27. Kalau Begini, Lalu Bagaimana?

217 32 4
                                    

Kemarahan-kemarahan itu mengganggu pikiran Dwiky. Bagaimana Kaitlin menangis kembali. Bagaimana ia menyaksikan Kaitlin hancur lagi. Dan itu karena satu orang yang sama. Maka, setelah Dwiky menerima pesan dari Raja yang mengajaknya bertemu. Dwiky tidak menunda lagi dan langsung datang ke tempat dimana Raja mengajak mereka bertemu.

Dwiky memarkirkan mobilnya dan menatap ke arah lantai dua yang terdapat Raja disana. Mereka bersitatap sebelum Dwiky memutus kontak pertama kali dan berjalan menuju ke arahnya.

Dwiky berdiri diam menunggu reaksi Raja. Dengan santai dan tanpa rasa bersalah, Raja mempersilahkan Dwiky untuk duduk di salah satu kursi di hadapannya. Menenggak kopinya dan terdiam lama.
Dwiky merasa jengah dan memulai topik pembicaraan “Untuk apa kamu minta saya datang?”

“Kamu tidak berniat untuk memesan minum? Saya rasa kamu butuh air untuk meredakan emosi kamu” Lagi-lagi, Raja berujar santai.

“To the point. Saya tidak suka basa-basi”

Raja menegakkan tubuhnya “Saya tau kalian baru menjalin hubungan hari ini” Dwiky mencerna baik-baik ucapan Raja.

“Maaf, kedatangan saya mengganggu kalian. Tapi saya hanya perlu memberitahu kamu, bahwa kamu tidak perlu meminta Kaitlin dari saya, karena kamu sudah jelas berhasil menaklukkan Kaitlin. Dan kamu jauh lebih pantas  daripada saya” Dwiky dapat menangkap suara getir Raja

“Saya akan menjauh dari kalian berdua. Dan tolong jelaskan pada Kaitlin, bahwa kami benar-benar selesai”

“Seharusnya kamu yang mengatakan hal itu secara langsung pada Kaitlin” Tekan Dwiky.

Raja tersenyum samar “Saya sudah katakan sebelumnya, kamu lebih pantas daripada saya”

“Saya boleh meminta satu hal dari kamu?” Raja mengajukan pertanyaan yang di hadiahi anggukan dari Dwiky.

“Saya minta, kamu selalu menjaga Kaitlin apapun alasannya. Saya menyerahkan Kaitlin pada kamu meski kamu tidak meminta Kaitlin pada saya. Karena saya tau, Kaitlin lebih pantas bahagia. Dan saya percayakan kebahagiaan Kaitlin pada kamu” Lagi-lagi Dwiky mendengar getaran di suara Raja. Wajah Raja yang memias, membuat Dwiky berpikir keras mengapa Raja melakukan ini semua.

“Apa kamu sanggup?” Tanya Raja

“Saya laki-laki bertanggung jawab yang tidak akan pernah meninggalkan kekasih saya begitu saja. Jadi, tanpa kamu mintapun, saya akan menjaga Kaitlin lebih dari apapun”

Raja menatap Dwiky dengan senyuman “Saya tersindir”

“Tapi, saya berterima kasih pada kamu sudah membuat Kaitlin melupakan saya. Saya harap, dia tidak lebih terluka dari ini. Bantu dia melupakan saya”

Dwiky hanya diam dan menatap betapa ada luka dari sinar mata dan nada bicara Raja “Kenapa kamu lakukan hal ini?”

Raja menyeruput kopinya “Suatu saat, cepat atau lambat pasti kamu akan tau. Saya tidak berniat menyakiti Kaitlin, tapi saya memang harus melakukan ini agar semuanya lebih baik”

Setelah mengucapkan hal itu, mereka berdua diam. Diam dengan isi kepala mereka masing-masing.

“Kalau kamu sudah selesai, saya pamit” Ujar Dwiky dingin. Setelah Raja menganggukkan kepalanya, Dwiky beranjak begitu saja.

Setelah Dwiky pergi, Raja mengeluarkan satu kotak rokok dan pemantik. Sebelum Raja membakar ujung rokoknya, panggilan dari Lily masuk ke ponselnya.
Belum sempat Raja mengucapkan halo, Lily langsung memperingatkan Raja

"Jangan merokok atau minum alkohol, Ja”
Mendengar penuturan dari Lily membuat Raja terkekeh dan mengembalikan rokok yang sudah ada di ujung bibirnya ke dalam kotak.

