LAST RAIN [] Lee Jeno✔

52. Rasa yang tak seharusnya 🌹

Votment💙

HAPPY READING💥

*
*
*
*

" Lepaslah aku semudah daun terjatuh. "

🌹

      " Woy babu! "

Gadis itu berdengus kesal begitu dirinya dipanggil dengan sebutan seperti itu oleh Abadi. Apalagi ini di kantin. Tempat yang ramai sekali penghuni NR.

" Sini lo! "

Terpaksa gadis itu berjalan menghampiri letak meja Abadi dkk.
Tak ingin melewatkan, semua perhatian yang ada di sana pun tertuju kompak kearah keduanya.

" Apa?! "

" Dih jutek bener sama bos. "

Cahaya menatap Alfin datar.

" Dia bukan bos gue! "

" Tapi lo babunya kan? " koreksi Farel.

Merasa para teman-teman Abadi mulai meledeknya gadis itu berbalik dan berniat pergi dari sana. Namun tangannya sudah terlebih dahulu di cegah oleh Abadi.

" Mau kemana? Lo belum bekerja buat gue. "

" Terus lo mau apa?! "

" Pesenin kita makanan. " jawab Abadi.

" Dan lo yang bayar. " sambung Vero.

" Apa gimana?? Gue yang harus bayar?! Bukannya temen kalian sultan? " Tanya Cahaya memutar bola matanya ke arah Farel.

" Apa liat-liat! Punya utang lo?! " tungkas Farel.

Gadis itu hanya terkekeh remeh.

" Udah sana pergi! Kalo disuruh sama bos harus patuh. " Kata Abadi.

" iya! "

" Ya udah pergi ngapain masih disini?" tanya Alfin.

" Lo semua mau gue pesenin apa?! "

" TERSERAH! " jawab keempat cowok itu kompak.

Cahaya membuang mukanya kesal. Dia menggejuk lantai sekali dan pergi memesankan makanan. Sekarang musuhnya bertambah bukan hanya Abadi namun teman-teman cowok itu juga.

Tak butuh waktu lama gadis itu kembali dengan membawa beberapa mangkuk Bakso. Gadis itu meletakkannya di depan Abadi langsung.

" Nih! " ketusnya.

" Kok bakso? Gue gak suka bakso. " tanya Alfin memperotes.

" Lo bilangnya terserah! Jadi ya bukan salah gue dong kalo gue bawainnya bakso! " ujar Cahaya.

" Kenapa harus marah sih? Tinggal pergi pesenin makanan lain emang susah? "

Gadis itu menatap Abadi dengan wajah yang sudah memarah banteng. Cowok itu benar-benar sudah kelewatan telah menganggapnya Babu.