Disisilain Reva dan Via melawan habis-habisan anak buah dior. Sedangkan Steven dkk mereka membantu melawan anak buah dior pun.
Nafas mereka bahkan sudah terengah-engah keringat bercucuran. Bahkan anak buah dior sudah banyak yang tumbang dan tak sadarkan diri.
Dior melihat anak buahnya tak sadar diri pun mengepalkan tangannya erat. "Sial! Jangan sampai aku kalah lagi" Tekadnya.
Dior mengedarkan pandangannya pada juru gedung itu. Tiba-tiba mata dior terhenti pada satu objek ia pun menyunggingkan senyuman liciknya.
Pria tua itu melangkah mundur, Tak lupa tangannya sudah menggenggam sebuah pistol. Tanpa ketahui siapa pun. Dior menarik pelatuknya dan mengarahkan pada objek itu.
"REVA AWAS!!"
Teriakan via membuat sang empu terkejut. Reva menatap bingung pada sahabatnya itu. Ia bisa melihat via sudah mengkode untuk menunduk? Tiba-tiba mata Reva menatap kearah depan dan ia pun membelakan matanya.
Dorrr!!
Tubuh Reva mematung ditempat. Ia memejamkan matanya saat pistol itu mengarah padanya. Sebentar? Kok dia tak merasakan apapun? Tetapi...dirinya bisa merasakan ada seseorang yang memeluknya?. Ia pun membuka matanya dan melihat siapa Yang sudah memeluk nya itu?.
Degg!
Reva memegang bahu orang itu. Sedangkan orang itu tersenyum tipis padanya seakan-akan tak merasakan sakit apapun. "Bodoh, harusnya lo lebih hati-hati!"
Reva masih terdiam ditempat. Bahkan jantung nya kini hampir copot. Ia menghela nafas. "L--lo gapapa?"
"V-vero?!" Sentak Reva mengguncang tubuh lelaki itu.
"Reva!"
"Vero?"
Teriak mereka bersamaan. Lalu mereka menghampiri dua insan itu. Vero sudah terkulai lemas dibawah. Bahkan Reva menatap tak percaya pada lelaki itu yang sudah menolong dirinya.
"Bang! Lo gapapa? B-bang?" Lirih Raka melihat darah dari punggung Vero terus mengalir.
Via langsung memeluk sahabatnya. "Hiks...Bego, Untung lo gapapa" Tangisan Via seakan-akan tak ingin kehilangan sahabatnya kedua kalinya itu.
Reva masih tak bergeming ia masih menatap pada Vero yang menahan sakitnya itu. "G-gue gak papa! T-tapi dia udah nolongin gue via..."
"Gue tahu, yang penting lo gapapa!"
Via mengepalkan tangannya. Ia pun berdiri dengan cepat lalu matanya menatap pada segerombolan serba hitam itu. "Dior lo keluar bangsat! Ngapain lo main belakang hah? BAJINGAN LO PRIA TUA KAPARAT!"
Steven berdiri ia menatap gadis disampingnya itu. "Maksudnya pria bau tanah itu, Yang sudah membuat adek saya terluka?" Tanyanya membuat via mengangguk singkat.
"Damn!" Wajah Steven kini berubah menjadi sangat marah bahkan urat-urat ototnya menonjol.
"Vero, Lo jangan tutup mata dulu! Lo harus bertahan dengan sakitnya itu!" Pinta Andra.
Vero menggeleng lemah. "Bang..g-gue udah g-gakuat lagi! U-uhuk k-kalau gue mati? T-tolong, Sampaikan m-maaf g-gue ke marsya ba-ng..."
Vero memejamkan matanya saat merasa sakit sangat dalam. Bahkan dirinya saja belum terisi tenaga. Benar-benar membuat tenaga dirinya habis ia pun kekurangan gizi Karna tak terisi oleh makanan apapun.
Reva buru-buru menghampiri Vero. "Vero! Lo ngapain si harus nolongin gue hah? Harusnya lo gausah nolongin gue kayak tadi! Peduliin diri lo sendiri lo juga lagi lemah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Marsya (SELESAI)
Ficção Adolescente| Follow Sebelum Baca | •SEBAGIAN PART BELUM DI REVISI. 𝑴𝒂𝒓𝒔𝒚𝒂 𝑨𝒅𝒆𝒍𝒊𝒂 𝑽𝒊𝒓𝒐𝒏𝒊𝒄𝒂 Seorang yatim dan piatu ia adalah anak tunggal. Kedua orangtuanya Meninggal Karna dibunuh oleh seseorang yang belum diketahui. 𝑴𝒂𝒓𝒔𝒚𝒂 pun bela...