“Iya, nggak”

“Awas aja ya, Ja. Besok jangan lupa ke tempat aku jam dua siang, ya. Kamu tinggal datang, semua sudah aku bereskan”

“Iya, besok aku datang. Terima kasih, Ly” Setelah itu, Raja mematikan panggilannya sepihak.

Di sisi lain, saat berada di dalam mobil, Dwiky menghubungi Zivia untuk menanyakan keadaan Kaitlin.

“Gimana Kaitlin, Ziv?”

“Tidurnya merintih, Ky. Mungkin lo tau jawaban dari rintihan seseorang ketika mereka tidur”

Dwiky menghela nafasnya “Apa gue mundur aja, ya?”

“Lo baru jadian satu hari, masa iya mau nyerah”

“Memangnya ada apa sih, sampai dia begini?” Lanjut Zivia

“Mungkin Kaitlin juga lebih berhak cerita ke lo dibanding gue” Dwiky jadi pihak pertama yang memutus panggilan mereka.

Pikiran Dwiky mulai bercabang. Tapi Dwiky kembali pada tekadnya untuk memenangkan hati Kaitlin sepenuhnya. Dwiky benar benar sudah membulatkan tekadnya.

Setelah mematikan ponselnya, Zivia berbalik dan melihat keringat sebesar biji jagung mengalir di dahi Kaitlin. Zivia menghela nafasnya pelan. Zivia mengambil gelas yang berisi air putih dan mengguncang tubuh Kaitlin pelan.

“Lin, bangun” Zivia mengguncang tubuh Kaitlin dua kali hingga gadis itu terbangun. Kaitlin mendudukkan dirinya dan mengarahkan gelas agar Kaitlin dapat menenggak isinya.

Zivia meletakkan gelas di tangannya dan menatap Kaitlin yang menutup wajahnya.

Are you ok?” Tanya Zivia pelan
Kaitlin menghela nafas dan menggeleng.

“Mau cerita?”

“Gue tadi ketemu Raja” Setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Kaitlin, Zivia menyadari, bahwa Raja masih jadi pemenang.

“Terus?” Ujar Zivia pelan. Kaitlin hanya diam mendengar pertanyaan Zivia. Seolah ketika Ia menjawab, semua pertahanannya runtuh.

“Jangan bilang kalau lo ragu dengan hubungan lo sama Dwiky setelah kedatangan Raja lagi di hidup lo?”

Kaitlin menggelengkan kepalanya pelan “Nggak, Ziv. Nggak gitu”

Padahal, Kaitlin masih mengharapkan Raja datang satu jam sebelum hubungannya dan Dwiky resmi menjadi sepasang kekasih. Agar semuanya tidak serumit ini. Tapi kedatangan Raja dan pengumuman bahwa Raja memiliki calon istri membuat Kaitlin benar-benar terpukul.

Pasalnya, sampai detik ini Raja dan dirinya belum resmi putus. Dan mereka berdua sama-sama sudah memiliki orang baru dalam hidup mereka yang mampu mengisi hati mereka masing-masing.  Meskipun Raja dan Kaitlin sadar, bahwa dalam hati mereka masing-masing masih terisi oleh satu sama lain.

Tapi entah bagaimana takdir bekerja dalam hubungan mereka sehingga hubungan mereka menjadi kesakitan bagi mereka berdua. Bukan hanya untuk Kaitlin dan Raja. Bahkan takdirpun bekerja menorehkan rasa sakit pada Dwiky dan Lily.

“Lo ingat dokter cantik yang waktu itu ngecek keadaan Tiffany?”

“Ingat” Ujar Zivia pelan. Zivia berusaha mengingat bagaimana wajahnya dan ia berhasil mengingatnya

“Dia calon istrinya Raja” Satu kalimat yang lolos dari bibir manis Kaitlin beserta dengan senyum pedihnya membuat Zivia menegakkan tubuhnya.

Setelah itu, Kaitlin benar-benar kehilangan pertahanannya. Ia menangis menutup kedua wajahnya dan Zivia membawa Kaitlin dalam pelukannya.

