Dokter tersebut pun segera periksa detak jantung marsya.
"Denyut nadinya kembali normal!" Lapor seorang dokter.
Para dokter dan yang lain mengucap syukur atas kembalinya detak jantung pasien. "Alhamdulillah semuanya normal, tetapi dia sangat lemah sehingga hanya ada 5 persen lagi untuk bertahan hidup" Lanjutnya.
Dokter tersebut pun keluar dari ruangan operasi itu. "Dok bagaimana keadaannya? Apakah nadinya kembali normal?" Tanya berkali-kali Reva untuk memastikan.
Dokter tersebut menghela nafas panjang. "Alhamdulillah berkat izin Allah dia kembali, detak jantungnya kembali normal. Tapi, detak jantungnya kini sangat lemah sekali! Kami sarankan untuk membawa pasieun ke luar negeri untuk melanjutkan perawatan yang baik dan bagus"
Mereka terdiam dengan penuturan dokter tersebut. Paman zio mengangguk jika itu adalah pilihan yang terbaik untuk keselamatan keponakannya.
"Baik saya akan bawa dia ke California, untuk mencari pengobatan yang terbaik demi keponakan saya" Ucap lantang paman zio membuat disana menatap terkejut.
Gajendra menyeka air matanya. "Apa? Dia akan dibawa luar negeri? Huh?" Tanya balik gajendra.
"Jika kamu sayang sama dia, tolong jangan menghalangi untuk kesembuhan keponakan saya!"
"Gak! Gak akan saya biarkan kalian membawanya! Saya tak ingin menjauh darinya. Tolong paman mengertilah perasaan saya..." Mohon gajendra dengan berlutut didepan paman zio.
Ketiga temannya melotot sempurna saat melihat gajendra berlutut didepan paman zio. "Gajendra! Apa-apaan kamu? Saya pamannya. Kamu siapa? Pacar bukan kan? Please bangun lah saya tak suka seperti ini"
"Kalian mendengar semua yang diucapkan dokter ini kan? Dan sudah jelas saya akan membawanya pergi dari negara ini! Saya ingin mengobati marsya di luar negeri yang terbaik fasilitas nya untuk kesehatannya dari pada disini."
Zio menoleh kembali pada dokter tersebut. "Saya akan membawanya sekarang. Dan tolong rahasia kan jika kita membawanya pergi jangan memberitahu siapapun selain kita! Kau mengerti?" Pinta zio membuat dokter tersebut mengangguk paham.
Kedua sahabatnya menghela nafas lega. Hatinya kini mulai tenang tetapi mereka masih khawatir dengan keadaan Marsya saat ini. "Jendra, Lo harus menunggu marsya sampai keadaannya pulih. Tolong lo gausah mikirin dia lagi, gue yakin jika lo jodohnya pasti kalian berdua akan dipertemukan kembali, dengan waktu baik" Sahut Reva membuat gajendra mendongak.
"Lo gausah ceramahin gue! Yang gue mau itu hanya marsya dia pacar gue. Jadi gue juga berhak ikut dan tinggal disana!" Desis gajendra tak terima.
Paman zio sudah membayar administrasi. Beberapa menit keluar lah beberapa suster mendorong brankar marsya pada mobil ambulance.
Gajendra ingin menghampiri Marsya, tetapi tubuhnya sudah ditahan terlebih dahulu. "Kamu tidak bisa menemuinya sekarang! Dan kamu tidak bisa ikut ke luar negeri tunggulah disini. Saya yakin jika marsya sudah pulih kembali dia akan datang kemari walaupun kamu harus menunggu bertahun-tahun" Ucap paman zio dengan jelas.
"Mari kita pergi dari sini" Titah paman zio mereka pun satu persatu meninggalkan rumah sakit.
Kedua sahabatnya marsya menatap prihatin pada lelaki bertato ini. Tapi mereka berdua tak bisa bertindak karna ini tentang nyawa dan keselamatan sahabatnya.
"Sampai jumpa lagi, gajendra" Kata terkahir dari mulut mereka berdua. Setelah nya mereka pun pergi meninggalkan keempat cowok itu.
"ARGHH KENAPA HARUS DIBAWA JAUH SIH HAH?!"
"Marsya....." Lirih gajendra dengan tubuhnya merosot kebawah.
Ketiga temannya menenangkan gajendra. Mereka tahu saat ini perasaan temannya ini sakit? Jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Marsya (SELESAI)
Teen Fiction| Follow Sebelum Baca | •SEBAGIAN PART BELUM DI REVISI. 𝑴𝒂𝒓𝒔𝒚𝒂 𝑨𝒅𝒆𝒍𝒊𝒂 𝑽𝒊𝒓𝒐𝒏𝒊𝒄𝒂 Seorang yatim dan piatu ia adalah anak tunggal. Kedua orangtuanya Meninggal Karna dibunuh oleh seseorang yang belum diketahui. 𝑴𝒂𝒓𝒔𝒚𝒂 pun bela...