01. Mengutarakan Perasaan

931 65 8
                                    

Pagi ini hujan mengguyur Jakarta. Hujan cukup deras, membuat Kaitlin berdiam lama menatap jalanan Jakarta dari lantai sembilan belas gedung apartemen Raja.

Ya, niatnya Kaitlin hanya mengantar beberapa barang Raja yang tertinggal di apartemennya sekaligus membawakan Raja sarapan. Namun ia harus terjebak disini pagi ini. Toh, ini Minggu pagi, Kaitlin memiliki waktu yang senggang untuk menghabiskan harinya bersama Raja. Jadi itu bukan menjadi masalah baginya.

Raja menatap Kaitlin yang sedari tadi memeluk dirinya kedinginan. Kemudian Raja meraih pengendali pendingin ruangan untuk mengecilkan derajat pendingin ke angka tiga puluh. Raja berjalan membuka lemari pakaiannya dan mengambil satu buah jacket dan berjalan menuju Kaitlin.

Raja membalut tubuh Kaitlin dengan jacketnya menutupi tubuh Kaitlin. Kemudian memeluknya erat dan meletakkan dagunya di bahu gadis itu.

"Dingin, ya?" Mendengar pertanyaan Raja membuat Kaitlin hanya mengangguk dan menikmati pelukan Raja yang membuat tubuhnya menghangat.

"Sarapan yang aku bawakan sudah habis?" Raja menatap paper bag yang dibawakan oleh Kaitlin.

"Belum" Kaitlin menggeser sedikit kepalanya guna menatap wajah Raja dari samping.

"Kok belum?" Raja malah makin mengeratkan pelukannya.

"Mau peluk kamu lama-lama dulu, Lin. Aku rindu"

Kaitlin hanya tersenyum samar. Raja akhir-akhir ini memang tengah sibuk dengan dunia pekerjaannya yang acap kali membuat Kaitlin merasa Raja mulai melupakannya. Ingin sekali rasanya Kaitlin mengutarakan perasaannya yang merasa terabaikan oleh Raja. Namun hal itu ia tahan agar tidak menimbulkan keributan antar keduanya.

Kaitlin berusaha sekuat tenaga untuk selalu menahan perasaannya agar Raja mengerti dirinya. Kaitlin berusaha untuk mengerti posisi Raja adalah posisi penting di kantornya.

"Sudah puas belum pelukannya?" Raja melepas pelukannya dari tubuh Kaitlin dan tersenyum

"Sebenarnya sih belum, tapi aku tadi dengar suara aneh keluar dari perut kamu, menandakan kalau cacing-cacing kamu minta asupan. Jadi mau tidak mau ya aku harus lepas" Kaitlin hanya tersenyum dan memukul lengan Raja pelan.

Mereka berdua berjalan bersisian menuju meja makan yang terdapat paper bag yang pagi tadi Kaitlin bawakan.

"Kamu masak apa, Lin?" Raja meraih bangku untuk di duduki oleh Kaitlin

"Cumi asam manis favorit kamu nih" Kaitlin membuka paper bagnya dan menata makanan tersebut di dalam piring

Raja menghusapkan kedua telapak tangannya dan menatap lapar masakan yang dibawa oleh Kaitlin tadi.

"Wah, sudah lama sekali rasanya aku nggak makan masakan kamu"

"Kamu terlalu sibuk sekarang, Ja. Jadi selalu nggak ada waktu yang disisihkan untuk aku" Kaitlin mengatakan hal itu sesantai mungkin sambil memberikan piring yang berisi makanan untung Raja santap.

"Bukan aku yang nggak mau, Lin. Kamu tau sendiri pekerjaanku bagaimana. Kalau bukan aku, nggak ada yang bisa handle" Ujar Raja sambil menyantap makanannya.

"Iya, kurang paham apa, sih, aku sama pekerjaan kamu" Kaitlin menatap Raja yang semangat menyantap makanannya.
Raja menatap Kaitlin yang sibuk menatapnya tanpa menyentuh makanan di depan gadis itu.

"Makan dulu. Kalau mau berdebat, setelah kita selesai makan. Jangan buat aku kehilangan selera makan, Lin" Ujar Raja dingin.

Perkataan Raja barusan sudah tidak lagi membuat Kaitlin terkejut. Pasalnya, setelah tiga tahun berjalannya hubungan mereka, Raja yang sekarang terlalu terang-terangan mengungkapkan hal yang tidak ia suka pada Kaitlin. Padahal dulu, Raja adalah orang yang bisa mengontrol dirinya sendiri untuk menahan kata-kata yang ia rasa akan menyakiti seseorang.

Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang