65. Pelipur lara

110 7 0
                                    

"Tidak ada yang bisa membahagiakan tanpa rasa kecewa kecuali diri sendiri dan Allah."

-Agaraya-

Tidak terasa pembelajaran telah usai. Gadis itu berjalan menuruni tangga.

"Panggilan untuk Hiraya Armana dan Reagan Diamon untuk ke ruang guru menemui Bu Yuni, Sekarang!" Suara itu menggema di seluruh SMA Demantara.

Raya merasa jengah harus bertemu dengan guru itu karena salah satu penyebab ketegangan-ketegangan persahabatannya dengan Rain. Sebab, harus kerja kelompok dengan Aga.

Raya segera menemui Bu Yuni di kantor guru, diikuti Aga di belakangnya.

Sementara Rain sudah berada diparkiran jemputan.

Sesampainya di ruang guru.

"Ini ada formulir pendaftaran olimpiade matematika tolong segera diisi sekarang karena waktu olimpiade tinggal menghitung hari," suruh Bu Yuni diangguki oleh Aga dan Raya.

Tanpa ada interaksi sama sekali dengan Aga, gadis itu segera mengisi formulir dan menyerahkannya kepada Bu Yuni.

"Saya pamit pulang dulu, Bu. Terima kasih," ujar Raya.

"Iya nanti olimpiadenya di luar kota ya," kata Bu Yuni.

"Iya Bu," balas Raya.

Aga masih ada di sini karena belum selesai mengisi formulir. Memang dia sengaja melakukan itu untuk memberi waktu bagi Raya menenangkan diri. Jadi, dia berjalan di belakang gadis itu lagi.

Disisi lain ketika di parkiran Raya di cegat oleh Bintang.

"Raya sekarang udah dapet, 'kan kejutan dari gue," kata Bintang.

"Hm," balas Raya dingin.

"Maka dari itu, cepat jauhi Aga sebelum lo nyesel dapet bom besar dari gue," ancamnya.

"Gue gak takut!" Lantang Raya segera pergi dari sana. Gadis itu merasa lelah dengan kelakuan Bintang yang makin menjadi-jadi.

Laki-laki selalu membuat kehidupannya hancur berantakan semenjak kelas SMP. Dulu, alasan mengganggunya karena basket. Kali ini karena tidak ingin Raya dimiliki oleh orang lain.

Dimata Raya, Bintang hanyalah kehancuran baginya. Kemarin, sempat damai tapi ternyata sekarang harus berantem lagi dengan alasan lain.

"Tunggu aja Ray, setelah lo tahu jati diri si cupu pasti lo bakal menjauh dari dia," tukasnya mengepalkan tangan belum bisa mendapatkan gadis itu.

Aga yang tanpa sengaja baru beberapa saat di sana merasa takut terhadap ucapan Bintang tentang jatirinya.

'Apakah Bintang benar tahu seperti gue cuman pura-pura jadi cupu?' batinnya bertanya.

Aga harus melakukan tindakan lebih maju dari Bintang sebelum Raya mengetahui segalanya dari orang lain itu akan lebih menyakitkan.
Mungkin, setelah olimpiade nanti dia akan berterus terang kepadanya.

Meski, sampai sekarang dia belum siap untuk kehilangan Raya karena kebohongan yang sengaja disembunyikan.

Raya melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju sebuah tempat untuk menumpahkan segala rasa sesak di dada akibat ulah Bintang.

Dia berhenti di sebuah pantai di kota Jakarta.

Pantai yang mengingatkan tentang orang-orang yang membuatnya bahagia sekaligus terluka.

Suasana pantai begitu tenang dengan suara deburan ombak, desiran angin menggoyangkan rambutnya.

Dia memejamkan mata lalu duduk di ayunan untuk mengisi kekosongan dalam hidup dengan ketenangan. Dengan begini, pikiran dan hatinya sedikit merasa damai tanpa ada seorang pun yang menganggu.

Agaraya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang