30. Musuh yang salah 🌹

15 4 0
                                    

HAPPY READING ( ̄3 ̄)

*
*
*
*

🌹

Alfin berjalan melewati koridor demi koridor dengan raut wajah yang Suram. Senyum dan kekoyolan cowok itu tiba-tiba menghilang ditelan kemarahan. Dia yang biasanya paling jarang marah di antara yang lain kini malah menjadi Alfin yang berbeda.

Walaupun disela-sela Marah, cowok itu tidak menyakiti orang-orang di dekatnya. Makanya dia memilih untuk pergi meninggalkan kawan-kawannya di kantin.

Memang benar Dirinya sudah lama menjauhi dan mendinginkan Syana. Tapi harusnya gadis itu sadar, itu juga karena ulahnya. Jika saja dia tidak selingkuh dan mau berubah untuk menjadi yang lebih baik lagi pasti Alfin tak akan pergi sejauh ini.

Mereka memang putus sudah lama, bisa di bilang sejak Alfin masih duduk di kelas sepuluh. Yah lebih tepatnya enam bulan yang lalu. Tapi siapa yang menyangka? Dia masih menyayangi Syana si kakak kelas sampai sekarang.

Segala cara telah dia lakukan untuk mendekati Syana dan mengajak gadis itu balikan, membuntuti setiap waktu, mencoba menjadi yang selalu mengganggu, namun Syana terus saja menjauhinya. Dan semenjak dia tau bahwa Syana terlibat dengan Elena untuk menyakiti Cinta, itu sudah membuat dirinya berkeputusan akan menjauhi gadis jahat itu. Dan sekarang seakan malah Syana yang merasa kehilangan dirinya.

Alfin memberhentikan langkahnya ketika melihat Syana yang sedang menangis di ujung sana dan Elena yang berjalan melewatinya. Sepertinya gadis itu ingin sendirian. Buktinya Elena yang ada bersamanya malah pergi.

Dengan tatapan sinis Elena melewati Alfin begitu saja. Dan dengan tatapan yang sama pula Alfin membalasnya.

Setelah Elena benar-benar melewatinya, cowok itu kembali melangkah ketempat yang ia ingin tuju tadi. Tanpa ia hiraukan Isak tangis Syana yang duduk di pinggir koridor sembari menekuk kepalanya dan menutupinya dengan tangan, Alfin malah berniat melewatinya begitu saja.

" Lo jahat. " Kata Syana membuat Alfin berhenti berjalan.

Cowok itu mengurungkan niatnya dan duduk di samping Syana yang masih menangis.

" Nangis gak akan bikin semuanya balik." Ucap Alfin menatap lurus kedepan tanpa melirik Syana.

Cowok itu mengambil nafas dari sumber ketenangannya.

" Gue emang jahat, makanya gak usah tangisin gue. " lanjutnya.

Syana mengangkat wajahnya dan mengusap air matanya lalu menatap ke arah Alfin.

" gue nangis karena gue udah kehilangan seseorang yang terbaik dihidup gue. Dan bodohnya gue, gue baru sadar ketika dia udah pergi. " ungkap Syana.

" Dia pasti kecewa tapi dia berusaha melupakannya dengan hal-hal konyol. Seperti melawak. membuat yang lain tertawa dan bahagia, padahal dirinyalah yang paling membutuhkan." Balas Alfin masih enggan menatap Syana.

" Maaf, maafin gue. " ungkap Syana kembali mengisak tangisnya sembari menundukan kepala.

Karena tak kuat melihat seorang gadis menangis dihadapannya cowok itu meminjamkan sebentar bahunya untuk Syana bersandar. Mungkin dia memang terluka, tapi dia tidak boleh membuat orang lain sama-sama terluka.

LAST RAIN [] Lee Jeno✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang