LAST RAIN [] Lee Jeno✔

38. Agresif 🌹

HAPPY READING 🌈

*
*
*
*

" terkadang senyum terlihat lebih baik untuk menutupi luka dari pada memperhatikan cara bahagia. "

🌹

    Perlahan-lahan Cinta mulai mengerjapkan matanya, gadis itu sekali mengulat kemudian terbangun dari tidurnya. Membuka matanya menatap sekitar dan terhenti pada seorang cowok yang duduk sembari memperhatikannya.

" Udah bangun? " tanya cowok itu.

" Emhhp.. Masih ngantuk. " jawab Gadis itu kembali menutup matanya.

" udah siang, tadi juga kamu gak bangun buat sholat subuh. "

" Males. "

" Kenapa jadi pemalas gini sih? Hm? "

Gadis itu tidak menjawab, dia sudah tertidur lagi.

" bangun sayang jangan tidur lagi "

Cinta membuka matanya.

" kamu gak tidur? " tanya gadis itu menyadari Abadi yang masih tetap dalam posisi seperti semalam.

Cowok itu menggelengkan kepalanya.

" karena aku harus jaga gadis yang udah berani minta tidur bareng. " ujar Abadi.

" hah?! Siapa yang minta tidur bareng?! Orang aku cuma pengen tidur disini! " Guram Cinta.

" Satu ranjangkan? " koreksi cowok itu.

" Tapi kan-"

" udah sana mandi, udah jam tujuh. " potong Abadi.

" aku gak mau ya kamu telat terus kena hukuman. "

Cinta pun bangkit dari tidurnya. Gadis itu ingin berdiri Tapi seperti ada yang tidak beres dengan kasur yang tengah ia duduki sekarang.

Gadis itu pun membuka selimut yang ia kenakan sedikit agar cowok itu tidak melihat. Mengintipnya dan ia langsung terkejut.

Matanya berubah menjadi bola mata yang sangat bundar seperti kelereng.
Menatap Abadi histeris.

" Kak? "

" kenapa? " tanya cowok itu bingung.

" semalem kamu jaga aku kan? Kamu gak ada sentuh aku kan? Kamu gak apa-apain aku kan? " tiga pertanyaan sekaligus membuat Abadi makin bingung.

" kenapa nanya gitu? "

" Astagfirullah aku udah gak suci. "

" kamu ngomong apa sih?! " geram Abadi.

" ada darah di kasur kamu! Pasti kamu udah-"

" bentar-bentar " potong Abadi cepat.

Cowok itu meraih ponselnya untuk mengecek sesuatu.

" ini tanggal lima belas sayang, ini jadwalnya kamu merah di bulan ini. "

Cinta menenggelamkan amarahnya dalam-dalam. Dia benar-benar malu lagi kali ini karena sudah berfikiran buruk terhadap cowok itu.