengantin yang tergantung di dinding dekat cermin. Yeji yang menaruhnya setelah mengantar olivia untuk terbang.
Tumpukan buku buku, miniatur pesawat terbang, serta koleksi koleksi make up miliknya masih tertata rapi di meja belajarnya.
Sebenarnya yeji akan membereskan kamar ini setelah ini. Karena mereka masih dalam suasana berkabung, alhasil yeji belum sempat membereskan semuanya. Mungkin baju baju milik Athena akan yeji sumbangkan kepada orang lain yang lebih membutuhkan dan benda benda lain yang bisa digunakan untuk keperluan orang lain.
Hanya saja, ia rasa daripada ia terlalu mengingat kembali berita menyedihkan ini, lebih baik dia menyumbangkannya. Siapa tahu, Athena akan dimudahkan prosesnya.
Walaupun berat, yeji dan keluarga harus menerima semuanya. Life must go on.
Hidup bakal terus berjalan, tidak apa apa mereka merasa sedih sekarang. Tapi mereka harus bangkit. Hidup itu berat, jika mereka berhenti disini. Sia sia saja mereka hidup? Toh Athena mungkin akan bahagia di atas sana nantinya.
Jeno menghela napas pelan saat bayang bayang putrinya yang menyambut dirinya pulang datang menyergap ke pikirannya. Dengan segera, ia mematikan lampu kamar Athena dan beranjak meninggalkan kamar ini.
Disinilah Jeno berada, di taman belakang rumah dengan sekotak rokok digenggaman. Sementara satu rokok sudah berada di sela sela jarinya.
Sekaleng bir menemani dirinya dalam kesunyian, melupakan segala penyakit pada tubuh rentanya yang sudah dalam kondisi tidak bagus. Tidak peduli, toh sebentar lagi dia mati karena usia.
Udara malam ini sebenarnya cukup dingin bagi Jeno yang hanya memakai kaus polos tipis berwarna putih dan celana pendek diatas lutut berwarna hitam. Tapi setidaknya ini adalah suasana yang bagus untuk menenangkan dirinya sendiri.
Hembusan asap rokok di udara mengalir begitu Jeno bernapas.
menyaksikan kematian kakak sulungnya, saksi mata kecelakaan pada Mark, dan orang yang mengotopsi jenazah putri nya.
nasibnya buruk sekali, bukan?
Jeno rasa, hidupnya penuh kutukan atau entahlah apa itu sehingga dia tidak bisa hidup bahagia barang sebentar saja.
Tubuh Athena, bahkan tidak bisa disebut dengan tubuh, adalah jasad paling sempurna dari semua korban. Walau dia tidak menemukan seluruh tubuh putrinya, dia masih mengenal putrinya dari kepala dan jemarinya. Benar, kepala Athena adalah kepala satu satunya yang Jeno temukan dan tentu saja tidak dalam kondisi sempurna.
seluruh potongan tubuh Athena membengkak seperti jasad yang lain, dia bisa mencium bau terbakar dari daging yang terpotong. Well, dia hanya bertemu satu tangan kepala, dan beberapa potong bagian tubuh yang tidak dapat disatukan lagi
Apa tidak gila dia sekarang ini?
jika saja noah ingin melihat kondisi terakhir tubuh adiknya, Jeno bisa menjamin seratus persen kalau Noah akan sama seperti dirinya. Siapa yang bisa tertidur saat melihat kondisi orang yang paling ia sayang seperti itu?
Jeno langsung menangis begitu melihat hasil otopsi yang menyatakan bahwa DNA dirinya dan Athena cocok, bahkan ia terduduk di depan jenazah putrinya yang masih tertutup kantung mayat.
Jeno kembali terdiam, ia meneguk bir miliknya dalam diam. Pandangannya lurus ke depan namun pikirannya entah menghilang kemana. Bahkan ia sendiri tidak sadar, saat air mata mulai keluar dari wajahnya dan ia mulai terisak pelan.
Jemi terbang dari tidur nya saat ia merasa tenggorokan nya kering, dan kebetulan air yang selalu dia bawa di kamar nya sudah habis.
"Siapa?" Ujarnya melirik ke arah pintu yang terbuka. Takut ada pencuri atau siapapun yang akan berniat jahat, Jemi mendekat.
Namun bukan pencuri yang ia lihat, melainkan sebuah punggung tegap yang bergetar dengan wajah yang tertunduk.
Jemi paham betul siapa itu. Dia terdiam. Enggan mendekat.
Ini kali pertama dalam hidupnya ia melihat papanya menangis. Tidak pernah sekalipun ia melihat papanya dalam kondisi seperti ini. Papanya yang selalu memasang wajah tanpa ekspresi kini menangis.
Jemi menghapus air matanya yang tiba tiba ikut turun. Ia kemudian menatap papanya dari kejauhan kemudian mengangkat ujung bibirnya.
"Terimakasih telah bertahan, Superman"
---
Tipis tipis aja y wkwkwk. Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
Fanfiction-Diamante universe- [Please read Diamante and Royals before you read this story] Ketika keluarga sudah kembali utuh, rasa bersalah sudah menghilang dari kalbu, apakah hidup mereka akan baik baik saja? "Kalian bertiga akan aman dengan papa. Papa ber...