21. Berdebat

213 30 7
                                    

Kaitlin menyusuri setiap lorong rumah sakit mencari ruangan tempat Tiffany di rawat. Dwiky mengikuti Kaitlin yang tengah terburu-buru sampai lupa suatu hal.

Setelah menemukan ruangan tempat Tiffany di rawat, Kaitlin langsung masuk dan menemukan Zivia serta Keira disana. Kaitlin mendapati Tiffany masih memejamkan matanya.

“Apa kata dokter?”

Zivia menghela nafasnya pelan “Semua penyakit yang ada di dalam tubuh Tiffany kambuh. Gerd sama vertigonya berbarengan nyerang dia hari ini”

Kaitlin mengesah nafasnya pelan dan menatap khawatir terharap sahabatnya itu “Lo di kabari siapa kalau dia pingsan?”

“Staff kantornya” Jawaban yang di beri oleh Zivia membuat Kaitlin mendelik

“Ini anak hari Minggu, terus ini anak masih kerja?” Kaitlin menunjuk ke arah Tiffany yang menggeliat.

Tiffany meringis dan membuat mereka mendekat ke arah Tiffany yang baru saja membuka matanya.

“Loh, gue dimana?” Ucap Tiffany mengedarkan pandangannya pelan. Setelah menemukan Dwiky disana, Tiffany terdiam.

“Di hotel bintang lima” Ujar Keira sarkas. Jawaban dari Keira hanya membuat Tiffany terkekeh.

“Heh, kepala batu, gue tau ya, pekerjaan lo itu banyak banget. Tapi tolong dong, jaga kesehatan. Kalau sampai sakit gini kan repot” Semprot Kaitlin. Dwiky hanya meringis mendapati Kaitlin yang tengah mengomel. Zivia yang mengerti ekspresi Dwiky hanya terkekeh dan menyenggol lengan laki-laki itu pelan.

“Tenang, Ky, galak-galak gitu karena dia sayang” Dwiky hanya bisa menganggukkan kepalanya.

“Ya mau gimana lagi, gue risih kalau banyak kerjaan yang belum selesai terus gue asyik asyik di rumah” Tiffany mencoba duduk dan dibantu oleh Keira.

“Lo kerja dari pagi sampai malam dari Senin sampai Minggu, kantor lo nggak akan perduli. Gaji lo tetap dan lo nggak akan naik jabatan juga”

“Bukan masalah itu, Lin, ini masalah tanggung jawab”

Kaitlin menghela nafasnya “Terserah lo deh ya, kepala batu”

“Terus sekarang, apa yang lo rasain?” Tanya Zivia yang mendekat ke arah Tiffany.

“Kepala gue sama perut gue nggak enak. Selebihnya oke oke aja”

Beberapa saat kemudian, seorang dokter masuk ke ruangan Tiffany beserta dengan dua perawat yang menemaninya. Semua mata tertuju kepada dokter cantik yang baru saja masuk dengan senyum ramahnya.

“Selamat sore” Ujar dokter cantik tersebut.

“Perkenalkan, nama saya Calla Lily, bisa dipanggil dokter Lily aja juga boleh. Kebetulan dokter Ondo sedang ada operasi hari ini, jadi saya yang periksa, ya” Tiffany hanya mengangguk tersenyum.

Dokter Lily sibuk memeriksa keadaan Tiffany dan langsung memberi info kepada dua perawat di sampingnya agar mencatat riwayat keadaan pasien.

“Begadang dan minum kopinya tolong di kurangi ya, mbak Tiffany” Ujar dokter Lily dengan senyum

“Tuh, dengerin, marahi saja, dokter” Dumel Zivia.

Tiffany hanya mengangguk kaku “Maaf, ya, dokter, teman-teman saya galak semua memang”

Dokter Lily hanya tersenyum manis kepada mereka semua “Ya sudah kalau begitu, saya pamit dulu”

“Oh iya, teman-teman mbak Tiffany, tolong kontrol temannya, ya. Kalau minum kopi dan begadangnya di lakukan terus menerus dan dalam waktu yang bersamaan, penyakit gerd dan vertigonya akan jauh lebih parah dari ini. Jadi, saya harap mbak Tiffany dan teman-teman bekerja sama, ya”

Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang