"Meskipun dia udah pergi tapi kenangan pahit yang diberikan akan selalu ada dan melekat dalam ingatan."
-Agaraya-
Malam tergantikan oleh pagi.
Kini Raya sudah berada di sekolah, sampai saat ini dia masih tidak bisa merubah kebiasaan buruknya. Baginya kebiasaan kebut-kebutan di jalan adalah pelampiasan terbaik atas apa yang dialaminya.
Mungkin saat dia bisa memulihkan raga dan batinnya seperti semua barulah dia akan kembali menjadi Raya yang dulu. Dia yang lemah lembut tidak pernah kasar saat berbicara, tidak merasa kesepian.
Rain langsung mengajaknya untuk pergi ke taman samping kantin.
Kini mereka berdua saling menatap sama lain.
"Ray, maafin gue egois. Tolong jangan tinggalin gue ya," lirihnya merasa bersalah atas apa yang dilakukan pada sahabatnya.
Raya menyinggungkan senyumnya. "Tak apa, Ren. Justru gue yang harus minta maaf karena bikin elo salah faham."
"Tapi, gue emang egois Ray. Makasih elo udah maafin gue. Maaf kalau nanti gue ngulang kesalahan gue." Rain menelungkupkan kedua tangannya sebagai tanda permintaan maaf kepada sahabatnya.
"Gapapa, Ren. Kalaupun elo ninggalin gue gapapa. Gue yakin elo pasti balik," tuturnya memeluk tubuh sahabatnya.
'Mungkin kalau elo tahu jatidiri gue yang sebenarnya, elo bakal menjauh. Menyaksikan betapa anehnya saat gue halusinasi mungkin bikin elo takut kayak bukan sikap gue selama ini,' lanjutnya dalam batin bukan secara lisan.
"Maaf ya Ren, gara-gara gue elo jadi sedih waktu di hari ulang elo," katanya tulus.
"Gapapa kita sebagai manusia emang sering salah karena manusia bukan makhluk yang sempurna dibalik baiknya sikap seseorang ada juga hal buruk yang tersembunyi karena kesempurnaan hanya milik Allah."
Kata-kata mutiara yang dilontarkan oleh Rain langsung masuk ke dalam lubuk hati Raya. Dia beruntung masih diberikan sebaik Rain yang akan selalu mendukungnya.
"Ren, mending buat mencari titik terang dan meluruskan semuanya dari kejadian waktu di pasar itu mending habis pulang sekolah kita ketemuan di kafe," ajak Raya agar semuanya agar tak ada kesalahfahaman lagi.
"Boleh deh, tapi yang ngabarin Bintang sama Aga elo aja ya,"
pintanya karena sampai sekarang dia masih sedikit takut dengan Bintang meski dia sudah berubah.Kalau sama Aga bukannya dia takut, tapi dia justru malu kalau bicara dengan laki-laki itu.
"Oke biar gue chat Bintang dulu," katanya lalu mengambil hpnya dari saku roknya.
Dia membuka aplikasi WhatsApp.
Raya : Assalamu'alaikum, Bintang entar habis pulang sekolah jangan pulang dulu. Kita ketemuan di kafe buat ngelurusin kejadian waktu di pasar malem. Elo, mau kan?
Baru satu menit dia mengirimkan pesan langsung di balas oleh Bintang.
Bintang : Siap Raya.
Rain menolehkan pandangannya membaca chat dari Bintang.
"Udah diganti, nih. Namanya dulu, kan pakai nama kentang musuh," celetuk Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Fiksi Remaja"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...