Dear Marsya-44

28.1K 2.5K 232
                                    

"TOLONG KASIH KESEMPATAN UNTUK BERSAMANYA SAMPAI MAUT MEMISAHKAN KITA"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"TOLONG KASIH KESEMPATAN UNTUK BERSAMANYA SAMPAI MAUT MEMISAHKAN KITA"

"JANGAN TINGGALIN KITA UNTUK KEDUA KALINYA! TOLONG KEMBALILAH DENGAN KAMI SEMUA"

"Kami menunggu..."


***

Didepan ruang operasi mereka semua menunggu Marsya dengan cemas, sudah 2 jam mereka menunggu dokter itu keluar dari dalam operasi. Berharap membawa kabar baik tentang kondisi marsya.

Paman zio yang duduk sambil menatap kosong ke arah depan. Hatinya seperti ditusuk-tusuk oleh beribu-ribu jarum tajam, saat ini keadaan penampilan pun sudah tidak bisa dibilang baik-baik saja. Pria berumur 30 itu terus meneteskan air matanya tanpa berhenti. Bahkan pakaian ia pakai sudah ternodai oleh darah marsya yang sudah mengering.

Reva dan Via yang duduk lemas itu hatinya mulai risau bahkan mereka terus menerus berdoa agar sahabatnya dapat diselamatkan.

Sedangkan gajendra berdiri mondar-mandir didepan ruang operasi, hatinya sudah mulai risau bahkan ia tak menghiraukan jika bajunya sudah dinodai oleh darah Marsya.

"Arghhh Bangsat gue pengecut."

Gajendra memukul tembok membuat mereka disana tersentak kaget. Temannya pun memberhentikan aksi gajendra yang terus menerus memukul tembok.

"Stop ndra! Lo jangan lukain tangan lo" Ucap Dion menenangkan temannya.

Gajendra menghempaskan tubuh Dion darinya. Ia melampiaskan amarahnya pada dinding didepannya itu. Membuat bercak darah keluar dari kedua tangannya.

"Ini salah gue! Argh. Harusnya gue gak telat datang brengsek" Rancau gajendra yang terus menyalahkan dirinya atas menimpa gadisnya.

"Jangan salahkan dirimu! Ini bukan salah siapapun tapi ini udah takdirnya, berdoa lah semoga marsya dapat diselamatkan" Celetuk paman zio memperingati.

Lelaki itu merosot kan tubuhnya kebawah ia mengusap wajahnya dengan kasar. Mereka hanya bisa bungkam tanpa mengeluarkan suara lagi menunggu dokter keluar dari operasi yang membuat mereka semua diliputi rasa takut.

Namun beberapa menit kemudian pintu operasi dan keluarlah seorang dokter yang memakai rompi hijau dan sekaligus topi dan masker membuat semua orang langsung berdiri dan mendekati dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan keponakan saya, dok? Dia baik-baik saja kan?" Tanya paman Zio mewakili semuanya.

Dokter itu terdiam sejenak. "Kami berhasil mengeluarkan satu peluru dari jantungnya, tetapi..."

Dear Marsya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang