"SANIA! APA-APAAN INI?"
Bentak seorang pria yang berumur pada putrinya itu. Pria itu adalah papah kandungnya gadis itu yang kini masih Smp.
"Kosong semua, kenapa nilai kamu semakin sini makin turun hah?!" Bentaknya sekali lagi.
"Maaf, a-aku udah berusaha ngalahin dia pah..." Ujarnya dengan kepala menunduk.
Pria itu memijat pelipisnya. "Papah gak mau tahu. Kamu harus bisa ngalahin anak itu! Jangan sampai oppa kamu tahu, jika tahu dia akan membuang kamu ke jalanan."
Gadis itu langsung mendongak menatap papahnya dengan mata berkaca-kaca. "Sania gak mau. Sania janji akan berusaha ngalahin dia pah. Sania janji, akan mendapatkan nilai yang lebih tinggi daripada dia!" Tekadnya dengan serius.
Pria itu tersenyum tipis. "Bagus. Lakukanlah, jika bisa buatkan anak itu dibenci oleh semua guru!"
Sania mengangguk dengan perkataan papahnya. "Iyah pak, aku akan merebut miliknya menjadi milikku."
"Hm, masuk lah ke kamar mu. Dan jangan harap kamu mendapatkan makan malam ini! Karna kegagalan kamu membawa nilai tinggi." Katanya dan langsung pergi.
Sania mematung ditempat dengan tangan mengepal. "Sialan, aku semakin benci dengan mu Aneska." Gumamnya.
Gadis itu langsung masuk kedalam kamarnya dengan perasaan buruk dan kesal.
Disisi lain terdapat Suami istri yang sedang beradu mulut sejak tadi.
"Mas! Sudah 20 tahun pernikahan kita. Tapi kenapa kamu masih menyimpan foto wanita itu hah?"
"Jalang itu siapa mas?" Lanjutnya membuat pria itu marah.
"Diam lah. Jangan menghina wanita ku, dia adalah perempuan yang aku cintai sampai saat ini! Dan gara-gara kau. Aku menikahi kau karna ada seorang anak yang kau kandung saat itu." Desisnya.
"Aku juga istri mu mas. Dan dia? Dia sudah memiliki Keluarganya sendiri! Kenapa mas? Kenapa?"
Wanita itu terjatuh dengan tangisan. "Hiks...apakah tidak ada sedikit rasa cinta kepada ku? Aku ingin seperti wanita lain yang memiliki rasa cinta dari suaminya."
Pria itu memejamkan matanya. "Jangan harap. Bagaimana pun cinta ku ini hanya untuk dirinya dan itu bukan dirimu!"
Brak!
Pria itu pergi dengan membanting pintu kamar dengan keras. "MAS! BAGAIMANA JIKA AKU MEMBUNUHNYA? MAS FELIX!" Teriak wanita itu dalam kamar.
Wanita itu menangis dengan keras bahkan, wanita itu merobek-robek foto perempuan itu dengan sorotan kebencian. "Gara-gara kamu. Rumah tangga ku hancur dan berantakan! Dasar jalang."
Ia merobek-robeknya sampai tak terbentuk. "Marsya Adelia Vironica." Gumamnya dengan mata kebencian.
Tanpa disadari wanita itu Sania mendengarkan semuanya yang diucapkan oleh kedua orangtuanya itu. "Is! Anak sama mamahnya sama saja. Awas lo Anes." Desisnya di balik pintu kamar.
****
"Kalian berbuat apa lagi disekolah?" Tanya Gajendra kepada kedua anaknya itu.
Hening.
Gajendra menghela nafas beratnya. "Kalau begitu, biar kakek kalian yang mengintrogasi kan kalian disini. Daddy sudah kapok sama kelakuan kalian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Marsya (SELESAI)
Fiksi Remaja| Follow Sebelum Baca | •SEBAGIAN PART BELUM DI REVISI. 𝑴𝒂𝒓𝒔𝒚𝒂 𝑨𝒅𝒆𝒍𝒊𝒂 𝑽𝒊𝒓𝒐𝒏𝒊𝒄𝒂 Seorang yatim dan piatu ia adalah anak tunggal. Kedua orangtuanya Meninggal Karna dibunuh oleh seseorang yang belum diketahui. 𝑴𝒂𝒓𝒔𝒚𝒂 pun bela...