Happy Reading ❤️
****
Marsya, Reva dan Ravia saat ini mereka bertiga sedang berada dikamar Marsya. Karna semenjak Ravia datang dengan selamat membuat mereka menghela nafas lega.
Tetapi tiba-tiba saja Ravia mengajak kedua sahabatnya untuk berbicara serius dan Marsya pun mengajaknya ke kamarnya.
Marsya melemparkan kertas tersebut pada Ravia. "Baca. Dengan teliti!"
Ravia mengambil ia pun segera membaca. "Hah? Lo dapat i--ini dari mana?" Tanya Ravia panik.
"Kamar lo, saat lo diculik kita langsung ke apartemen lo. Dan kita berdua dapat kertas itu bahkan obat-obatan lo kita juga bawa" Sahut Reva dengan mengeluarkan obat-obatan Ravia.
Lagi-lagi Ravia terkejut dengan kedua sahabatnya ini. "Lo? K-kalian gak sopan. Main masuk-masuk aja kamar gue," ketus Ravia.
"I--ini lagi, kenapa kalian berdua bawa obat-obatan ini dikamar gue? Ini obat keponakan gue, bukan punya gue! Sialan"
"Gausah bohong!" Sentak Marsya membuat tubuh Ravia menegang.
"Lo kenapa sembunyiin ini semua dari kita? Lo anggap kita apa?"
"Sahabat lah, kalian kan sahabat sejati gue--"
"Terus kalau kita sahabat, kenapa lo gak bilang ini dari awal? Lo mau buat kita berdua menyesal? Hah?" Sambung Reva dengan nada marah.
Ravia menggeleng kan kepalanya. "Gak, gue gak mau kalian sedih dengan penyakit gue ini. G-gue mau kalian bahagia tanpa mengetahui penyakit kanker gue Sebenarnya---"
Marsya beranjak dari tempat duduknya. "Bahagia? Lo bilang kita bakal bahagia kalau sahabat nya punya penyakit mematikan? Gak."
"Dengar Via, gue juga pengen bahagia dalam hidup gue kali ini. Tapi gue gak mau merasakan kebahagiaan ini sendirian tapi dengan lo berdua!"
Marsya menghela nafas gusar. "Sekarang intinya. Lo gak kanker, surat lo sama orang lain ketuker! Untung aja tuh surat si Reva nemuin. Kalau gak? Yang ada lo pergi jauh dari kita, bahkan lo dengan mudahnya mengakhiri pertunangan lo yang sebentar lagi menikah dua bulan"
"Gue gak habis pikir sama lo Via, lo sahabat gue dan Reva. Tapi lo? Nganggap kita bukan seperti sahabat. Gue gak mau tahu lo harus minta maaf sama Ziel, gue kasihan sama dia Karna ditinggalkan begitu aja!"
Setelah mengatakan itu Marsya langsung pergi dari kamarnya meninggalkan mereka berdua.
Reva pun berdiri dengan menatap Ravia sendu. "Gue tahu mungkin lo syok saat baca surat ini, jadi lo salah paham sama semua ini kan? Lo harus bilang sama Ziel dan orangtuanya, kalau bisa lo juga harus mengungkapkan semua alasan lo. Yang dikatakan Marsya benar--"
"Lo harus menyelesaikan masalah lo, gue gak mau Sahabat gue ini menyesal nantinya. Lebih baik besok lo temuin Ziel sebelum terlambat, gue pergi dulu"
Ravia menatap punggung sahabatnya yang sudah keluar dari kamarnya. Ravia mengepalkan tangannya dengan menitikkan air matanya. "Kalian berdua benar. Gue harus minta maaf sama Ziel---maaf Ziel"
Ravia mengusap wajahnya dengan kasar. "Arghh--- sialan! Terus kemarin malam kenapa gue bisa pingsan dan mimisan hah?"
"Dokter sialan!" Geram Ravia dengan meremas kertas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Marsya (SELESAI)
Teen Fiction| Follow Sebelum Baca | •SEBAGIAN PART BELUM DI REVISI. 𝑴𝒂𝒓𝒔𝒚𝒂 𝑨𝒅𝒆𝒍𝒊𝒂 𝑽𝒊𝒓𝒐𝒏𝒊𝒄𝒂 Seorang yatim dan piatu ia adalah anak tunggal. Kedua orangtuanya Meninggal Karna dibunuh oleh seseorang yang belum diketahui. 𝑴𝒂𝒓𝒔𝒚𝒂 pun bela...