Zivia dengan sabar memeluk dan menghusap bahu sahabatnya itu lembut. Walau dalam hatinya marah pada Raja, Kaitlin lebih penting saat ini. Urusan Raja, ia yang akan memberi pelajaran pada laki-laki brengsek yang menyakiti sahabatnya.

Setelah tangis kaitlin mereda, Zivia menatap wajah Kaitlin yang sembab “Lo tau, mungkin kejadian ini adalah tanda kalau Raja memang nggak pantas buat lo” Jeda Zivia

“Gue tau ini sulit. Tapi lo harus menerima semuanya meskipun nggak semudah gue bicara” Kaitlin masih mencerna kalimat-kalimat dari Zivia

“Jangan buat kehadiran Raja jadi penghalang untuk hubungan lo dan Dwiky. Dia jauh lebih pantas, Lin”

“Tapi gue belum resmi putus, Ziv” Ujar Kaitlin parau

“Dengan dia memperkenalkan calon istrinya dan lo yang sudah punya hubungan dengan Dwiky, gue rasa itu cukup untuk mengetahui kalau kalian sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi”

Lagi-lagi Kaitlin menghusap wajahnya “Gue bingung harus apa sekarang”

“Sekarang, lo cuma butuh move on dan lupain si bajingan itu, dan bahagia bareng Dwiky”

“Gue masih ragu, Ziv”

Zivia menghela nafasnya perlahan “Untuk apa lo pacaran sama Dwiky kalau lo sendiri masih ragu?”

“Gue nggak mau dia nunggu terlalu lama,” Kaitlin menjeda kalimatnya

“Dan gue juga nggak mau kehilangan dia”

“Sekarang gue tanya sama lo. Seberapa besar potensi lo takut kehilangan Dwiky daripada Raja?”

Fifty fifty

Kali ini Zivia menghela nafasnya kasar “Lo harus punya pilihan, Aleya Kaitlin Maheswari!” Jika sudah menyebutkan nama Kaitlin dengan lengkap, Kaitlin tau bahwa Zivia tengah kesal.

“Lo nggak bisa plin plan begini, toh pilihan lo cuma Dwiky sekarang. Lo nggak mungkin paksa Raja untuk tinggalin calon istrinya demi balik lagi sama lo. Lagian gue nggak akan pernah setuju kalau lo balik lagi sama Raja"

“Tapi ini sulit untuk gue, Ziv”

“Hal pertama yang harus lo lakukan adalah menerima. Menerima kalau Raja bukan lagi milik lo. Raja bukan lagi masa depan lo. Raja bukan lagi orang yang tepat untuk mengisi hati lo. Lo harus bisa menerima semua kekacauan dalam hidup lo supaya lo bisa menerima sesuatu yang memang sudah ada di depan mata lo yang jauh lebih baik”

Zivia menekan kedua bahu Kaitlin “Gue nggak mau lo menyakiti diri lo sendiri hanya demi Raja. Lo, harus, move on. Gue akan bantu sebisa gue”

Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul dari ponsel Kaitlin. Kaitlin cukup terkejut saat membuka pesan itu. Semua pesan yang ia kirimkan kini bercentang dua dan berwarna biru. Itu tandanya, Raja membaca semua pesan yang ia kirimkan selama Raja menghilang.

Namun satu kalimat yang masuk ke dalam ponselnya membuat Kaitlin terdiam. Zivia meraih ponsel Kaitlin dan melihat nama Raja disana. Pesan singkat yang mengajak Kaitlin untuk bertemu.

“Gue harus apa?”

“Lo datang, dan akhiri semuanya dengan cepat”

***

Halo, teman-teman! Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin! selamat lebaran guys. Telat ya? hehe

Aku minta maaf banget sama kalian kalau aku hilang selama seminggu lebih dan melewatkan beberapa update. Jujur, akhir-akhir ini pekerjaanku banyak banget, dan sekarangpun aku merasa nggak enak badan. Aku harap kalian mengerti ya.

Maaf untuk menunggu mereka lebih lama dari biasanya :')

Kira-kira, kalian masih ada di sini nggak sih bareng aku? Jangan pergi dulu sebelum aku berhasil selesaikan ini. Ya ya ya

Pokoknya, selamat membaca, sayang-sayangku...

Big Love
Cayon!

Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang