Dear Marsya-30

34.5K 3K 100
                                    

Kini Marsya berada di ruang bk Tiba-tiba saja dirinya dipanggil. Tentu saja Marsya tahu hal ini.

Satu sekolah belum ada yang mengetahui jika dirinya adalah anak pemilik sekolah ini apalagi guru-guru disekolah ini. Sebenci itukah keluarga nya sampai-sampai putrinya ini tidak diberitahu pada publik?cih.

Marsya memandang datar pada kepala sekolah itu. "Kamu baru kali ini! Mengalami kekacauan disekolah! Apalagi sampai-sampai membuat putranya pemilik sekolah ini masuk Kerumah sakit!!" Celetuknya pak Kepala sekolah.

Marsya memandang santai pada kepala sekolah itu. "Ya terus kenapa? Mereka nya aja lebay pak, baru ditendang udah sakarat aja!" Jawab Marsya santai.

Perkataan Marsya membuat seisi ruangan melongo. Mereka menggeleng kan kepalanya itu.

"Kamu yang sopan! Kamu ga tahu kalau yang kamu ditendang itu anaknya pemilik sekolah ini? Hati-hati loh, yang ada kamu dikeluarin disekolah ini" Sahut Bu bk.

Marsya memberi senyum tipis. "Yaudah tinggal keluarin aja, daripada saya sekolah disini dengan orang-orang bodoh!" Sambung Marsya kekehnya.

Brak!

Pak kepala sekolah menggebrak meja membuat mereka terpekik kaget. Pak kepala sekolah sudah mengepalkan tangannya erat. Dia menatap tajam pada Marsya.

"JAGA MULUT KAMU! kamu kira kamu pintar? Cih, nilai rendah jangan so soan nyebut orang lain bodoh!" Hardik tajam dari mulut pak Kepala sekolah. "Kalau kamu pindah sekolah, emang ada yang mau terima kamu? Ga deh kayaknya" lanjutnya.

Marsya Menghela napas Kasarr, dia menatap dingin pada kepala sekolah itu. Meremehkan heh?. Marsya menatap Bu heni. "Bu! Saya mau tanya boleh kan? Nilai saya sekarang sama dulu gimana Bu? Ada perubahan ga? Coba ibu jawab dan jelaskan pada mereka disini Bu" Punya Marsya pada Bu heni.

Bu heni yang paham perkataan Marsya pun mengangguk. "Marsya memang dulu nilainya selalu rendah. Tetapi saat bulan kemarin nilai Marsya sudah ada perubahan bahkan dikelas nya hanya Marsya saja, yang memiliki nilai paling tinggi! Pak Kepala sekolah terhormat!" Ujar Bu heni.

Pak Kepala sekolah tiba-tiba terdiam. Bahkan guru-guru lain pun mengangguk benar. Karna mereka lah yang melihat perubahan nilai Marsya. Bahkan beberapa guru ingin sekali Marsya menjadi ikut olimpiade tahun ini.

Marsya terkekeh saat melihat pak Kepala sekolah itu mematung. "Jadi bagaimana pak? Apa saya bodoh? Atau sebaliknya bapak yang bodoh?" Kekeh Marsya.

Pak Kepala sekolah mendegar ejekan dari muridnya itu mengepal tangannya. "Kamu kurang aja sekali! Apakah kamu tidak di didik sopan santun oleh orang tua mu itu hah?! Dasar gadis berandalan!". Semburnya pak kepala sekolah pada Marsya.

Tiba-tiba saja Marsya menatap tak suka pada kepala sekolah itu. "Sebelum bapak bilang saya tidak dididik oleh orangtua saya! Maka berkacalah terlebih dahulu pak!" Marsya mengangkat satu kakinya kepahanya. "Apakah bapak pantas menghina orang tua saya yang sudah meninggal? Bapak gausah meragukan kesopanan saya. Justru saya mengucap tak sopan ke bapak itu hal wajar! Karna lawan bicara saya pun sama! Tak sopan pada muridnya. Right? Berkacalah terlebih dahulu, gausah ngomongin orang tua saya yang ga di didik saya sopan santun. Tapi bapak lah yang harus di didik agar murid disini dapat keadilan!!". Ucap Marsya panjang lebar dengan wajah datar.

Pak Kepala sekolah terdiam beribu bahasa. Tubuhnya merasa gemetaran bahkan sampai darah mendadak lesu. Tetapi pak Kepala sekolah itu menetralkan wajahnya dengan tegas.

"Semakin kurang ajar kamu! Saya akan mengeskor kamu 3hari! Dan kamu. Apa maksudnya keadilan? Saya adil pada semua orang disini, dan adil pun dengan guru-guru mengajar disini! Gausah ngarang kamu".

Dear Marsya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang