familia-born

615 102 8
                                    

Noah langsung berlari begitu mendengar kabar salah satu warga akan melahirkan. Ia bahkan meninggalkan Olivia di belakang dan berlari sekencang mungkin menuju posko.

"gimana gimana?" Semua tim medis tentu saja kebingungan dan menatap Noah lega. Perawat yang bertugas membantu mengecek kondisi ibu yang sedang meringis kesakitan.

"dok, syukurlah" Jeanette menghembuskan napas lega. Dia sejujurnya bingung harus melakukan apa mengingat dia belum sumpah dokter. Dia masih menjadi seorang dokter muda dan tidak punya kewenangan mengambil keputusan sebesar ini karena ada Noah yang memiliki lisensi resmi sebagai dokter selain jaehyuk yang merupakan dokter gigi.

"Tekanan darah nya normal?" Noah langsung membuka Hoodie miliknya, membiarkan dia hanya memakai kaus putih polos yang membalut tubuhnya yang atletis.

"Mama, mama masih bisa melihat saya?" Ujar noah mencoba mengetes kesadaran mama yang sedang menangis karena perutnya yang kesakitan.

"masih sadar. Ini pendarahan atau melahirkan normal?" tanya Noah sambil memakai sarung tangan. Ia kemudian meminta izin suami dari ibu hamil yang sedang terbaring untuk mengecek apakah pembukaan nya sudah lengkap.

"Baru tujuh. Kalau kita bawa ke puskesmas seberang keburu ngga ya?" Ujar Noah kepada Jeanette. Jeanette menggelengkan kepalanya. Sebentar lagi bayi nya akan lahir. Jika mereka memaksakan diri untuk menyeberang, tentu saja akan membahayakan sang ibu dan bayi.

"Noah, bagaimana?" Olivia dengan tergesa-gesa bertanya kepada Noah yang hanya menggelengkan kepalanya. Ia juga bingung sekarang harus melakukan apa. Mengingat ini bukan bidang yang ia tekuni.

"bapak, boleh berbicara di luar sebentar?" Ujarnya kepada sang suami. Ia keluar bersama Olivia dan jaehyuk.

"Jadi seperti yang bapak ketahui kalau istri bapak sekarang sudah kontraksi untuk melahirkan dan sedang pembukaan ke tujuh. Nah masalahnya disini, bapak. Kebetulan saya bukan dokter yang biasa menangani ibu yang sedang melahirkan. Begitupun dokter ini. Jadi kami memberi opsi kepada bapak, apakah bapak berkenan membawa ibu ke puskesmas seberang dengan resiko istri bapak kekurangan cairan dan bisa menyebabkan komplikasi di jalan, atau ibu melahirkan disini tapi kami tidak memiliki keahlian untuk hal seperti ini. Semua keputusan kami serahkan ke bapak" ujar Noah menjelaskan keadaannya sekarang karen jujur ia sendiri tidak yakin untuk membantu seseorang untuk melahirkan. Dulu dia pernah sih, sekali ketika koas. Tapi dia hanya membantu melihat saja. Tidak sampai dia ikut turun langsung.

Dan sekarang dia dihadapkan dengan keadaan yang sulit. Dia bahkan bingung harus melakukan apa. Dia biasanya berhadapan dengan tubuh seseorang yang sudah lagi tidak bernyawa. Sekarang harus berhadapan dengan dua nyawa, ibu dan bayinya. Banyak sekali perhitungan yang harus ia lakukan. Ia ingin menelepon jelas saja disini susah sinyal. Mau tidak mau dia harus bertanggung jawab sendirian.

"Emang kamu bener ngga bisa?" Olivia berbisik kepada Noah. Noah menggeleng.

"aku biasanya sama mayat, bukan beginian" Noah balas berbisik.

Olivia menatap pria berusia tiga puluh tahunan yang tengah menanti putra kedua mereka dengan prihatin. Pasti sangat susah untuk keadaan seperti ini. Pria itu harus memutuskan bagaimana keadaan istrinya untuk kedepannya.

"DOK, PASIEN HILANG KESADARAN" Noah buru buru menoleh. Ia kemudian masuk ke dalam. Pasien sudah hilang kesadaran, mau tidak mau. Jalur satu satunya adalah operasi.

"Tekanan darah semakin turun, dok" Noah memejamkan matanya. Ia bingung sekarang. Andai saja ada papanya, ia pasti bisa mengambil keputusan sekarang. Tapi ia juga butuh pendapat dari pihak keluarga.

FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang